Pembicaraan:Adityawarman

Konten halaman tidak didukung dalam bahasa lain.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tokoh Hindu?[sunting sumber]

Setahu saya Adityawarman beragama Buddha. --Gombang 03:59, 26 Maret 2007 (UTC)

telah dicheck kebenarannya, http://pakguruonline.pendidikan.net/sjh_pdd_sumbar_bab1.html , "enganut agama Budha Tantrayana seperti yang tercatat pada prasasti Suroaso I ( 1357)". Saya ganti ya--a_tumiwa(bicara) 05:49, 26 Maret 2007 (UTC)

Btw, kalimat pembuka Adityawarman sebagai pangeran berdarah campuran kok terasa seperti salah satu judul buku Harry Potter ya? :) Salam, Naval Scene (bicara) 02:38, 16 April 2009 (UTC)

Agama Adityawarman[sunting sumber]

Raja Kertanagara menurut situs web Menbudpar ini tentang 123-05fSingosari1.pdf Candi Singosari dan 122-05eJajawi1.pdf Candi Jajawi, menganut sinkretisme Hindu (Siwa) dan Buddha (Tantrayana).

Adityawarman diperkirakan keturunan senopati atau bangsawan Singhasari-Majapahit, dan beribu keturunan Melayu-Sriwijaya. Di Bali, Adityawarman dianggap beragama Hindu dan cikal-bakal raja-raja Denpasar dan Badung. Demikianlah menurut saya ada kemungkinan Adityawarman ini juga beragama sinkretis Siwa-Buddha. Salam, Naval Scene 05:43, 28 Maret 2007 (UTC)

Yup, saya setuju dengan naval scene. Saya juga berpikir seperti diatas, beliau menganut Siwa-Buddha, dikarenakan pada masa itu agama yang berkembang adalah sinkretis Siwa-Buddha. Bukanlah Hindu atau Buddha seperti pada masa kini. Pada masa Kejayaan Singhasari, mayoritas masyarakatnya memeluk Hindu beraliran Waisnawa, yang lebih menitik beratkan pada pemujaan Wisnu. Namun pada kekuasaan Majapahit, agama Siwa-Buddha lah yang dipeluk oleh mayoritas rakyat majapahit. Warisan agama ini masih ditemui di Bali, dimana terdapat pandita (pedanda) Buddha (bukan bikku) yang memuput (melaksanakan) ritual keagamaan Hindu Bali. winana(ngobrol) 17:14, 28 Maret 2007 (UTC)
FYI, foto dalam artikel merupakan patung perwujudan Adityawarman sebagai Bhairawa. Mungkin ini bisa jadi petunjuk agama Adityawarman. Saya tak terlalu paham sekte-sekte dalam agama Hindu dan Buddha saat itu. --Gombang 04:53, 29 Maret 2007 (UTC)
Catatan tambahan: Melihat perkembangan terbaru di artikel Arca Bhairawa, ternyata agama Adityawarman kemungkinan besar adalah sinkretisme Siwa-Buddha, aliran kuna Tantrayana Kalachakra. Salam, Naval Scene (bicara) 12:33, 24 November 2010 (UTC)

Remove tag gabung[sunting sumber]

Tag gabung artikel Adityawarman ke artikel Arya Damar saya hilangkan, karena sebutan Arya Damar tidak eksklusif untuk Adityawarman. Salam, Naval Scene 05:19, 17 Juli 2007 (UTC)

Rujukan serangan kaum adat[sunting sumber]

Saya tambahkan templat tersebut bagi hal di bawah ini:

Meskipun demikian, istana Pagaruyung sendiri diserang dari arah lain oleh kaum adat sendiri. Suku asli Minangkabau tersebut dipimpin oleh Rajo Tigo Selo, yang dibantu oleh Basa Ampat Balai.

