Norodom Sihanouk

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 14 Maret 2013 05.33 oleh Reindra (bicara | kontrib) (Hapus 53 interwiki, migrasi ke ''item'' di Wikidata)
Norodom Sihanouk
Raja Kamboja
Raja Kamboja (Periode pertama)
Berkuasa25 April 19412 Maret 1955
PenobatanSeptember 1941
PendahuluSisowath Monivong
PenerusNorodom Suramarit
Raja Kamboja (Periode ke-2)
Berkuasa24 September 1993 - 7 Oktober 2004
PendahuluChea Sim
PenerusNorodom Sihamoni
Informasi pribadi
Kelahiran(1922-10-31)31 Oktober 1922
Phnom Penh, Indocina Perancis
Kematian15 Oktober 2012(2012-10-15) (umur 89)[1]
Beijing, Cina
WangsaWangsa Norodom
Nama lengkap
Preah Karuna Preah Bat Sâmdech Preah Norodom Sihanouk Preahmâhaviraksat
AyahNorodom Suramarit
IbuSisowath Kosamak
Pasangan7 istri
Anak14 anak
AgamaBuddha Theravada
Tanda tanganNorodom Sihanouk
Norodom Sihanouk
Perdana Menteri Kamboja Pertama
Perdana Menteri Protektorat Kamboja Pertama
Masa jabatan
18 Maret 1945 – 13 Agustus 1945
Sebelum
Pendahulu
Jabatan terbentuk
Sebelum
Perdana Menteri Kamboja ke-12
Perdana Menteri Protektora Kamboja ke-2
Masa jabatan
28 April 1950 – 30 Mei 1950
Sebelum
Pendahulu
Yem Sambaur
Pengganti
Samdech Krom Luong Sisowath Monipong
Sebelum
Perdana Menteri Kamboja ke-16
Perdana Menteri Protektora Kamboja ke-6
Masa jabatan
16 Juni 1952 – 24 Januari 1953
Sebelum
Pendahulu
Huy Kanthoul
Pengganti
Penn Nouth
Sebelum
Perdana Menteri Kamboja ke-20
Perdana Menteri Kerajaan Kambodia ke-3
Masa jabatan
7 April 1954 – 18 April 1954
Sebelum
Pendahulu
Chan Nak
Pengganti
Penn Nouth
Sebelum
Perdana Menteri Kamboja ke-23
Perdana Menteri Kerajaan Kambodia ke-6
Masa jabatan
3 Oktober 1955 – 5 Januari 1956
Sebelum
Pendahulu
Leng Ngeth
Pengganti
Oum Chheang Sun
Sebelum
Perdana Menteri Kamboja ke-25
Perdana Menteri Kerajaan Kambodia ke-8
Masa jabatan
1 Maret 1956 – 24 Maret 1956
Sebelum
Pendahulu
Oum Chheang Sun
Pengganti
Khim Tit
Sebelum
Perdana Menteri Kamboja ke-27
Perdana Menteri Kerajaan Kamboja ke-10
Masa jabatan
15 September 1956 – 15 Oktober 1956
Sebelum
Pendahulu
Khim Tit
Pengganti
Sam Yun
Sebelum
Perdana Menteri Kamboja ke-35
Perdana Menteri Kerajaan Kamboja ke-17
Masa jabatan
9 April 1957 – 7 Juli 1957
Sebelum
Pendahulu
Sam Yun
Pengganti
Sim Var
Sebelum
Perdana Menteri Kamboja ke-36
Perdana Menteri Monarki-Regensi Kamboja pertama
Masa jabatan
3 April 1960 – 19 April 1960
Sebelum
Pendahulu
Sendiri
(sebagai Perdana Menteri Independen Kerajaan Kamboja
Pengganti
Pho Proeung
Sebelum
Informasi pribadi
Partai politikIndependen
ProfesiPolitikus
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini
Sihanouk

Preah Bat Samdech Preah Norodom Sihanouk Varman (Khmer: នរោត្តម សីហនុ) (31 Oktober 1922 – 15 Oktober 2012) merupakan mantan Raja Kamboja. Setelah turun tahta pada 7 Oktober 2004 ia mengambil gelar "Raja-Ayah" (Khmer: Preahmâhaviraksat). Ia dilahirkan di Phnom Penh, putra Pangeran Norodom Suramarit dan Putri Sisowath Kossamak.

