Mohammad Husni Thamrin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 02.19 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 2 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q6892071)

Mohammad Husni Thamrin
Lahir16 February 1894
Weltevreden, Batavia, Hindia Belanda
Meninggal11 Januari 1941(1941-01-11) (umur 46)
Senen, Batavia, Hindia Belanda
MakamTaman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta
KebangsaanIndonesia
PekerjaanPolitikus
Tahun aktif1919–1940
PenghargaanPahlawan Nasional Indonesia

Mohammad Husni Thamrin (16 Februari 1894 – 11 Januari 1941) adalah seorang politisi era Hindia Belanda yang kemudian dianugerahi gelar pahlawan nasional Indonesia.

Kehidupan awal

Thamrin lahir di Weltevreden, Batavia (sekarang Jakarta), Hindia Belanda, pada 16 Februari 1894.[1] Ayahnya adalah seorang Belanda dengan ibu orang Betawi. Sejak kecil ia dirawat oleh pamannya dari pihak ibu karena ayahnya meninggal, sehingga ia tidak menyandang nama Belanda.[2] Sementara itu kakeknya, Ort, seorang Inggris, merupakan pemilik hotel di bilangan Petojo, menikah dengan seorang Betawi yang bernama Noeraini.[3]

Ayahnya, Tabri Thamrin, adalah seorang wedana dibawah gubernur jenderal Johan Cornelis van der Wijck. Setelah lulus dari Koning Willem III Gymnasium,[1] Thamrin mengambil beberapa jabatan sebelum bekerja di perusahaan perkapalan Koninklijke Paketvaart-Maatschappij.[4]

Karier

Ia dikenal sebagai salah satu tokoh Betawi (dari organisasi Kaoem Betawi) yang pertama kali menjadi anggota Volksraad ("Dewan Rakyat") di Hindia Belanda, mewakili kelompok Inlanders ("pribumi"). Sejak 1935 ia menjadi anggota Volksraad melalui Parindra. Thamrin juga salah satu tokoh penting dalam dunia sepakbola Hindia Belanda (sekarang Indonesia), karena pernah menyumbangkan dana sebesar 2000 Gulden pada tahun 1932 untuk mendirikan lapangan sepakbola khusus untuk rakyat Hindia Belanda pribumi yang pertama kali di daerah Petojo, Batavia (sekarang Jakarta).

Kematiannya penuh dengan intrik politik yang kontroversial. Tiga hari sebelum kematiannya, ia ditahan tanpa alasan jelas. Menurut laporan resmi, ia dinyatakan bunuh diri namun ada dugaan ia dibunuh oleh petugas penjara. Jenazahnya dimakamkan di TPU Karet, Jakarta. Di saat pemakamannya, lebih dari 10000 pelayat mengantarnya yang kemudian berdemonstrasi menuntuk penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan dari Belanda.[5]

Namanya diabadikan sebagai salah satu jalan protokol di Jakarta dan proyek perbaikan kampung besar-besaran di Jakarta ("Proyek MHT") pada tahun 1970-an .

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Soedarmanto 2007, hlm. 14.
  2. ^ Glissenaar, F. DD: Het leven van E.F.E. Douwes Dekker. p. 153.
  3. ^ Asvi Warman Adam 2009, hlm. 17.
  4. ^ JCG, Mohammad Hoesni Thamrin.
  5. ^ Anwar, R. Tjarda dibebaskan. Salinan dalam bentuk blog dari artikel di Suara Pembaruan daring.

Daftar pustaka

Pranala luar