Rasionalitas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Rasional)
Filsuf Max Weber

Rasionalitas (serapan dari Latin: rationalitas) adalah suatu pola pikir dimana seseorang cenderung bersikap dan bertindak berdasarkan logika dan nalar manusia. Rasional juga diartikan adalah hal yang bisa dilakukan dengan hal yang ada. Gagasan atau ide berpikir rasional memiliki keterkaitan dengan cabang ilmu filsafat. Pemikiran rasional terjadi dengan mempelajari cara berpikir menggunakan logika secara lurus, tepat, dan teratur.[1] Rasionalitas diartikan sebagai suatu konsep normatif yang mengarah pada keyakinan seseorang dengan alasan seseorang dapat percaya dan bertindak.[2] Namun, istilah "rasionalitas" cenderung digunakan secara berbeda dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk diskusi khusus ekonomi, sosiologi, psikologi, biologi evolusioner dan ilmu politik. Argumen yang dibangun dengan memenuhi kaidah logika yang ada, dan dapat diterima akal, maka hal ini dapat sebut sebagai bagian ekspresi rasionalitas.[3]

Sebuah keputusan yang rasional adalah salah satu yang tidak hanya beralasan, tetapi juga optimal untuk mencapai tujuan atau memecahkan masalah. Menentukan optimal untuk perilaku rasional membutuhkan formulasi diukur dari masalah, dan membuat beberapa asumsi utama. Ketika tujuan atau masalah melibatkan membuat keputusan, faktor rasionalitas dalam berapa banyak informasi yang tersedia (misalnya lengkap atau pengetahuan yang tidak lengkap).

Secara kolektif, perumusan dan latar belakang asumsi yang model di mana rasionalitas berlaku. Menggambarkan relativitas rasionalitas jika seseorang menerima model yang diuntungkan diri sendiri adalah optimal, maka rasionalitas disamakan dengan perilaku yang mementingkan diri sendiri ke titik yang egois, sedangkan jika seseorang menerima model yang menguntungkan kelompok yang optimal, maka perilaku murni egois dianggap tidak rasional. Hal demikian berarti untuk menegaskan rasionalitas tanpa juga menentukan asumsi model yang menggambarkan bagaimana latar belakang masalah dibingkai dan dirumuskan.

Definisi[sunting | sunting sumber]

Penggunaan kata rasional menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti menurut pikiran & pertimbangan yang logis, atau menurut pikiran yang sehat, atau cocok dengan akal.[4] Sedangkan, kerasionalan adalah pendapat yang berdasarkan pemikiran yang bersistem dan logis, atau hal dan keadaan rasional. Secara etimologi, istilah rasional berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “rasio” yang artinya kemampuan kognitif untuk memilah antara yang benar dan salah dari yang ada dan dalam kenyataan. Rasionalitas adalah kualitas atau keadaan menjadi rasional – yaitu, berdasarkan atau sesuai dengan alasan.[5] Rasionalitas menyiratkan kesesuaian keyakinan seseorang dengan alasan seseorang untuk percaya, dan tindakan seseorang dengan alasan tindakannya.

Rasionalitas sering dijadikan asumsi perilaku individu dalam model dan analisis ekonomi mikro dan muncul di hampir semua penjelasan pembuatan keputusan manusia yang ada di buku pelajaran ekonomi. Rasionalitas juga penting bagi ilmu politik modern, sosiologi, dan filsafat. Versi turunan dari rasionalitas adalah rasionalitas instrumental yang meliputi pencarian cara paling hemat biaya untuk meraih tujuan tertentu tanpa melihat berharga atau tidaknya tujuan tersebut. Gary Becker adalah salah satu pendukung penerapan model perilaku rasional secara luas.[6] Becker dianugerahi Hadiah Nobel Ekonomi tahun 1992 atas penelitiannya tentang diskriminasi, kejahatan, dan modal manusia.[7]

Ruang lingkup[sunting | sunting sumber]

Self interest rationality[sunting | sunting sumber]

Rasionalitas kepentingan pribadi (self interest rationality) merupakan kecenderungan seseorang yang bergerak berdasarkan kepentingan pribadi bersifat material atau individu dengan asumsi bahwa orang harus berupaya mengejar apa yang menjadi tujuannya. Kepentingan yang dimaksudkan tidak harus nominal atau materi lainnya.[8][9]

