308 (film)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Samudra Hotel)
308
SutradaraJose Poernomo
ProduserRocky Soraya
PemeranShandy Aulia
Denny Sumargo
Kimberly Ryder
Kartika Putri
Ki Kusumo
Gilang Dirgahari
Sylvia Fully
Marcell Domits
Perusahaan
produksi
Tanggal rilis
5 Juni 2013 (2013-06-05)
NegaraIndonesia Indonesia
BahasaBahasa Indonesia

308 adalah film horor Indonesia yang dirilis pada tanggal 5 Juni 2013. Film ini disutradarai Jose Poernomo ini dibintangi oleh Shandy Aulia dan Denny Sumargo.

Sinopsis[sunting | sunting sumber]

Mencari pekerjaan setelah lulus di Perguruan Tinggi memang tak selalu mudah. Hal itu dirasakan Naya (Shandy Aulia) yang hidup berdua bersama adiknya, Aira (Yafi Tesa Zahara). Ditengah kegusaran itu, dua orang teman Naya, Caca (Kimberly Ryder) dan Jefri (Marcell Domits) datang dan menawarkan pekerjaan sebagai Housekeeping Supervisor di sebuah hotel milik sahabat Jefri, Sena (Denny Sumargo). Karena membutuhkan uang demi menghidupi dirinya sendiri juga Aira, Naya pun menerima tawaran tersebut.

Sesampainya Naya di sana, ternyata hotel mau ditutup selama empat hari dikarenakan menurut Sena selaku General Manager, masyarakat di sekitar wilayah setempat sedang terjangkit demam berdarah dan malaria. Pengasapan pun harus dilakukan selama waktu tersebut.

Hal ini ternyata menjadi letupan pertama dari rasa penasaran Naya yang akan membesar nantinya. Agar tak merasa kesepian, Sena pun perkenalkan Naya pada rekan-rekan lainnya yang akan tinggal di hotel selama pengasapan berlangsung, Erin (Sylvia Fully) Executive Housekeeper, Prila (Kartika Putri) Food & Beverage Manager, Dudi (Gilang Dirgahari) Executive Chef, dan Harlan (Ki Kusumo) Chief Security.

Peraturan bekerja di hotel tersebut hanya satu; Jangan masuk ke kamar 308. Mulai bekerja, Naya mengalami kejanggalan-kejanggalan yang dirasa tabu. Ia pun mencoba menyelidiki sendiri. Semakin misterius ketika Naya mendapati Sena, Erin, Prila, Dudi dan Harlan memasuki kamar 308 itu, dan berangsur-angsur, rasa penasaran Naya semakin terusik. Ia pun nekat memasuki kamar tersebut. Apa yang terjadi di kamar 308 itu?[1]

Plot[sunting | sunting sumber]

Film dimulai ketika dua orang tamu hotel berbincang-bincang dengan seseorang yang tidak lain adalah juru kunci sebuah kamar hotel yang cukup terkenal karena aura mistisnya yang kuat. Lalu mereka bersama masuk ke kamar tersebut yang memiliki nomor 308.

Film berlanjut di mana Naya pulang dari sebuah kantor setelah lamaran kerjanya ditolak. Pada waktu itu hujan turun, Naya datang untuk menjemput adiknya, Aira pulang sekolah. Diselingi kejahilan Aira yang membuat Naya kebingungan mencarinya. Setelah sampai di rumah, Naya memperoleh telepon yang ternyata dari Caca, teman masa kuliahnya. Caca mengatakan bahwa ada lowongan kerja di sebuah hotel di dekat pantai di Sukabumi, dan menawarkannya pada Naya. Awalnya Naya ragu, tetapi setelah bujukan dari Caca serta Naya juga memerlukan biaya untuk sekolah Aira, Naya mau menerimanya dan juga membawa Aira ikut serta. Bersama Caca dan Jefri, suami Caca yang juga teman baik Naya semasa kuliah, mereka berangkat ke hotel itu. Di jalan mereka melihat sekelompok orang membawa sesajian ke arah pantai yang membuat mereka sedikit penasaran, mereka pun meneruskan perjalanan hingga sampai di hotel.

Sesampainya di hotel, mereka menurunkan barang-barang dan Jefri memperkenalkan General Manager hotel tersebut yang juga merupakan sahabat baiknya semasa kuliah, yaitu Sena. Sena yang pada masa kuliahnya mengagumi Naya, memperkenalkan serta memberi tahu pekerjaan Naya selama di hotel nanti. Tetapi ternyata hotel mau ditutup selama empat hari dikarenakan menurut Sena selaku General Manager, masyarakat di sekitar wilayah setempat sedang terjangkit demam berdarah dan malaria. Pengasapan pun harus dilakukan selama waktu tersebut. Sena lalu mengantar Naya ke kamarnya dan mereka kembali dipusingkan dengan Aira yang tiba-tiba menghilang, dan ditemukan tepat sedang berdiri di sebuah kamar di lantai 3 dengan nomor kamar 308, sebuah kamar yang agak sedikit berbeda dengan kamar lainnya. Lalu Caca dan Jefri pamit kepada Sena dan Naya untuk kembali ke Jakarta.