Mohon bantuannya bila ada yang mengetahui rujukannya. Salam, Naval Scene 12:28, 2 Juli 2008 (UTC)

Hal berikut ini menurut saya juga membutuhkan rujukan, bila tidak rasanya seperti asumsi yang terlalu dipaksakan:
Mereka adalah Seng-kia-li-yulan, Ma-ha-na-po-lin-pang, dan Ma-na-cha-wu-li. Ketiganya merupakan sebutan untuk Adityawarman, Maharaja Palembang, dan Maharaja Mauli.
Salam, Naval Scene 12:14, 8 Juli 2008 (UTC)

Tentang serangan Majapahit[sunting sumber]

Pada tahun 1409 pasukan Majapahit tiba di Sumatra untuk menumpas pemberontakan Pagaruyung. Namun saat itu masa kejayaan Majapahit sudah berakhir di mana pasukannya dapat dipukul mundur di Padang Sibusuk. Dan baru pada serangan kedua tahun 1411 kerajaan Pagaruyung dapat ditaklukkan.

Rujukannya Tuanku Rao? Paling tidak kalau mengacu perenggan-perenggan sebelumnya. Kalau menurut buku Sumatera Barat sampai Plakat Panjang, salah satu teori tentang masa-masa awal Kerajaan Pagaruyung menyebutkan bahwa Adityawarman ditugaskan untuk merebut daerah penghasil lada Kuntu dan Kampar dari tangan Kerajaan Aru. Tapi setelah mendirikan kerajaan Minangkabau, dia tidak ingin lagi mengakui Majapahit. Dari sumber cerita rakyat, tentara Jawa dipukul mundur di Padang Sibusuk (dinamakan demikian karena banyaknya mayat bergelimpangan di sana), dan tidak ada disebut-sebut serangan kedua. Dalam buku itu ada pula disebut Hikayat Raja-raja Pasai sebagai sumber lain cerita ini, tapi sayangnya saya sendiri belum baca.

Setahu saya kronik Jawa memang mencatat ekspedisi hukuman, tapi ke Palembang. Pertanyaannya: apakah itu sukses? Kedua: apakah itu sampai ke Minangkabau atau bukan? Harus diingat Minangkabau itu terletak di pedalaman (tidak seperti Palembang), dan rasanya sukar dijangkau oleh ekspedisi Majapahit. Dan itu mungkin salah satu alasan mengapa Adityawarman membuat ibu kota kerajaannya di Pagaruyung.

Anyway, menurut saya terlalu banyak kira-kira, imajinasi dan spekulasi di sini. --Gombang (bicara) 17:05, 21 Oktober 2008 (UTC)

  1. Setuju Bung Gombang. Saya akan masukkan pendapat Rusli Amran itu sebagai ganti kalimat tersebut. Bila nanti ternyata ada referensi lain, maka suntingan saya bisa disesuaikan.
  2. Tambahan, menurut saya bila keterangan Majapahit atau Bali menyebutkan "Palembang" maka belum tentu berarti daerah Palembang; melainkan bisa juga berarti wilayah besar pulau Sumatera bagian selatan (eks wilayah Sriwijaya). Coba lihat Sumpah Palapa, oleh Gajah Mada wilayah Sumatera tersebut hanya disebut sebagai Palembang saja. Kebalikannya, penyebutan "Bhumi Jawa" oleh Sriwijaya (Dapunta Hyang) bisa jadi juga meliputi Lampung, yang diperkirakan juga termasuk wilayah Tarumanegara.
Salam, Naval Scene (bicara) 07:33, 6 November 2008 (UTC)

Komentar: Identifikasi dengan Akarendrawarman[sunting sumber]

Justru ini memperkuat prasasti ini adalah prasasti aditiawarman analisa jika benar dara jingga tiba di jawa 1292 maka kemungkinan ia melahirkan aditiawarman antara tahun 1293 s/d 1300 itu artinya aditiawarman dewasa antara tahun 1330 s/d 1350 untuk matang dan sukses karier minimal seseorang berumur 40 tahun maka aka benar jika prasasti itu bertarik 1347 itu artinya adityawarman telah matang dan dewasa..yang aneh justru kalau prasasti itu lebih tua dari adyawarman baru diragukan. – komentar tanpa tanda tangan oleh 202.67.41.5 (bk).

Yth Bung 202.67.41.5, terima kasih atas komentarnya. Komentar anda saya pindahkan ke sini, karena badan artikel bukanlah tempat yang tepat untuk itu. Terima kasih dan ditunggu kontribusi dan terutama rujukan2 untuk pendapatnya. Salam, Naval Scene (bicara) 14 Juni 2013 13.15 (UTC)[balas]