Present-aim rationality[sunting | sunting sumber]

Rasionalitas tujuan saat ini (present-aim rationality) merupakan kecenderungan seseorang yang aksiomatis tidak berasumsi bahwa orang harus selalu bersikap mementingkan dirinya sendiri, melainkan orang melakukan penyesuaian preferensi selang waktu dengan prinsip tertentu.[10]

Contoh tindakan[sunting | sunting sumber]

Contoh dari tindakan rasional antara lain seperti:

  • Seorang penjahat diadili karena kejahatannya
  • Seseorang harus belajar agar pintar
  • Seseorang diberi hadiah karena sudah menolong orang lain
  • Seseorang harus menabung agar menjadi orang kaya
  • Seseorang tidak mempercayai hal - hal yang belum dilihatnya
  • Seseorang akan lebih berhati hati pada malam hari

Penerapan bidang praktis[sunting | sunting sumber]

Ekonomi[sunting | sunting sumber]

Perilaku ekonomi rasional adalah perilaku ekonomi yang didasarkan pada pilihan-pilihan yang lebih menguntungkan. Dengan kata lain, dibutuhkan tindakan ekonomi yang rasional untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan kerugian yang seminimal mungkin.[11] Contoh penerapan perilaku ekonomi rasional dalam bidang komersial, misalnya dengan menentukan jenis produksi yang tepat, sehingga semua produk dapat terjual secara maksimal, dan biaya produksi dapat ditekan secara wajar tanpa mengurangi kualitas produk.

Prinsip dasar[sunting | sunting sumber]

Rasionalitas ekonomi dalam Islam didasarkan 5 prinsip, antara lain: Konsep sukses (The concepts of success), Skala waktu perilaku konsumen (Time scale of consumer behavior), Konsep kekayaan (Concept of wealth), Konsep barang (Concepts of goods), dan Etika konsumsi (Ethics of comsumption).[12]

Ekonomi konvensional dan ekonomi Islam[sunting | sunting sumber]

Rasionalitas ekonomi konvensional pada dasarnya berbeda dengan ekonomi Islam. Perbedaan mendasarnya adalah, sebagai sumber dasar pengembalian filosofis dan rentang waktu yang melingkupinya, Islam lebih menekankan konsep kebutuhan daripada realisasi kebutuhan maslahah yang lebih terukur dari yang diinginkan. Menurut Islam, manusia harus mengendalikan dan membimbing keinginan dan kebutuhannya agar dapat mendatangkan kemaslahatan untuk kehidupan dunia dan akhirat, bukan madarat.[13]

Tindakan ekonomi rasional dan irasional[sunting | sunting sumber]

Tindakan ekonomi rasional didefinisikan sebagai sikap oleh seorang individu atau kelompok dalam bersikap dan memilih agar tujuan mendatangkan keuntungan dan realitanya sejalan. Sedangkan, Tindakan ekonomi irasional didefinisikan sebagai sikap oleh seorang individu atau kelompok dalam bersikap agar mendatangkan keuntungan, tetapi hasilnya merugi.[14]

Psikologi[sunting | sunting sumber]

Rasionalitas juga memiliki keterkaitan dalam bidang psikologi, terkhusus rasionalitas dalam pengambilan suatu keputusan (psikologi kognitif). Hal ini dibahas oleh Ward Edwards mengenai psikologi kognitif, dengan kajian-kajian tentang rasionalitas dalam judgment dan pengambilan keputusan berkembang.[15] Contohnya, perilaku individu terkadang irasional, dan irasionalitas biasanya terkait dengan kepribadian individu. Ketika seorang individu (siswa) menyalahkan gurunya sebab memperoleh nilai yang jelek, tanpa menyadari bahwa ia tidak belajar secara giat dan sungguh-sungguh.[16] Inilah pentingnya kepribadian (psikologi) dalam mendorong rasionalitas pribadi.

