Mitsubishi G3M

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 01.52 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 17 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q696356)
Mitsubishi G3M
TipeBomber jarak jauh
PerancangKiro Honjo
Terbang perdanaJuli 1935
Diperkenalkan1935
Dipensiunkan1945
Pengguna utamaDinas udara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang
Jumlah produksi1.048

Mitsubishi G3M (九六式陸上攻撃機: Pesawat serang berpangkalan darat Tipe 96; Kode sekutu "'Nell") adalah pesawat pengebom Jepang selama Perang Dunia II, kebanyakan digunakan dalam konflik melawan Cina.

Desain dan pengembangan

Pesawat ini diawaki oleh lima orang. Penerbangan pertamanya dilakukan pada Juli 1935. Pesawat dipersenjatai dengan senapan mesin 7,7 mm. Kecepatan maksimumnya adalah 348 km/jam dan memiliki jarak jangkau lebih dari 3.541 km. G3M juga didesain untuk membawa sebuah torpedo serangan anti-kapal permukaan.

G3M berawal dari spesifikasi yang diajukan oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jepang kepada Mitsubishi, yang meminta sebuah pesawat pengebom berat dengan keunggulan pada jarak jangkau yang belum pernah ada sebelumnya. Ini berasal terutama dari pengaruh Admiral Isoroku Yamamoto di Komisi Tinggi Angkatan Laut akan perlunya pengebom jarak jauh yang dapat mengatasi rentang jarak medan perang yang begitu besar yang akan ditaklukkan Kekaisaran Jepang di tahun-tahun yang akan datang, yaitu Tiongkok, Asia Tenggara, Kepulauan-kepulauan Pasifik dan Rusia Timur Jauh yang luas. Kebutuhan akan muatan juga belum pernah ada sebelumnya dalam sejarah penerbangan militer Jepang, di samping perlunya juga mengakomodasi torpedo udara yang dipertimbangkan untuk pertempuran dengan kapal-kapal tempur lapis baja sekutu dalam mengatasi luasnya geografi di front Pasifik. Kebutuhan akan kecepatan yang diminta oleh Departemen Angkatan Laut juga belum pernah ada sebelumnya bukan hanya di dalam Jepang tetapi juga dalam dunia penerbangan pengebom berat, yang dalam hubungan dengan perkiraan medan perang Jepang di Tiongkok dan Pasifik, pengebom membutuhkan tidak hanya cakupan daya jangkau, tetapi juga kecepatan yang dibutuhkan untuk menyerang sasaran-sasaran jauh dengan waktu serang minimum. Jadi G3M adalah sebuah perwujudan desain pesawat terbang militer dalam periode singkat sebelum Perang Pasifik, dengan perlengkapan serang yang luar biasa, jarak, dan kecepatan yang memberikan kemampuan berlindung dan bertahan.

Dua G3M2 – yang berada lebih dekat adalah Model 22 sementara yang lain adalah Model 21

Varian

Ka-15
Prototipe dengan mesin Tipe 91 Hiro (559 kW/750 hp), Mitsubishi Kinsei 2 (619 kW/830 hp), atau Mitsubishi Kinsei 3 (679 kW/910 hp) dan hidung gelas atau solid, 21 buah dibuat.
G3M1a/c
Prototipe desain ulang ditenagai oleh mesin Tipe 91 Hiro atau Mitsubishi Kinsei, hidung gelas.
G3M1 Model 11
Model seri pertama dari Tipe 96 Angkatan Laut, pengebom serang berpangkalan darat. Perluasan kabin dengan perlindungan yang lebih diperbaiki, beberapa dengan baling-baling yang lebih diperbaiki, 34 dibuat.
G3M1-L
G3M1 yang diubah menjadi versi pesawat angkut militer, dilengkapi dengan persenjataan maupun tidak, dan ditenagai oleh mesin Mitsubishi Kinsei 45 (802 kW/1.075 hp).
G3M2 Model 21
Mesin lebih bertenaga, penambahan kapasitas tanki, dan turet punggung. 343 dibuat Mitsubishi, 412 G3M2 dan G3M3 dirakit oleh Nakajima.
G3M2 Model 22
Turet atas dan perut digantikan dengan satu turet atas, 238 dibuat.
G3M3 Model 23
Mesin yang lebih bertenaga dan penambahan kapasitas tanki bahan bakar, dibuat oleh Nakajima.
L3Y1 Model 11
Pesawat Angkut Angkatan Laut Tipe 96, pengubahan lebih maju dari versi angkut G3M1.
L3Y2 Model 12
Modifikasi G3M2 dengan mesin Mitsubishi Kinsei.

Spesifikasi (Mitsubishi G3M2 Model 21)

Ciri-ciri umum

Kinerja

  • Laju maksimum: 375 km/jam (203 kn, 233 mil per jam)
  • Laju jelajah: 280 km/jam (151 kn, 174 mil per jam)
  • Jangkauan: 4.400 km
  • Langit-langit batas: 9.200 m
  • Laju tanjak: 6 m/dtk

Persenjataan

  • Senjata
  • Bom
    • 800 kg (1.764 lb) bom atau 1 × torpedo
  • Operator

     Jepang
     Indonesia
    • Pada 1945, Tentara Keamanan Rakyat mengambil alih sejumlah kecil pesawat, termasuk yang ada di Lapangan Terbang Bugis, Malang (diserahkan kepada Indonesia pada 18 September 1945). Kebanyakan pesawat hancur dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Tidak diketahui apakah pesawat ini sempat diterbangkan atau tidak.