Pangeran Praboe Anom

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Pangeran Prabu Anom)
Pangeran Perabu Anum[1]
Raja Muda Kesultanan Banjar
Berkuasa1855-1858
Penobatan1855
WangsaDinasti Banjarmasin
AyahSultan Adam
IbuNjai Ratoe Kamala Sari

Pangeran Praboe Anom bin Sulthan Adam adalah Raja Muda Kesultanan Banjar yang dilantik oleh ayahandanya pada tahun 1855.[2][3][4] Jabatan Raja Muda ini merupakan tandingan jabatan Sultan Muda yang dijabat Pangeran Tamjidillah yang dilantik pemerintah kolonial Hindia Belanda. Sebenarnya Sultan Adam menghendaki cucunya yang bernama Pangeran Hidayatullah sebagai Sultan Muda, sedangkan Pangeran Prabu Anom direncanakan menjabat sebagai mangkubumi. Sultan Adam membuat surat wasiat bahwa Pangeran Hidayatullah yang menggantikan sepeninggalnya kelak sebagai Sultan Banjar[5]

Di dalam naskah Tutur Candi, namanya adalah Pangeran Prabu Citra.[2]: Ia salah satu kandidat pengganti Sultan Adam atas usulan Nyai Ratu Kamala Sari, janda Sultan Adam. Orang Belanda menggambarkannya sebagai orang yang sangat angkuh dan sombong. Ia ditolak pemerintah Hindia Belanda dalam tahun 1851 dalam pertikaian untuk menjadi mangkubumi menggantikan Ratu Anom Mangkubumi Kencana bin Sultan Adam yang meninggal dunia. Saat itu yang terpilih sebagai mangkubumi adalah Pangeran Tamjidullah bin Sultan Muda Abdul Rahman[6] Ia terlibat dalam kematian abangnya yaitu Sultan Muda Abdul Rahman yang tewas karena diracun oleh dua orang anak buah Pangeran Prabu Anom. Kedua pengikutnya tersebut akhirnya dibunuh olehnya.

Ia juga bersikap kejam, ia tega memukuli selirnya dengan sebatang tongkat hingga mati dikarenakan sang selir tersebut gagal menemukan kucing kesayangan miliknya yang hilang[7]

Setelah Pemerintah kolonial Hindia Belanda melantik Pangeran Tamjidillah menjadi Sultan Banjar tanggal 3 November 1857, maka pada tanggal 4 November 1857 Residen mengizinkan dengan bantuan serdadu yang ada di Martapura untuk menangkap Pangeran Prabu Anom, pamannya sendiri. Pangeran Prabu Anom pergi ke Martapura lari dari tahanannya di Banjarmasin (sekarang Kelurahan Melayu) karena mengurusi pemakaman ayahnya Sultan Adam al Watsiq Billah. Alasannya dan tuduhan yang dikenakan pada dirinya ialah bahwa Pangeran Prabu Anom membahayakan tahta, tetapi penangkapan itu tidak berhasil. Rakyat menjadi saksi atas tindakan Sultan baru ini dalam usahanya menangkap pamannya Pangeran Prabu Anom. Lima hari setelah pemakaman Sultan Adam Al Wasik Billah yang sangat dicintai rakyat, keraton Martapura ditembaki serdadu Belanda untuk menangkap anak raja. Pangeran Prabu Anom akhirnya ditangkap dengan tipu muslihat pada permulaan tahun 1858 dan dijebloskan ke penjara benteng Tatas kemudian diasingkan ke Bandung pada 23 Februari 1858.[8]

Pangeran Prabu Anom merupakan mertua dari Pangeran Muhammad Aminullah, pejuang Perang Banjar. Pangeran Muhammad Aminullah termasuk salah seorang yang tidak akan pernah mendapat pengampunan dari pemerintah Kolonial Hindia Belanda:[9]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Annabel Teh Gallop (2002). Malay Seal Inscriptions: A Study in Islamic Epigraphy from Southeast Asia (dalam bahasa Inggris). 3. Inggeris: University of London. hlm. 453. 
  2. ^ a b (Indonesia) Mohamad Idwar Saleh; Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, 1986
  3. ^ Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Batavia), Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Batavia) (1860). Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap (dalam bahasa Belanda). 9. Lange. hlm. 120. 
  4. ^ (Belanda) Nederlanderh, Host Indie. Brill Archive. hlm. 140. 
  5. ^ (Indonesia)Poesponegoro, Marwati Djoened (1992). Sejarah nasional Indonesia: Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19. Indonesia: PT Balai Pustaka. ISBN 979-407-410-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-04. Diakses tanggal 2014-05-01.  ISBN 978-979-407-410-7
  6. ^ (Belanda) (1861)Tijdschrift voor Nederlandsch Indië. 23. Ter Lands-drukkerij. hlm. 70. 
  7. ^ (Indonesia) Rachman, M. Fadjroel (2007). Bulan jingga dalam kepala: novel. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 41. ISBN 9792228764. ISBN 978-979-22-2876-2
  8. ^ (Indonesia)J. U. Lontaan (1985). Menjelajah Kalimantan. Penerbit Baru. hlm. 105. 
  9. ^ (Belanda) de Heere, G. A. N. Scheltema (1863). Staatsblad van Nederlandisch Indië. Ter Drukkerij van A. D. Schinkel. hlm. 118. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]