Petrus Lombardus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 00.41 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 23 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q315347)

Petrus Lombardus dikatakan sebagai penerus Petrus Abelardus.[1] Lombardus mempunyai peran penting dalam penetapan ketujuh sakramen. [2]

Tahun 1150 adalah awal dari zaman Skolastik yang diakhiri dengan pekerjaan murid Abelardus, yaitu Petrus Lombardus. [1] Kitab Lombardus menjadi dasar bagi pengajaran ahli-ahli skolastik besar pada waktu yang berikut. [1] Petrus Lombardus dilahirkan sekitar akhir abad ke-11 di Lombardia(Italia Utara).[2] Ia belajar di Bologna, Reims dan di Paris.[2] Kira-kira mulai tahun 1140, Lombardus menjadi guru teologi di sekolah Katedral Notre Dame, Paris.[3] Tahun 1159, ia menjadi uskup kota tersebut dan wafat pada tahun berikutnya.[2]

Ajaran Petrus Lombardus

Metode Lombardus serupa dengan metode yang digunakan oleh Abaelardus, yakni memakai dialektik dan logika.[2] Hal ini digunakan untuk menengahi berbagai pendapat yang berbeda.[2] Ia tidak menemukan sebuah gagasan baru, namun Lombardus hanya berusaha memutuskan mana pendapat yang benar di antara berbagai gagasan atau pun otoritas yang telah ada sebelumnya.[2] Petrus Lombardus mendapat dukungan dari Bernard karena memadukan metode yang digunakan Abaelardus dengan rasa hormat kepada mereka yang berwibawa.[2]

Pemikiran Agustinus digunakan Lombardus untuk mendefinisikan sakramen.[4] Menurut Petrus Lombardus, sakramen adalah Allah yang melembagakan upaya hukum atas dosa manusia yang dilakukan melalui sakramen.[5] Selain itu, ia mengartikannya sebagai simbol kasih karunia Allah, yang merupakan bentuk anugerah tidak terlihat.[5] Namun, dapat dirasakan melalui kehadiran-Nya.[5] Ia mengatakan: “ Setiap tanda dari perjanjian yang baru menampilkan apa yang ditandainya”.[4]

Pada masa puncak abad pertengahan, di dalam karyanya Sentences, Petrus menyatakan bahwa roti dan anggur diubah menjadi tubuh dan darah Kristus.[3] Pemahaman Lombardus ini kemudian digunakan dalam Konsili Lateran keempat yang diselenggarakan tahun 1215 dan dikenal dengan istilah perubahan”transubstansi”.[3]Akan tetapi, definisi secara eksplisit mengenai arti dan istilah tersebut tidak terungkap didalamnya.[3]Formulasi ini tidaklah diperbincangkan hingga masa reformasi, walaupun arti yang tepat mengenai”transubstansi “masih menjadi masalah yang diperbincangkan.[3] Di lain pihak, Thomas Aquinas beranggapan bahwa substansi dari roti dan anggur diubah menjadi tubuh dan darah Kristus, sifat-sifat yang tidak hakiki(aksiden), seperti warna dan rasa tetap tidak berubah.[3] Teori ini didasarkan pada suatu pandangan filosofis kuno, yaitu suatu objek fisik memiliki lapisan yang mendasarinya, yakni substansinya, sifat-sifat empirisnya, aksiden-aksidennya, yang melekat didalamnya.[3]

Sumbangan Petrus Lombardus

Sumbangan utama dari Petrus Lombardus adalah karyanya,” Sententiarum Libri IV(Empat Buku Pemerian), yang ditulis antara 1147 dan 1151. [2]Persoalan-persoalan yang dibahas mencakup ajaran tentang Allah, penciptaan,penebusan, sakramen-sakramen dan hal-hal yang terakhir.[4] Karya ini merupakan kumpulan petikan(“Pemerian-sententiae berarti dalil-dalil dan pendapat-pendapat“)dari Alkitab, karya Bapa-Bapa Gereja, dan orang yang beribawa lainnya. [2] Sententiarum kemudian menjadi buku pegangan teologi hingga zaman sesudah reformasi.[2] Selain itu, menulis komentar terhadap buku ini menjadi sebuah persyaratan untuk meraih gelar Doktor Teologi.[2] Petrus Lombardus pun dikenal sebagai “Guru Pemerian”. [2]

Selain itu, Petrus Lombardus adalah orang pertama yang mendaftarkan ketujuh sakramen Katolik Roma.[2]Daftar ini pun digunakan menjadi daftar standar.[2] Gereja mula-mula mengartikan “Sakramen” dengan arti sempit dan arti luas.[2]Arti sempitnya, yaitu baptisan dan ekaristi sedangkan arti luasnya, yaitu meliputi berbagai upacara (seperti pengusiran roh jahat atau Doa Bapa Kami). [2] Hingga zaman Petrus Lombardus, sakramen berjumlah antara dua hingga dua belas.[2] Namun, ketika ia menganjurkan sakramen berjumlah tujuh(tujuh adalah angka yang sempurna), dengan segera idenya diterima.[2]Daftar yang diajukan Lombardus disahkan sebagai ajaran yang benar oleh Konsili Firenze pada tahun 1739.[2] Setelah ia wafat, banyak yang meragukan dan mempertanyakan teologi Lombardus.[2] Namun, pada Konsili Lateran keempat tahun 1215, teologi Lombardus mengenai sakramen disahkan dengan jumlah tujuh sakramen.[2]

Referensi

  1. ^ a b c H. Berkhof. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
  3. ^ a b c d e f g Linwood. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.
  4. ^ a b c Bernhard Lohse. Pengantar Sejarah: Dogma Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994.
  5. ^ a b c Donald K.NcKim. Theological Turning Point: Major Issues In Christian Thought. Atlanta: John Knox Press, 1988.