Sayyid

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Sayid)

Sayyid (bahasa Arab: سيد) (jamak: Sādah, bahasa Arab: سادة) (Bahasa Indonesia: Tuan) adalah gelar kehormatan yang diberikan kepada orang-orang yang merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW melalui cucu beliau, Hasan bin Ali dan Husain bin Ali, yang merupakan anak dari anak perempuan Nabi Muhammad SAW, Fatimah az-Zahra dan menantunya Ali bin Abi Thalib. Keturunan wanita mendapatkan gelar berupa Sayyidah, Alawiyah, Syarifah atau Sharifah.

Beberapa kalangan muslim juga menggunakan gelar sayyid untuk orang-orang yang masih keturunan Abu Thalib, paman Nabi Muhammad, yaitu Abbas, serta Ja'far, Aqil dan Thalib.

Gelar ini tidak sama dengan nama yang lebih populer seperti "Sa'íd", yang berasal dari bahasa Arab, yang berarti bahagia. kata lain yang sering disalahpahami sebagai sayyid adalah syahid, istilah dalam bahasa Arab untuk seorang martir. Di Nangroe Aceh Darussalam biasa disebut "said".

Kata ini (sayyid) secara harfiah berarti Tuan, kata dalam bahasa Inggris yang artinya paling mendekati adalah Sir atau Lord. Dalam dunia Arab sendiri kata ini sering ditukar dengan "Pak..", misal: Sayyid John (Pak John). Kata yang mempunyai konsep yang sama (dengan sayyid) adalah sidi (berasal dari bahasa Arab sayyidi) yang digunakan di Arab bagian Barat.

Alevis menggunakan seyyid (di Turki) sebagai penghormatan pada nama dan diletakkan sebelum nama orang-orang yang dianggap suci di kalangan mereka.

Kata lain dalam bahasa Arab yang mirip adalah syekh dan syarif. Keturunan dari Hasan bin Ali yang pernah memerintah Makkah, Madinah, Iraq pada masa Kesultanan Turki Utsmaniyah dan sekarang di Yordania, yaitu Hasyimiyah juga menggunakan gelar Syarif.

Dalam Dunia Arab istilah Syarif digunakan oleh keturunan Hasan bin Ali, sedangkan gelar Sayyid digunakan oleh keturunan Husain bin Ali.

Penguasa Kerajaan-Kerajaan di Nusantara ini yang berdasarkan kajian sejarah adalah keturunan Ahlul Bayt (Sharif / Sayyid) adalah Kesultanan Brunei, kesultanan Palembang, Kesultanan Sambas, Kesultanan Sulu, Kesultanan Perlis, Kesultanan Siak Sri Indrapura, Kesultanan Cirebon, Kesultanan Banten, Kesultanan Pontianak dan Kesultanan Kubu.

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Kata sayyid atau sayyidun (Bahasa Arab:سَيِّدٌ) merupakan bentuk tunggal dari kata sādah atau asyad.

Sayyidun asalnya adalah saywidun (سَيْوِدٌ) kemudian huruf Wau diganti dengan huruf Ya karena sebelum huruf wau tersebut terdapat huruf ya yang di sukun dan menurut kaidah I'lal apabila terdapat dua Huruf illat dalam satu kalimat dan huruf illat yang pertama sukun, maka huruf illat kedua akan dirubah menjadi huruf yang sama dengan huruf illat yang sukun tersebut.

Kasus ini terdapat dua huruf illat, dua huruf illat tersebut adalah huruf ya sukun dan wau sehingga dikarenakan sudah memenuhi syarat I'lal, huruf wau diganti dengan huruf ya dan dihasilkan Sayyidun (سَيْيِدٌ) namun ini belum final, dikarenakan bertemunya dua huruf yang sama yang dimana huruf pertama sukun dan yang kedua memiliki Harakat, maka berlakulah kaidah idgham yang dimana kedua huruf itu dilebur jadi satu dan kemudian diberikan tanda syaddah atau tasydid, maka jadilah Sayyidun (سَيِّدٌ).

