Purpura Henoch-Schönlein

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
purpura yang khas pada bagian bawah penderita HSP.

Purpura Henoch-Schönlein (Inggris: Henoch–Schönlein purpura, Henoch–Schönlein purpura nephritis, Anaphylactoid purpura,[1] Purpura rheumatica,[1] Peliosis rheumatica, Allergic vasculitis, Leukocytoclastic vasculitis, Rheumatoid purpura, HSP) adalah radang pada pembuluh darah kecil dan menengah yang disebabkan oleh pengendapan kompleks imun.[2]

HSP ditandai oleh pengendapan kompleks imun IgA[3][4] pada lapisan endotelial kulit dan ginjal, turunnya rasio faktor XIII[5] dan meningkatnya rasio C3,[6] CRP serta laju endap darah.

palpable purpura, arthritis, abdominal pain and glomerulonephritis

Rasio keping darah pada penderita HSP dapat meningkat dan merupakan ciri yang membedakan HSP dari penyakit serupa yang disertai penurunan rasio tersebut, seperti purpura idiopatik trombositopenik dan purpura trombotik trombositopenik.[7]

HSP sering terjadi pada anak-anak. Gejala awal yang dirasakan berupa nyeri pada persendian yang disebut artralgia atau artritis[7] , diikuti dengan radang pada ginjal dan pecahnya pembuluh darah kapiler pada lapisan endotelial kulit yang menyebabkan palpasi purpura, dan saluran pencernaan[6] yang menyebabkan konstipasi, dan ginjal yang menyebabkan hematuria. Gejala ini sering disebut sebagai tetrad dari HSP.[2]

Patogenesis[sunting | sunting sumber]

HSP dapat terpicu setelah terjadi infeksi streptococci (β-haemolytic, Lancefield group A), hepatitis B, virus herpes simpleks, parvovirus B19, coxsackievirus, adenovirus, Helicobacter pylori, measles, mumps, rubella, mycoplasma dan penggunaan obat-obatan seperti vancomycin, ranitidine, streptokinase, cefuroxime, diclofenac, enalapril dan captopril, vancomycin dan cefuroxime, antihypertensive ACE inhibitors enalapril dan captopril, antiinflammatory agent diclofenac, juga ranitidina, yang kesemuanya dapat berpotensi menimbulkan reaksi idiosinkratik.[8]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Rapini, Ronald P.; Bolognia, Jean L.; Jorizzo, Joseph L. (2007). Dermatology: 2-Volume Set. St. Louis: Mosby. ISBN 1-4160-2999-0. 
  2. ^ a b (Inggris) "Chapter XVI.3. Vasculitis". Department of Pediatrics, University of Hawaii John A. Burns School of Medicine; Donald A. Person. Diakses tanggal 2010-06-23. 
  3. ^ (Inggris) "Henoch-Schönlein purpura: clinicopathologic correlation of cutaneous vascular IgA deposits and the relationship to leukocytoclastic vasculitis". Department of Dermatology, Mayo Clinic; Helander SD, De Castro FR, Gibson LE. Diakses tanggal 2010-04-30. 
  4. ^ (Inggris) "Henoch-Schönlein purpura". Division of Immunology and Rheumatology, Department of Pediatrics, University of Virginia Health System; Saulsbury FT. Diakses tanggal 2010-04-30. 
  5. ^ (Inggris) "Factor XIII". Wojewodzki Szpital Zespolony, University of Barcelona Faculty of Medicine, et al; Robert A Schwartz, Elzbieta Klujszo, et al. Diakses tanggal 2010-04-30. . Background, 7th paragraph.
  6. ^ a b (Inggris) "Henoch-Schönlein Purpura Nephritis". Harbor-UCLA Research and Education Institute, et al; ANUP RAI, CYNTHIA NAST dan SHARON ADLER. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-06-03. Diakses tanggal 2010-04-30. 
  7. ^ a b Kraft DM, Mckee D, Scott C (1998). "Henoch-Schönlein purpura: a review". Am Fam Physician. 58 (2): 405–8, 411. PMID 9713395. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-06. Diakses tanggal 2010-04-30. 
  8. ^ (Inggris) "Begin review notes for GA status". Diakses tanggal 2010-05-01. 

Bacaan lanjut[sunting | sunting sumber]