Hal ini ternyata menjadi letupan pertama dari rasa penasaran Naya yang akan membesar nantinya. Agar tak merasa kesepian, Sena pun perkenalkan Naya pada rekan-rekan lainnya yang akan tinggal di hotel selama pengasapan berlangsung. Ada Erin selaku Executive Housekeeper yang menjadi atasan Naya, Prila selaku Food & Beverage Manager yang suka mempercantik diri, Dudi selaku Executive Chef yang suka membawa handycam untuk merekam setiap momen hasil masakannya, dan Harlan selaku Chief Security yang sedikit misterius. Terakhir, Sena memberikan dua peraturan penting selama bekerja di hotel. Pertama, jangan masuk ke kamar 308, kamar yang sempat didatangi Aira. Kedua, jangan menggunakan pakaian bernuansa hijau selama bekerja. Hal yang membuat Naya makin penasaran.

Malamnya, terdengar Prila dan Erin bercerita mengenai legenda Ratu Pantai Selatan. Saat bercerita, Erin ternyata banyak menceritakan sisi negatif dari legenda tersebut dan sedikit agak menyinggung. Prila sudah memperingatkan, tetapi cerita mereka tetap berlanjut. Esok harinya, Naya beserta Erin melakukan pengecekan ke setiap kamar di hotel. Sesampai di kamar 208, Erin merasa tidak enak badan dan menyuruh Naya tetap melanjutkan pekerjaannya, sementara ia kembali ke kamarnya untuk istirahat. Keanehan mulai muncul, Naya melihat loteng kamar bocor dan airnya berbau seperti air laut. Naya melaporkannya pada Sena, tetapi setelah dicek tidak ada apa-apa. Sena mengatakan bahwa mungkin Naya terlalu tegang pada hari pertamanya bekerja di sana. Setelah Sena meninggalkan kamar itu, Aira mengatakan pada Naya bahwa ketika ia tersesat hingga kamar 308, yang tepat berada di atas kamar 208, mendengar ada suara langkah kaki yang besar, sepertinya ada seseorang di dalam kamar itu, namun menghilang bersamaan dengan suara debur ombak.

Keanehan berlanjut kepada Erin malam harinya. Erin merasa panas disekujur tubuhnya dan tiba-tiba ia kaget melihat dirinya dengan keadaan yang mengerikan. Kuku tangannya memanjang, dan kulit tangannya borokan dan berbau busuk, membuat ia pingsan di kamar mandi. Prila yang menemukannya histeris. Setelah memberi tahu pada Sena, Harlan mengatakan bahwa Ibu Ratu memberikan peringatan agar menjaga perkataan selama di hotel itu. Lalu bersama-sama Sena, Prila, Harlan, dan Dudi membawa Erin ke kamar 308 disertai dengan sesajian yang disiapkan. Naya melihat mereka dan membuntuti mereka diam-diam. Dudi sempat menyadari, tetapi ia tidak melihat siapa-siapa. Mereka akhirnya masuk ke dalam kamar 308 tersebut, tanpa menyadari Naya memperhatikan mereka dengan rasa penasaran.

Keesokan harinya, kegiatan pengasapan masih terus berlanjut. Ketika Naya sibuk membereskan arsip-arsip di ruang kerja Prila yang berantakan karena ulah Aira, ia menemukan dua hal yang aneh. Pertama, struktur organisasi hotel, General Managernya memang benar adalah Sena, tetapi para staf dibawahnya berbeda. Kedua, setelah membaca daftar karyawan yang telah berhenti bekerja di hotel tersebut, ditemukan data Prila yang pernah bekerja di hotel itu, tetapi telah diberhentikan sejak dua tahun yang lalu. Naya juga mencari informasi mengenai kamar 308 melalui internet, dan akhirnya meminta Sena untuk menjelaskannya lebih lanjut. Sena yang ruangan kerjanya dipenuhi barang-barang koleksi peninggalan kerajaan Pajajaran itu akhirnya terpaksa menjelaskan. Dijelaskan bahwa Sena menjadi General Manager sekaligus juru kunci kamar 308 menggantikan juru kunci sebelumnya yang tewas terbunuh. Ia juga dalam rangka melakukan ritual selama 4 malam untuk memenuhi persyaratan sebagai juru kunci. Tidak puas dengan penjelasan itu, ketika Sena sedang mandi, Naya secara diam-diam masuk ke kamar Sena dan berhasil menemukan kunci kamar 308 yang disimpan di bawah bantal. Tanpa pikir panjang ia menuju ke lantai 3 dan masuk ke dalam kamar 308.