Sepanjang sejarah Kamboja yang berceramuk Sihanouk memegang banyak jabatan sehingga Guinness Book of World Records mencatat bahwa Norodom Sihanouk sebagai ahli politik yang memegang jabatan politik paling banyak. Ini termasuk dua periode sebagai raja, satu periode sebagai presiden, dua periode sebagai perdana menteri, dan satu periode sebagai kepala negara tanpa gelaran di Kamboja, termasuk pelbagai jabatan sebagai ketua dalam pelbagai pemerintahan dalam pengasingan.

Masa muda

Ketika Sihanouk lahir, Kerajaan Kamboja berstatus sebagai protektorat Perancis dan menjadi bagian dari koloni Indochina Perancis. Sihanouk mengikuti pelajaran dasar di sekolah dasar Phnom Penh, École François Baudouin, melanjutkan pelajaran menengah di Lycée Chasseloup-Laubat, Saigon (sekarang Ho Chi Minh City), Vietnam dan kemudian masuk Akademi Kavaleri Militer di Saumur, Perancis. Saat kakek dari ibundanya, Raja Sisowath Monivong, meninggal pada 23 April 1941, Dewan Mahkota (Crown Council) melantik Pangeran Sihanouk sebagai Raja Kamboja, dan dinobatkan pada bulan September tahun yang sama. Beredar desas desus bahwa pelantikan Norodom Sihanouk sebagai raja disebabkan oleh pengaruh atau tekanan Perancis, dikarenakan ia masih muda dan belum berpengalaman, sehingga dianggap mudah untuk diatur.

Sebagai Raja dan kepala negara

Selepas Perang Dunia II dan pada awal 1950-an, politik Raja Sihanouk cenderung ke arah nasionalis dan beliau mulai menyuarakan tuntutan agar Perancis memberikan kemerdekaan dan keluar dari Kamboja, mencerminkan semangat kebanyakan negara jajahan di kawasan tersebut, termasuk Vietnam, Indonesia, dan Laos. Namun di dalam hal ini ia bersikap hati-hati, agar tidak terjadi pertumpahan darah seperti di Vietnam (Perang Indochina Pertama). Ia "membuang diri" ke Thailand pada 1952 dan tidak kembali sampai kemerdekaan diberikan. Ia kembali saat permintaannya terkabul dan negaranya diberikan kemerdekaan pada 9 November 1953. Pada 2 Maret 1955, Sihanouk memutuskan untuk turun tahta dan terjun langsung ke ranah politik dengan mendirikan gerakan Sangkum Reastr Niyum (Komunitas Sosialis Populer). Melalui gerakan ini, Sihanouk berusaha untuk menyatukan berbagai macam faksi politik, karena sifat Sangkum yang non-partai. Gerakan Sangkum berhasil memenangkan pemilu legislatif tahun 1955 dan Sihanoukpun menjadi Perdana Menteri beberapa bulan kemudian, sedangkan ayahnya Norodom Suramarit menggantikannya sebagai Raja Kamboja. Selepas kematian ayah Sihanouk pada tahun 1960, ia sekali lagi dilantik sebagai kepala negara, tetapi tidak dianugerahkan gelar "Raja". Selanjutnya ia dikenal sebagai "Pangeran Norodom Sihanouk, Kepala Negara (Chef de l'Etat) Kamboja". Ia juga menghadiri Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada April 1955. Di KAA ia bertemu untuk pertama kalinya dengan Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok Zhou Enlai, dan pada sebuah pertemuan tertutup, keduanya beserta menteri luar negeri Vietnam Utara (yang berpaham Komunis) Pham Van Dong membuat kesepakatan bahwa Vietnam dan Cina akan menghargai netralitas dan kedaulatan Kamboja.

