Objek-objek abadi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Plato.Gagasan Alfred North Whitehead mengenai objek-objek abadi sangat di pengaruhi oleh filsafat Plato

Objek-objek abadi atau eternal objects adalah sebuah istilah yang dicetuskan oleh Alfred North Whitehead untuk menunjukan kemungkinan-kemungkinan murni (pure potentials) yang akan menjadi prinsip pembentuk atau pemberi wujud tertentu bagi entitas aktual.[1] Setiap wujud dari entitas aktual mengandaikan adanya suatu prinsip yang memberikan bentuk tertentu padanya.[2] Prinsip yang memberikan bentuk tertentu ini adalah objek-objek abadi.[3] Jika tidak ada objek-objek abadi, tidak akan pernah ada hal-hal yang berwujud.[3] Pengertian Whitehead tentang objek-objek abadi memiliki kemiripan dengan konsep dunia ide atau konsep forma dari Plato.[4] objek-objek abadi adalah "dunia ide" dan entitas aktual yang berwujud adalah "dunia realitas".[4]

Prinsip-prinsip perwujudan tertentu dari objek-objek abadi adalah objek bagi subjek-subjek yang berada dalam proses menjadinya suatu entitas aktual.[2] Objek-objek abadi menjadi bahan penentu perwujudan suatu entitas aktual.[4] Objek-objek abadi ini bersifat abadi karena keberadaannya yang melampaui ruang dan waktu.[4] Ia tidak berada di dalam ruang dan waktu.[4] Keberadaannya menjadi niscaya karena adanya wujud-wujud di dunia realitas.[1] Karena keberadaannya yang melamapui ruang dan waktu, objek-objek abadi selalu memiliki beragam kemungkinan perwujudan konkret dari entitas aktual.[1] Objek-objek abadi tidak terbatas.[4] Objek-objek abadi menjadi terbatas ketika ia sudah menjadi bagian dari entitas aktual yang berwujud.[5] Meskipun entitas aktual sudah memperoleh wujudnya berdasarkan objek-objek abadi.[5] Entitas aktual tidak menghilangkan identitas objek-objek abadinya.[5]

objek-objek abadi memiliki keunikannya sendiri-sendiri.[5] objek abadi yang satu berbeda dengan objek abadi yang lainnya.[5] Satu objek abadi memiliki keunikan yang khas.[5] Keunikan dari satu objek abadi ini tetap bertahan ketika entitas aktual sudah mengambil prinsip keunikan objek abadi tersebut ketika entitas aktual mewujudkan dirinya.[5] Karena adanya kekhasan objek-objek abadi, maka tercipta pula kekhasan entitas-entitas aktual yang ada.[5] Kekhasan satu entitas aktual tidak terlepas dari kekhasan satu objek abadi yang dianutnya.[5] Meskipun objek-objek abadi ini berbeda dan khas satu sama lain, mereka tidak bersiri sendiri-sendiri.[5] Objek-objek abadi ini saling berhubungan satu sama lain.[2] Hubungan-hubungan ini saling tumpang tindih dan menciptakan berbagai kemungkinan keberwujudan objek abadi melalui entitas aktual.[2] Objek-objek abadi tidak berhubungan secara langsung dengan entitas aktual.[5] Hubungan antara yang tidak terbatas dalam ruang dan waktu (objek-objek abadi) dengan yang terbatas denagn ruang dan waktu (entitas aktual yang berwujud) berada pada cara yang berbeda.[5] Kemungkinan keberwujudan entitas aktual seakan-akan menarik atau menjiplak kemungkinan-kemungkinan keberwujudan entitas aktual yang ada di dalam alam objek-objek abadi.[5]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c (Indonesia)Sudarminta. 1991, Filsafat Proses, Sebuah Pengantar Sistematik Filsafat Alfred North Whitehead. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 40-42.
  2. ^ a b c d (Indonesia)Emanuel Bria. 2008, Jika Ada Tuhan Mengapa Ada Kejahatan: Percikan Filsafat Whitehead. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 36-38.
  3. ^ a b (Inggris)Robert Audi. 1995, The Cambridge Dictionary of Philosophy. Cambridge: The Press Syndicate of the University of Cambridge. Hlm. 851-853.
  4. ^ a b c d e f (Indonesia)Albert North Whitehead. Filsafat Proses, Proses dan Realitas Dalam Kajian Kosmologi. 2009, Kreasi Wacana. Hlm. 51-52
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m (Indonesia)Paulus Budi Kleden. 2002, Dialog Antragama Dalam Terang Filsafat Proses Alfred North Whitehead. Maumere: Ledalero. Hlm. 32-33.

Daftar Pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Audi, Robert (ed). 1995, The Cambridge Dictionary of Philosophy. Cambridge: The Press Syndicate of the University of Cambridge.
  • Bria, Emanuel. 2008, Jika Ada Tuhan Mengapa Ada Kejahatan: Percikan Filsafat Whitehead. Yogyakarta: Kanisius.
  • Kleden, Paulus Budi. 2002, Dialog Antragama Dalam Terang Filsafat Proses Alfred North Whitehead. Maumere: Ledalero.
  • Sudarminta. 1991, Filsafat Proses, Sebuah Pengantar Sistematik Filsafat Alfred North Whitehead. Yogyakarta: Kanisius.
  • Whitehead, Albert North (terj.). 2009, Filsafat Proses, Proses dan Realitas Dalam Kajian Kosmologi. Kreasi Wacana...