Alih Bahasa[sunting | sunting sumber]

Bahasa Alih Bahasa Digunakan di
Bahasa Arab Sayyid, Syekh, Sayid Dunia Arab
Bahasa Persia Sayyed, Sayed, Seyyed, Seyed Iran, Azerbaijan dan Türkistan
Bahasa Turki Seyed, Seyit, Seyyid, Seyyed Turki, Azerbaijan dan Türkistan
Urdu, Punjabi, Bengali, Melayu Syed, Wan, Habib Asia Selatan dan Tenggara
Lainnya Saiyed, Siyyid, Syedna

Orang memilih alih bahasa Latin berdasarkan bahasa yang sering mereka gunakan, tidak tergantung dari tempat mereka tinggal. Sebagai contoh, imigran Muslim dari berbagai negara yang berbeda yang tinggal di London, Britania Raya. Imigran dari Yaman menggunakan kata sayyid, dan imigran dari Pakistan atau India menggunakan syed.

Di antara para intelektual dan sarjana barat, kadang mereka menggunakan kata sayyid atau sayed dalam tulisan mereka.

Indikasi Keturunan[sunting | sunting sumber]

Sayyid sering dimasukkan pada awalan nama yang mengindikasikan dari keturunan mana mereka berasal. Jika mereka merupakan keturunan lebih dari satu Imam Syi'ah, mereka akan menggunakan gelar yang paling dekat.

Moyang Gelar Nama Keluarga/Marga Gelar Persia
Ali bin Abu Talib Allawi2 Allawi2 Alavi2
Hasan bin Ali al-Hashimi atau al-Hassani al-Hashimi atau al-Hassani Hashemi, Hassani, atau Thabathaba'i
Husain bin Ali al-Hussaini al-Hussaini1 Hosseini
Ali bin Husan as-Sajad al-Sajad Sajad
Zaid bin Ali asy-Syahid az-Zaidi al-Zaidi Zaidi
Muhammad al-Baqir al-Muhajir al-Muhajir Muhajir
Jafar ash-Shadiq al-Ja'fari al-Ja'fari Jafari
Musa al-Kadzim al-Mousawi al-Mousawi Mousavi or Kazemi
Ali ar-Ridha ar-Ridawi al-Ridawi atau al-Radawi Rezavi atau Rizvi
Muhammad at-Taqi at-Taqawi al-Taqawi Taqavi
Ali al-Hadi an-Naqawi al-Naqawi Naqavi

NOTE: (Untuk pembicara non-Arab) ketika mengalihbahasakan dari Bahasa Arab ke Bahasa Inggris, terdapat dua pendekatan.

  • 1. Anda dapat mengalihkan kata itu, huruf demi huruf, seperti "الزيدي" menjadi "a-l-z-ai-d-i".
  • 2. Anda dapat mengalihkan lafal pengucapan dari kata, seperti "الزيدي" menjadi "a-z-z-ai-d-i". Ini karena tata bahasa Arab, beberapa konsonan (n, r, s, sh, t dan z) membatalkan huruf l (ل) dari kata al (ال) . Ketika anda melihat awalan an, ar, as, ash, at, az, dll... ini berarti kata ini merupakan alih bahasa dari lafal pengucapan.
  • i, wi (Bahasa Arab), atau vi (Bahasa Persia) akhirannya mungkin dapat dialihbahasakan dengan akhiran Bahasa Inggris ite atau ian. Akhiran menggunakan nama, atau nama tempat, menjadi nama group dari orang yang tersambung dari tempat kelahirannya. Seperti Ahmad al-Hashimi dialihbahasakan Ahmad keturunan Hassan dan Ahmad al-Harrani seperti Ahmad dari kota Harran.

1Juga, El-Husseini, Husseini, dan Hussaini.

2Mereka yang menggunakan gelar sayyid untuk seluruh keturunan dari Ali bin Abi Talib menggunakan Allawi atau Alavis sebagai sayyid. Walaupun Allawi bukan keturunan dari Muhammad, mereka keturunan dari anak Ali bin Abi Thalib dan wanita yang dinikahinya setelah meninggalnya Fatimah az-Zahra, seperti Ummu Banin. Mereka yang membatasi gelar sayyid hanya untuk keturunan Muhammad melalui Fatimah az-Zahra, tidak akan memasukkan Allawi/Alavis kedalam sayyid.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]