Ketika Perang Vietnam berceramuk, Sihanouk mencoba menetapkan Kamboja sebagai negara netral atau non-blok. Ia mengambil kebijakan silih berganti mendukung Tiongkok dan Amerika Serikat dan kemudian mengambil kebijakan Jalan Ketiga dalam politik luar negerinya. Ia dikenal bersahabat akrab dengan Presiden Soekarno dari Indonesia yang juga mengupayakan politik bebas aktif, dan anti imperialisme. Namun Sihanouk gagal dalam usaha menghalangi peperangan meluas sampai ke dalam Kamboja dan pada tahun 1966, kebijakannya mulai condong ke kiri dan berpihak pada blok Tiongkok. Ia membuat kesepakatan dengan PM Zhou Enlai yang memperbolehkan para gerilyawan Viet Cong untuk menggunakan pelabuhan Sihanoukville dan perbatasan Kamboja-Vietnam sebagai jalur logistik, yang kemudian dikenal sebagai Sihanouk Trail. Untuk mengatasi ini, tahun 1969 Amerika Serikat melancarkan operasi pengeboman udara besar-besaran yang bersifat rahasia di perbatasan Kamboja-Vietnam. Operasi ini dinamai Operation Menu dan bersifat rahasia karena tidak diketahui oleh Kongres AS dan publik, Sihanouk sendiri memilih untuk diam dan tidak melakukan apa-apa terhadap operasi ini. Pada Maret 1970, ketika beliau berada di Moskwa dalam rangka kunjungan ke Uni Soviet, sebuah kudeta yang dipimpin oleh Lon Nol, salah seorang panglima militer kepercayaannya dan Pangeran Sisowath Sirik Matak, seorang menteri dan sepupunya sendiri terjadi dan menyingkirkannya dari kekuasaan. Setelah kudeta, keduanya menghapuskan sistem kerajaan dan mendirikan Republik Khmer yang pro-Amerika. Pangeran Sihanouk kemudian melarikan diri ke Beijing dan menyusun pasukan untuk menentang pemerintahan Lon Nol di Phnom Penh, bahkan sempat mendukung dan bersekutu dengan Khmer Merah pimpinan Pol Pot. Saat Republik Khmer jatuh ke tangan Khmer Merah pada April 1975, Pangeran Sihanouk diangkat menjadi kepala negara simbolis dimana Pol Pot yang memegang kekuasaan yang sebenarnya. Pada tahun berikutnya, pada 4 April, Sihanouk sekali lagi disingkirkan dari jabatannya dan berhenti dari politik. Sihanouk sekali lagi mencari suaka politik di Republik Rakyat Tiongkok dan Korea Utara.

Invasi Vietnam atas Kamboja Desember 1978, atas permintaan Hun Sen dan Heng Shamrin, yang sebelumnya merupakan perwira di jajaran elit Khmer Merah, berhasil menyingkirkan kekuasaan Khmer Merah atas Kamboja. Walaupun mengambil sikap berhati-hati dengan Khmer Merah, Pangeran Sihanouk akhirnya mengadakan aliansi dengan mereka agar dapat membentuk barisan bersatu menentang Vietnam. Pada 1982, Norodom Sihanouk menjadi presiden Coalition Government of Democratic Kampuchea (CGDK), yang terdiri atas partai FUNCINPEC-nya, KPNLF Son Sann dan Khmer Merah. Vietnam menarik kekuatan militernya pada tahun 1989, meninggalkan pemerintahan pro-Vietnam dibawah pemerintahan Perdana Menteri Hun Sen yang dikenal sebagai Republik Rakyat Kamboja.

Kembali ke Kamboja dan menjadi Raja

Perundingan damai antara CGDK dan PRK berawal tidak lama kemudian, diantaranya melalui forum Jakarta Informal Meeting di Istana Bogor, Indonesia dan berlanjut hingga 1991 saat semua pihak setuju untuk penyelesaian dari krisis Kamboja yang ditandatangani di Paris. Pangeran Sihanouk kembali lagi ke Kamboja pada 14 November 1991 setelah tiga belas tahun dalam pengungsian.