Kecerdasan buatan[sunting | sunting sumber]

Rasionalitas dalam bidang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), sistem kecerdasan buatan bertindak secara rasional, seperti halnya sistem yang mencoba meniru perilaku manusia. Hal inilah yang dikenal dengan agen cerdas. Sebuah sistem yang berpikir layaknya seperti manusia yakni pengambilan keputusan otomatis, pemecahan masalah, dan aktivitas belajar.[17] Contohnya, jaringan saraf tiruan pada robot. Sistem pada robot bertindak secara rasional layaknya manusia, sistem pada robot dikendalikan melalui komputer sehingga mampu melakukan tugas dengan cara yang mirip dengan yang dilakukan orang.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Tysara, Laudia (2021). Fahrudin, Nanang, ed. "Rasional adalah Gagasan Menurut Pemikiran yang Logis, Ini Ciri-Cirinya". Liputan6.com. Liputan 6. Diakses tanggal 2021-12-24. 
  2. ^ Fajar, Samson (2021-09-15). "Batu dan Air, antara Rasional dan Irasional". ummetro.ac.id. Diakses tanggal 2021-12-27. 
  3. ^ Firmansyah, Herlan (2021). "Teori Rasionalitas Dalam Pandangan Ilmu Ekonomi Islam". EL-ECOSY: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam. 1 (1): 34–50. doi:10.35194/eeki.v1i1.1136. ISSN 2774-4418. 
  4. ^ "Rasional". kbbi.kemdikbud.go.id. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring. Diakses tanggal 2021-12-27. 
  5. ^ "rationality". merriam-webster.com. Diakses tanggal 2021-12-24. 
  6. ^ Rosidin (2015). "Analisis Teori Pilihan Rasional Terhadap Transformasi Madrasah" (PDF). Madrasah Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. 7 (2): 267–287. doi:10.18860/jt.v7i2.3325. 
  7. ^ "The Sveriges Riksbank Prize in Economic Sciences in Memory of Alfred Nobel 1992". nobelprize.org. 1992-10-13. Diakses tanggal 2021-12-24. 
  8. ^ Firmansyah, Herlan (2018). "Teori Rasionalitas Menurut Ekonomi Islam". EKSISBANK (Ekonomi Syariah Dan Bisnis Perbankan). 2 (1): 1–15. doi:10.37726/ee.v2i1.5. 
  9. ^ Pantas, Pribawa E (2021). DASAR-DASAR MIKROEKONOMI ISLAM. Yogyakarta,DI Yogyakarta: UAD PRESS. hlm. 28. ISBN 978-623-6071-45-8. 
  10. ^ Izza, Muh. (2021). EKONOMI MIKRO: Pendekatan Ideologis Islam. Jawa Tengah: Penerbit NEM. hlm. 39. ISBN 978-623-6906-75-0. 
  11. ^ Idris, Muhammad (2021-08-15). Idris, Muhammad, ed. "Prinsip Ekonomi: Pengertian, Jenis, dan Contohnya dalam Kehidupan". Kompas.com. Diakses tanggal 2021-12-27. 
  12. ^ Afrina, Dita; Achiria, Siti (2018). "Perdebatan Teori Rasionalitas dalam Menjelaskan Terbentuknya Biaya Transaksi pada Seleksi Pegawai Negeri" (PDF). Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 2 (1): 23–38. doi:10.14421/EkBis.2018.2.1.1088. ISSN 2549-4988. 
  13. ^ Ngasifudin, Muhammad (2017). "Rasionalitas dalam Ekonomi Islam". Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam. 7 (2): 111–119. doi:10.21927/jesi.2017.7(2).111-119. 
  14. ^ Raharja, Algonz D.B. (2021). "Tindakan ekonomi: Definisi, tujuan, jenis, dan 4 contohnya". ekrut.com. Diakses tanggal 2021-12-25. 
  15. ^ Hidayat, Rahmat (2016). "Rasionalitas: Overview Terhadap Pemikiran dalam 50 Tahun Terakhir". Buletin Psikologi. 24 (2): 101 – 122. doi:10.22146/buletinpsikologi.26772. ISSN 2528-5858. 
  16. ^ Larissya, Lintang (2021-09-19). "Defense Mechanisms: Bentuk Pertahanan Diri dari Anxiety Disorder". Suara.com. Diakses tanggal 2021-12-27. 
  17. ^ "Apa itu Artificial Intelligence?". teknik.uma.ac.id. Medan: Universitas Medan. 2020-07-07. Diakses tanggal 2021-12-24.