Pembicaraan:Daftar filsuf Indonesia

Konten halaman tidak didukung dalam bahasa lain.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
ProyekWiki Daftar (Dinilai kelas pengalihan)
Ikon ProyekWikiHalaman ini artikel merupakan bagian dari ProyekWiki Daftar, upaya untuk menyusun dan mengatur semua daftar halaman di Wikipedia. Jika Anda ingin membantu, silakan kunjungi halaman proyek, di mana Anda dapat bergabung dengan proyek dan/atau berkontribusi pada diskusi.
 Pengalihan  Artikel ini telah dinilai sebagai kelas pengalihan pada skala kualitas proyek.
 

Ini belum selesai. Masih terus diperbaiki. Beri waktu seminggu utk menyelesaikannya. Thx Ferryhidayat 07:45, 11 September 2005 (UTC)

OK tapi kalau ada salah ketik (typo) saya perbaiki ya. Meursault2004 09:49, 11 September 2005 (UTC)

Yes, of course. Sure thing! Ferryhidayat 02:45, 12 September 2005 (UTC)

Apakah Soeharto juga dianggap filsuf? Hayabusa future (bicara) 05:07, 12 September 2005 (UTC)

Saya kira Soeherto lebih bisa dianggap seorang yang pandai strategi. Tapi filsuf? Hmmm dia tidak pernah nulis buku. Paling2 cuma Butir-butir budaya Jawa (1989), sebuah buku yang isinya hanya kutipan-kutipan saja dan dikritik secara luas oleh para pakar. Buku ini kurang diterima karena nilai tambahannya dianggap kurang. Jadi jelas bukan seorang teoretikus, lebih menjurus ke praktek. Meursault2004 07:45, 12 September 2005 (UTC)

Kalau ditinjau dari karya, memang, seperti Revo bilang, dia cuma punya 1 buku. Tapi kalau ditinjau dari spektrum yang lebih luas, seperti policy dan 'produk-produk filosofis' yang ia buat di era pemerintahannya, seperti revitalisasi Kebatinan Jawa dengan mensahkan dan memasukkan 'Aliran Kepercayaan thd Tuhan yg Maha Esa' sebagai suatu alternatif agama ( di antara agama-agama yang diakui negara) ke dalam GBHN, menafsir Pancasila sehingga sesuai dengan budaya-budaya Nusantara (dalam rangka de-Soekarnoisasi segala residu-residu sosialis dalam pemikiran Soekarno), ideologisasi Pancasila ke segala lapangan hidup (termasuk sosialisasi buku PMP dari tingkat SD hingga PT), itu semua cukup untuk mengatakan bahwa ia layak disebut filosof, atau tepatnya 'filosof-presiden'. Menurut perspektif filsafat Indonesia (yang kebetulan sama dengan Marxist), 'tugas filsafat' meliputi praxis dan teori, tidak ada dikotomi. Jadi, segala praxis Soeharto cukup untuk dapat mengatakan bahwa filsafatnya bersifat praktis, kurang teoritis. Dan 'kurang teoritis' tidaklah salah bagi filsuf yang mementingkan 'praxis', sebab 'praxis' adalah mata air filsafat sesungguhnya Ferryhidayat 05:02, 2 Oktober 2005 (UTC)