Gereja Santo Antonius dari Padua, Hayam Wuruk

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gereja Santo Antonius dari Padua, Hayam Wuruk
3°34′53″N 98°39′55″E / 3.581483°N 98.665415°E / 3.581483; 98.665415
LokasiJl. Hayam Wuruk No. 01, Petisah Hulu, Medan Baru, Medan 20153
DidirikanMaret 1915[1]
Administrasi
KeuskupanAgung Medan
Parokial
Stasi4[1]
Catatan Pendirian: Sebelumnya di Paroki Katedral Medan[1]

Paroki Santo Antonius dari Padua Medan adalah paroki di bawah Keuskupan Agung Medan terletak di Jalan Hayam Wuruk, Kota Medan, Sumatera Utara

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Umat di Paroki Santo Antonius dari Padua Medan.

Kedatangan Pastor Johanes de Vries, SJ ke tanah Deli Sumatra Timur pada tahun 1873 adalah untuk pelayanan tugas pastoral, khususnya untuk umat Katolik yang bekerja di perkebunan. Berkat bantuan dan izin dari Direktur Perkebunan Deli di Sei Sikambing, dibangunlah satu unit kapel sederhana sebagai tempat ibadat.

Kemudian disusul kedatangan Pastor Ferdinandus (Yohannes Martinus van Loon), Ordo Saudara Dina Kapusin pada tanggal 20 Agustus 1912 yang juga dipersiapkan melayani umat Katolik dan melanjutkan tugas Pastor Camillus di stasi Medan Deli dan di Perkebunan. Selama melaksanakan karya pastoral di perkebunan Deli Maatschappij Sei Sikambing, Pastor Ferdinandus van Loon sangat memperhatikan Suku Tamil yang bekerja di perkebunan tersebut. Untuk memudahkan komunikasi dengan mereka, tahun 1913 Pastor Ferdinandus van Loon dikirim ke Pulau Pinang untuk belajar Bahasa Tamil dan Bahasa Tionghoa. Akan tetapi, beliau hanya belajar Bahasa Tamil saja dan kembali ke Medan pada akhir Juli 1913.

Kemudian sekitar Agustus 1913, Pastor Ferdinandus van Loon, memohon kepada propinsial, Pastor Stanislaus untuk membangun kapel dan sekolah bagi Suku Tamil di Medan yang diperkirakan ada sekitar 100 orang yang beragama Katolik. Ternyata Pastor Ferdinandus van Loon bukan hanya ingin membangun kapel dan sekolah, melainkan juga membangun perkampungan Masyarakat Tamil (Kampung Kristen) dan akhirnya keinginan beliau terlaksana.

Pada tahun 1914, dibeli sebidang tanah di Medan Petisah (sekarang Jalan Bantam) seharga F. 5000. Di atas tanah tersebut, dibangun beberapa rumah yang sederhana. Pada tanggal 1 Maret 1915 dibuka sekolah untuk anak-anak Tamil. Untuk pertama kali jumlah murid sebanyak 52 orang. Pada tahun yang sama, beliau juga membangun gereja untuk suku Tamil dan diberkati pada hari Minggu, 14 November 1915 yang terletak di Daendelstrat (Jalan Hayam Wuruk).

Sejalan dengan perkembangan umat, dirasa perlu untuk membangun pastoran di perkampungan Tamil. Maka pada tanggal 10 Juli 1916, didirikan bangunan untuk pastoran dan siap digunakan pada tanggal 20 Oktober 1916. Pada tanggal 6 Mei 1919, Pastor Marcellinus yang sebelumnya berkarya di Sambong (Bangka) datang untuk menggantikan tugas Pastor Ferdinandus van Loon di gereja Jalan Hayam Wuruk, dan Pastor Ferdinandus van Loon dikirim ke Sambong (Bangka) menggantikan tugas Pator Marcellinus (mutasi tempat).

Lalu Oktober 1922, Pastor Ferdinandus van Loon kembali bertugas di gereja Jalan Hayam Wuruk Medan. Beberapa tenaga Pastor Ordo Saudara Dina Kapusin dari Belanda datang ke Sumatra/Tanah Deli untuk membantu tugas pelayanan pastoral. Sebelum mereka datang, Suster- suster Fransiskan telah membantu para pastor sekaligus mempersiapkan susteran di Daendelstrat – Petisah (Jalan Hayam Wuruk). Pada 28 Januari 1931, datang enam orang suster St. Yosef dari Amorsfoorts-Belanda. Kedatangan mereka selain untuk membantu pastor, juga dipersiapkan untuk mengajar anak-anak Tamil, membuka asrama untuk anak-anak Eropa dan rumah yatim piatu (internat).

Bangunan gereja yang sederhana di Jalan Hayam Wuruk tidak cukup menampung umat beribadat, jumlah umat semakin banyak, tidak hanya dari Suku Tamil saja, melainkan dari Tionghoa Indonesia, Suku Batak, Suku Ambon, dll. Untuk memenuhi tuntutan kemajuan dan perkembangan umat, maka pada tahun 1933 dibangunlah gereja yang lebih besar dan permanen. Lokasinya persis di depan gereja lama. Bangunan gereja yang lebih besar ini mulai dipakai pada tahun 1935 dan beberapa kali renovasi. Dan yang terakhir direnovasi serta diperluas lagi pada tahun 2005. Jumlah umat 745 KK (2.584 jiwa).

Paroki ini mempunyai 4 gereja stasi lain lagi, yakni: St. Yoseph Dr. Mansur, St. Fransiskus Xaverius Sunggal, Santa Perawan Maria Ratu Surga Sei Agul dan Kapel Karya Kasih; dengan jumlah umat total 1.466 KK (5.396 jiwa). Di gereja paroki setiap Selasa diadakan Misa Novena untuk menghormati pelindung Santo Antonius Padua, dan biasanya dihadiri oleh orang muda dan orang tua, sementara setiap hari Sabtu sebelum Misa sore diadakan Novena untuk menghormati Bunda Maria, kebanyakan dihadiri oleh orang-orang muda, bahkan yang tidak Katolik.[2]

Jadwal Pelayanan[sunting | sunting sumber]

Gereja Katolik Santo Antonius dari Padua (Gereja induk)[sunting | sunting sumber]

  • Misa (Senin s/d Sabtu): 6.30
  • Misa (Sabtu Sore/Antisipasi Hari Minggu): 18:00
  • Misa (Minggu): 07:30, 10:00, 17:00
  • Novena Bunda Penolong Abadi (Sabtu): 17.00
  • Novena Santo Antonius
  • Devosi Kerahiman Ilahi

Gereja Katolik Santo Yosep (Stasi Dr. Mansur)[sunting | sunting sumber]

  • Jumat KMK: 12:00wib (diatur kemudian)
  • Minggu : 08:00 WIB
  • Minggu : 16:00 WIB (KBMK)

Gereja Katolik Santo Fransiskus Xaverius (Stasi Sunggal)[sunting | sunting sumber]

  • Minggu: 10:00wib

Gereja Katolik Santa Perawan Maria Pintu Surga (Stasi Sei Agul)[sunting | sunting sumber]

  • Minggu: 10:00wib

Kapel St. Elisabeth Karya Kasih[sunting | sunting sumber]

  • Minggu: 08:00wib

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c "Facebook:Daftar Paroki dan Biara se KAM". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-02. Diakses tanggal 2011-04-15. 
  2. ^ "Sejarah Paroki Santo Antonius dari Padua Medan". Situs Resmi Paroki Santo Antonius dari Padua Medan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-02-13. Diakses tanggal 13 Februari 2022. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]