Pada tahun 1993, Norodom Sihanouk dilantik kembali sebagai Raja Kamboja dan putranya, Pangeran Norodom Ranariddh mengadakan persetujuan dengan Madame Marie de Roland-Peel, Sekretaris Jendral British Committee for Free Vietnam, Laos, Cambodia & Burma dan sepakat untuk memasuki Southeast Asia Imperial & Royal League, diketuai oleh H.I.H. Pangeran Nguyen Phuc Buu Chanh dari Vietnam.

Semenjak kepulangannya dari pengungsian dan menjabat sebagai Raja Kamboja, kesehatannya terganggu dan banyak berita serta pernyataan yang menyatakan bahwa Raja Sihanouk akan turun tahta. Sepanjang awal 2004, ia berulang kali ke Beijing, Tiongkok, untuk mendapatkan perawatan kesehatan.

Kegiatan-kegiatan lain

Raja Sihanouk menaruh minat terhadap seni termasuk film dan musik. Ia membuat film baik dokumenter maupun cerita sepanjang tahun, menjadi sutradara dalam banyak film dan karya musik. Dia merupakan salah seorang kepala negara dalam kawasan ini yang mempunyai halaman web tersendiri, yang mempunyai penggemar, menarik lebih seribu pengunjung sehari, yang sejumlah besar berasal dari pengguna internet negaranya. Kisah nyata dan tulisan dari Raja diletakkan di situs pribadinya setiap hari untuk dibaca rakyatnya.

Raja Sihanouk kembali mengasingkan diri pada Januari 2004, menetap di Pyongyang, Korea Utara, dan Beijing, Tiongkok. Kemudian mengumumkan pengunduran diri dari tahtanya pada 7 Oktober 2004. Seminggu selepas itu, pada 14 Oktober 2004, salah seorang putranya, Norodom Sihamoni dilantik menggantikannya.

Wafat

Sihanouk meninggal setelah serangan jantung di Beijing, Cina pada tanggal 15 Oktober 2012, usia 89.[2] Dia telah menerima perawatan medis di sana sejak Januari untuk sejumlah masalah kesehatan, termasuk kanker usus besar, diabetes, dan hipertensi.[3] Bendera Kamboja dikibarkan setengah tiang, dan saat Raja Norodom Sihamoni serta Perdana Menteri Hun Sen pergi ke Beijing untuk membawa pulang jenazah Sihanouk untuk pemakaman di Istana Kerajaan.[4]

Didahului oleh:
Sisowath Monivong
Raja Kamboja
19411955
Diteruskan oleh:
Norodom Suramarit
Didahului oleh:
Norodom Suramarit
Pangeran Kamboja
19601970
Diteruskan oleh:
Tidak Ada
Didahului oleh:
Tidak Ada
Raja Kamboja
19932004
Diteruskan oleh:
Norodom Sihamoni

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Cambodia former king Norodom Sihanouk 'dies' in Beijing". BBC News online. 15 October 2012. 
  2. ^ "Cambodia former king Norodom Sihanouk dies aged 89". BBC News. 15 October 2012. 
  3. ^ Cheang, Sopheng (October 15, 2012). "Cambodia's former King Norodom Sihanouk dies at 89". NBC News. Associated Press. Diakses tanggal October 15, 2012. 
  4. ^ "Cambodia expresses grieves at the death of King-Father Norodom Sihanouk". China News. October 15, 2012. Diakses tanggal October 15, 2012. 

Daftar Pustaka

  • Sihanouk, Norodom, dan Wilfred Burchett. My War with the CIA: The Memoirs of Prince Norodom Sihanouk as Related to Wilfred Burchett. Harmondsworth: Penguin, 1974.
  • Chandler, David P. A History of Cambodia. Boulder, CO: Westview, 2008. Print.

Pranala luar