Kamar 308 ternyata memang berbeda dengan kamar-kamar lain di hotel itu. Semua isi di dalamnya bernuansa hijau, mulai dari tempat tidur hingga pernak-perniknya. Yang lebih aneh, terdapat tempat khusus menaruh sesajian yang di depannya terdapat lukisan Ratu Pantai Selatan. Naya lalu meninggalkan kamar 308 tanpa dikunci dan kembali secara diam-diam ke kamar Sena mengembalikan kunci kamar 308 itu, tanpa menyadari bahwa kamar 308 mulai menunjukkan aura mistisnya. Dimulai dari Erin yang keadaannya makin mengerikan dan penyakitnya makin menjadi, secara tiba-tiba ditarik ke kamar 308 tersebut dan kamar tersebut tertutup dengan kencang. Lalu Naya merasa ada yang mengikutinya semenjak dari kamar 308 itu, di sinilah ia lalu ditampakkan sosok perempuan cantik dengan pakaian serba hijau yang tidak bisa dilihat oleh orang biasa, setelah Naya berkedip, sosok itupun menghilang.

Keesokan harinya, Prila yang berdandan serba hijau dari atas ke bawah histeris ketika menemukan mayat Erin di ruang properti, yang anehnya digerak-gerakkan secara misterius, dan bermaksud menyerang Prila, tetapi Prila mengelak dan mayat Erin membentur lift. Keanehan berlanjut ketika Harlan merasakan aura negatif di hotel itu, lalu menuju ruang gamelan yang ternyata semua alat musik gamelan bermain sendiri tanpa ada yang memainkan. Ruangan itu berguncang dan Harlan kabur. Lalu Dudi yang sendiri di dapur tiba-tiba diburu oleh keris yang melayang sendiri yang mengincar dirinya. Keris itu berakhir menancap tepat di leher Dudi yang membuat Dudi tewas. Naya dan Aira yang sedang melaundry pakaian juga dihinggapi keanehan. Aira seakan-akan seperti dirasuki lalu berbicara pada Naya secara tersirat yang membuat Naya kaget. Sena yang saat itu berada di ruang makan menonton berita bahwa wilayah selatan pulau Jawa akan dilanda cuaca ekstim selama tiga hari berturut-turut. Sementara itu Harlan dan Prila bersamaan tiba di ruangan makan di mana di sana ada Sena dan menceritakan apa yang terjadi. Lalu datang panggilan dari Naya kepada Sena melalui HT yang mengatakan bahwa Aira yang kembali ke kamar setelah ia merasa ingin buang air kecil, namun tidak kunjung kembali. Pada kenyataannya Aira terjebak di kamar mandi kamar Naya secara misterius. Sena menuju ke kamar Naya, sementara Harlan dan Prila menuju dapur untuk menyiapkan sesajian dengan menaiki lift. Tiba-tiba lift yang mereka naiki berguncang, dan Prila yang berpakaian hijau tiba-tiba diguyur air asin sekujur tubuhnya, dan ketika lift terbuka Prila menghilang di hadapan Harlan.

Sementara itu, Sena berhasil membuka paksa pintu kamar mandi kamar Naya dan mengeluarkan Aira. Harlan sampai di kamar Naya dan mengatakan bahwa Prila hilang di lift. Sena yang emosi memukul Harlan karena merasa ada yang janggal dalam ritual yang mereka jalani serta tidak terima bahwa Prila, yang ternyata adalah adik kandungnya ikut menjadi korban. Harlan spontan bertanya pada Naya apakah ia pernah masuk ke kamar 308 dan Naya menjawab pernah. Maka Harlan pun marah dan mengajak mereka semua menyiapkan sesajian yang semua perlengkapannya ada di dapur. Sesampai di dapur, Sena dan Harlan menyiapkan sesajian, diikuti teriakan Aira dan Naya yang melihat mayat Dudi dalam keadaan mengerikan. Mereka bergegas kembali ke kamar 308, dan Harlan melakukan ritual untuk dapat memasuki alam gaib Pantai Selatan untuk menyelamatkan Prila. Hotel berguncang, Harlan masuk dan berhasil menemukan Prila, dan menariknya hingga mereka berhasil keluar dari alam gaib, namun hanya membuat mereka akhirnya menjadi mayat di dunia nyata setelah keluar dari sana, disaksikan oleh Sena, Naya, dan Aira.

