Oidipus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Oidipus dan Sfinks, oleh Jean Auguste Dominique Ingres.

Oidipus (UK /ˈdɪpəs/, US /ˈɛdə-/; Yunani: Οἰδίπους Oidípous bermakna "kaki bengkak") dalam mitologi Yunani adalah raja Thebes. Dia diramalkan akan membunuh ayahnya dan menikahi ibunya sendiri. Hal ini yang di kemudian hari membawa bencana di kerajaannya. Legenda Oidipus banyak diceritakan dalam berbagai versi dan digunakan oleh Sigmund Freud untuk menamakan kompleks Oidipus.

Dalam mitologi[sunting | sunting sumber]

Oidipus adalah anak dari Laios dan Iokaste. Sebelum ia lahir, kedua orang tuanya menemui Orakel Delfi. Sang Orakel meramalkan bahwa raja Laios akan dibunuh oleh anaknya sendiri. Untuk mencegah agar ramalan ini tidak menjadi kenyataan, Laios memerintahkan untuk mengikat kaki Oidipus dan memakunya – dari sinilah dia diberi nama Oidipus sebagai “kaki bengkak”. Oidipus kemudian dibuang dari Thebes, akan tetapi seorang penggembala menemukannya dan membawanya ke Korinthos untuk dipelihara oleh raja Polibos. Bertahun-tahun kemudian, seorang pemabuk memberitahunya bahwa Polibos bukanlah ayah kandung Oidipus. Demi mencari kebenaran cerita itu, dia pergi menemui Orakel. Orakel tidak memberitahunay mengenai orang tua kandungnya, namun memberitahu bahwa Oidipus ditakdirkan untuk membunuh ayahnya dan mengawini ibunya. Dalam usahanya untuk menghindari takdir, Oidipus pun pergi dari Korinthos ke Thebes.

Dalam perjalanannya ke Thebes, dia tiba di persimpangan tiga jalan dimana dia bertemu dengan kereta kuda yang dikendarai oleh raja Laios. Laios memerintahkan Oidipus minggir dari jalan agar keretanya dapat lewat, tetapi Oidipus tidak mau menurutinya. Oidipus tidak mengenal Laios saat itu, akan tetapi keduanya terlibat dalam pertikaian dan berakhir dengan Oidipus membunuh Laios dalam perkelahian. Seperti ramalan sang Orakel, Oidipus membunuh ayahnya. Saat ia meneruskan perjalanannya ke Thebes, dia berjumpa dengan Sfinks. Sfinks menghentikan semua orang yang lewat jalan itu sambil memberinya sebuah teka teki. Jika para pengembara tersebut tidak dapat menjawab dengan benar, maka Sphinx akan memakan mereka, jika mereka berhasil, mereka dapat melanjutkan perjalanannya .Teka-tekinya adalah "Apa yang berjalan dengan empat kaki di pagi, dua kaki di siang dan tiga kaki di sore hari?". Oidipus menjawab, "Manusia; saat kecil, manusia berjalan dengan kaki dan tangannya, saat dewasa berjalan dengan dua kakinya dan saat tua berjalan dengan tongkatnya”. Setelah mendengar jawaban Oidipus yang benar, Sfinks bunuh diri. Karena berhasil membunuh Sfinks, Oidipus diangkat menjadi raja Thebes dan juga dinikahkan dengan janda raja Laios, Ioakste. Mereka mempunyai empat anak: dua laki-laki, Polineikes dan Eteokles dan dua anak perempuan, Antigone dan Ismene.

Bertahun-tahun setelah perkawinan Oidipus dan Iokaste, suatu wabah menyerang kota Thebes. Dalam arogansinya, Oidipus mengatakan akan mengakhiri bencana itu. Dia mengutus Kreon, saudara Iokaste, untuk menemui Orakel di Delfi, guna mencari petunjuk. Saat Kreon kembali, dia mengatakan bahwa pembunuh raja Laios harus ditemukan, pembunuh itu harus dibunuh atau diasingkan agar bencana tersebut lenyap dari Thebes. Untuk mencari pembunuh itu, Oidipus bertanya pada Teiresias, seorang peramal buta, tetapi Teiresias mengingatkannya agar usahanya untuk mencari pembunuh Laios tidak diteruskan. Karena terjadi pertikaian antara keduanya, maka akhirnya Teiresias mengungkap bahwa pembunuh sebenarnya raja Laios adalah Oidipus. Pada saat yang sama, seorang pesuruh datang dari Korinthos, dan mengabarkan bahwa Raja Polibos, yang Oidipus anggap sebagai ayahn kandungya, telah wafat. Utusan itu juga mengungkapkan bahwa Oidipus sebenarnya adalah anak angkat Polibos. Iokaste akhirnya menyadari identitas sebenarnya dari Oidipus, dia kemudian lari ke istana dan menggantung diri. Saat mendapati bahwa Iokaste telah tewas, Oidipus kemudian membutakan dirinya, dan pergi dari Thebes ditemani oleh anaknya Antigone. Akhirnya dia meninggal di Kolonos setelah mendapatkan perlindungan dari raja Theseus.

Kedua anak lelaki Oedisius, Eteokles, dan Polineikes berbagi kerajaan. Mereka memerintah bergantian setiap tahun. Akan tetapi saat tiba giliran Eteocles memerintah kerajaan, Polinikes menolak menyerahkan tahtanya. Terjadilah peperangan yang diakhiri dengan kedua saudara tersebut saling bunuh. Kreon, saudara Iokaste menggantikan mereka menjadi raja, dia memutuskan bahwa Polineikes adalah seorang pengkhianat dan tidak diperbolehkan untuk dikuburkan. Antigone yang tidak menerima keputusan ini, berusaha menguburkan Polineikes, tetapi Kreon akhirnya membunuhnya.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  • Brown, A.L. "The End of the Seven against Thebes" The Classical Quarterly 26.2 (1976) 206-19.
  • Carloni, Glauco and Nobili, Daniela. La Mamma Cattiva: fenomenologia, antropologia e clinica del figlicidio (Rimini, 2004).
  • Dallas, Ian, Oedipus and Dionysus, Freiburg Press, Granada 1991. ISBN 1-874216-02-9.
  • Graves, Robert, The Greek Myths
  • Lowry, Malcolm. Sursum Corda!: The Collected Letters of Malcolm Lowry (Toronto, 1995).
  • Rotimi, Ola. The Gods are Not to Blame, Three Crown Books, Nigeria 1974.
  • Smith, William; Dictionary of Greek and Roman Biography and Mythology, London (1873).

Pranala luar[sunting | sunting sumber]