Reformasi Katolik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 08.57 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 56 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q128168)

Reformasi Katolik (kadang-kadang disebut pula Kontra Reformasi atau Kebangunan Rohani Katolik) adalah suatu periode Kebangunan Rohani Katolik sejak masa kepausan Paus Pius IV sampai dengan berakhirnya Perang Tiga Puluh Tahun, 1648.

Reformasi Katolik merupakan suatu upaya yang komprehensif, dan terdiri atas lima unsur utama:

  1. Doktrin
  2. Rekonfigurasi (penataan kembali) gerejawi atau struktural
  3. Ordo-ordo religius
  4. Gerakan-gerakan kerohanian
  5. Dimensi-dimensi politis

Pembaharuan ini mencakup pula pendirian seminari-seminari untuk mendidik para imam dalam kehidupan rohani dan tradisi-tradisi teologis Gereja, pembaharuan hidup-membiara dengan mengembalikan ordo-ordo pada dasar-dasar rohaninya, dan gerakan-gerakan rohani baru yang terfokus pada kehidupan devosional dan suatu hubungan pribadi dengan Kristus, termasuk para mistikus Spanyol dan aliran spiritualitas Perancis.

Nama

Dua istilah di atas memperlihatkan aspek-aspek yang berlainan dari gerakan ini. Istilah Kontra-Reformasi, lebih banyak digunakan oleh kaum non-Katolik, menitikberatkan pandangan bahwa pembaharuan-pembaharuan tersebut dilakukan terutama akibat bangkitnya kaum Protestan dan perlakuan mereka terhadap lembaga-lembaga Katolik. Dalam pandangan ini, maksud utama dari pembaharuan-pembaharuan tersebut adalah untuk mengurangi jumlah umat yang berpindah ke Protestantisme. Istilah yang lain, yakni "Reformasi Katolik" memaknai pembaharuan-pembaharuan tersebut sebagai suatu tindakan Gereja, bukan sebagai suatu reaksi terhadap para tokoh Reformasi Protestan.

Peneliti seperti John C. Olin, dari Fordham University, dan Henri-Daniel Rops,[1] mulai menggunakan istilah "Reformasi Katolik" pada paruh kedua dari abad ke-20 untuk memberi penekanan pada upaya-upaya pembaharuan, teologis dan disipliner, dalam Gereja Katolik Roma yang dimulai sebelum tanggal tradisional dimulainya Reformasi Protestan oleh Martin Luther atau pun sebelum Konsili Trente (peristiwa-peristiwa seperti Konsili Lateran V, khotbah-khotbah tentang pembaharuan yang disampaikan oleh John Colet di Inggris, diterbitkannya Consilium de Emendanda Ecclesia oleh Gasparo Contarini, didirikannya Oratorium Cinta Kasih Illahi, dan seterusnya), dan untuk menunjukkan bahwa banyak di antara pembaharuan-pembaharuan Trente serta karya para tokoh Reformasi Katolik seperti St. Philipus Neri, St. Ignatius Loyola, dan St. Teresa dari Avila, meskipun dipengaruhi oleh tanggapan terhadap kaum Protestan, jauh lebih luas dan lebih komprehensif dari pada sekedar suatu tanggapan belaka terhadap merebaknya Protestantisme. Mereka berpendapat bahwa banyak dari upaya-upaya tersebut berkenaan dengan pengurangan pelanggaran dan korupsi dalam Gereja Katolik Roma demi kepentingan Gereja Katolik Roma itu sendiri, dan bahwa perubahan-perubahan tersebut lebih luas cakupannya dari pada sekedar memberi cap "bidaah" kepada kaum Protestan.

Konsili Trente

Sebuah sesi dalam Konsili Trente, dari sebuah ukiran.

Paus Paulus III (1534-1549) memulai Konsili Trente (1545-1563), sebuah komisi yang terdiri atas para kardinal yang ditugasi melakukan pembaruan kelembagaan, untuk membahas masalah-masalah yang dipertikaikan seperti para uskup dan imam yang korup, indulgensia, dan penyelewengan-penyelewengan keuangan lainnya. Konsili dengan tegas menolak posisi-posisi Protestan tertentu dan mengukuhkan struktur dasar dari Gereja Abad Pertengahan, sistem sakramentalnya, ordo-ordo keagamaan, dan doktrinnya. Konsili menolak semua kompromi dengan pihak Protestan, menegaskan kembali ajaran-ajaran dasar dari Katolisisme Abad Pertengahan. Konsili dengan tegas mendukung dogma keselamatan yang diperoleh melalui iman dan karya. Transubstansiasi, yang menyatakan bahwa pada waktu misa, roti dan anggur yang dikonsekrasikan (disucikan) itu berubah (secara substansial) menjadi tubuh dan darah Kristus, dikukuhkan, bersama-sama dengan Ketujuh Sakramen. Praktik-praktik Katolik lainnya yang membangkitkan kemarahan di kalangan para reformator liberal di lingkungan Gereja, seperti indulgensia, ziarah, penghormatan kepada para santo dan relikui, serta penghormatan kepada Bunda Maria dengan tegas dikukuhkan sebagai hal-hal yang penting secara rohani.


Tokoh-tokoh utama

Rujukan

  • Philipp M. Soergel: Wondrous in His Saints: Counter Reformation Propaganda in Bavaria. Berkeley CA: University of California Press, 1993

Lihat pula