Setelah mengurus jenazah Harlan dan Prila, Sena menyuruh Naya untuk segera berkemas agar mereka dapat meninggalkan hotel malam itu juga sementara Aira dijaga oleh Sena. Ketika selesai berkemas, secara tidak sengaja Naya mendengar handphone berbunyi dari kamar Sena dan itu adalah handphone Sena. Ia angkat dan yang menelpon adalah Jefri, yang mengatakan bahwa tindakan mereka semua akan sia-sia kalau Sena belum mengontak Jefri. Naya kaget, lalu mematikan handphone itu. Lalu, di sebelah lemari ia melihat foto silsilah kerajaan Pajajaran dari awal hingga berakhir pada foto dirinya dan Aira, yang dicoret silang dengan tinta merah. Ia segera menuju tempat Sena dan Aira, tetapi sebelumnya singgah di kamar Dudi yang terbuka. Handycam Dudi ada di sana, dan Naya melihat rekaman handycam itu. Dari sinilah terungkap bahwa Sena, Prila, Erin, dan Dudi memiliki sebuah rencana untuk memperoleh kekayaan secara mistis, dengan dibantu Caca dan Jefri. Mereka menyewa Harlan yang merupakan seorang paranormal dan menjelaskan ritual yang akan mereka jalani berikut pantangannya. Salah satunya dengan tidak boleh membiarkan seorang pun ada di hotel selama ritual berlangsung. Untuk itulah dibuat modus ada kegiatan pengasapan selama empat hari. Lalu juru kunci saat itu, yang merupakan juru kunci di awal cerita, dibunuh oleh Sena pada malam hari dengan cara dibekap. Untuk membuat ritual sempurna, diperlukan tumbal dari keturunan kerajaan Pajajaran. Caca telah menemukan tumbal itu, yang tidak lain adalah Naya. Untuk membuat tumbal datang, Sena memanfaatkan jabatannya lalu teman-temannya menyamar sebagai bawahannya. Lalu Caca dan Jefri mengundang Naya untuk menerima pekerjaan yang ditawarkan dan datang ke hotel. Naya akhirnya mengerti siapa dirinya, siapa Sena dan baru menyadari bahwa adiknya, Aira masih bersama Sena dan dalam bahaya.

Benar, Aira kini telah disandera dan Sena akan segera melakukan eksekusi dengan keris yang digenggamnya. Bersamaan dengan itu, Naya muncul dan sempat berdebat dengan Sena. Naya lalu menyerang Sena di bagian bawah, membuat Sena tersungkur dan ia segera membebaskan Aira. Mereka berlari ke arah dapur dan dikejar oleh Sena. Naya mengunci pintu dapur lalu membocorkan gas lalu menunggu bersama Aira di lift dapur. Sena berhasil masuk, namun Naya telah bersiap lalu melemparkan korek api yang menyala. Lift tertutup dan naik, dapurpun meledak, tetapi Sena berhasil selamat meskipun punggungnya sedikit terbakar. Kejar-kejaran pun berlanjut. Tidak ada pintu keluar, Naya dan Aira kembali ke kamar dan mereka melompat dari jendela kamar mereka yang berada di lantai 5 ke kolam renang di bawahnya. Sena berhasil menyusul dan ikut melompat. Aira berhasil keluar sementara terjadi pergulatan antara Naya dan Sena di dalam kolam. Pergulatan berakhir ketika Naya kehabisan tenaga dan sedikit lagi Sena bisa menusuknya dengan keris. Tiba-tiba Sena tidak dapat mengendalikan tubuhnya, dan secara misterius ia ditarik ke kamar 308. Di dalam kamar, dalam keadaan tidak berdaya, ia ditampakkan sosok perempuan cantik yang sempat dilihat Naya, yang tidak lain adalah Ratu Pantai Selatan. Sena memohon bahwa ia sedikit lagi akan menjadi kaya dan memohon untuk dikabulkan. Tetapi terlambat, pintu kamar tertutup dengan kencang diikuti teriakan Sena dari dalam. Sena menyusul teman-temannya, dan Naya serta Aira berhasil selamat keluar dari hotel itu.

Teror tidak berhenti sampai di situ. Di rumah Caca dan Jefri, yang sedang menunggu perkembangan informasi dari Sena, tiba-tiba padam listrik rumahnya. Jefri pergi memeriksa keluar, sementara Caca yang takut gelap kaget melihat air yang menggenangi lantai rumah dan tepat didekatnya ada gulungan kabel listrik. Jefri berhasil menyalakan listrik kembali tetapi disusul teriakan histeris Caca. Jefri menemukan Caca yang telah tewas karena tersengat listrik, dan tiba-tiba sebuah serangan misterius mengarah pada Jefri, dan Jefri pun berteriak dan pada akhirnya menyusul Caca.

Film ditutup dengan Naya yang kini bekerja di hotel sebagai pemandu hotel sekaligus juru kunci kamar 308 yang baru sedang memandu dua orang wisatawan yang ingin mengetahui sejarah kamar tersebut.

Pemeran[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "21 Cineplex". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-07-14. Diakses tanggal 2013-06-29.