Mitra (pakaian)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 01.50 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 37 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q193888)
Sebuah Mitra model Barat.

Mitra, (Dari kata Yunani μίτρα, artinya 'ikat kepala' atau 'sorban'), adalah sejenis penutup kepala yang sekarang ini dikenal sebagai penutup kepala seremonial dan tradisional para uskup dan beberapa abbas (kepala biara) tertentu dalam Gereja Katolik Roma, Komuni Anglikan, serta para uskup dan klerus lain tertentu dalam Gereja Ortodoks Timur, Gereja-Gereja Katolik Timur dan Gereja Ortodoks Oriental.

Asal-usul

Paus Gregorius Agung mengenakan camelaucum.

Camelaucum atau καμιλαύκιον, leluhur dari mitra model Barat dan Tiara paus, mulanya adalah semacam kopiah yang dikenakan para pejabat Kekaisaran Byzantium. Menjelang akhir era Kekaisaran Byzantium, terjadi perkembangan bentuk mitra sehingga mendekati bentuk mahkota kekaisaran.

Di Eropa Barat, mitra pertama kali digunakan di Roma sekitar pertengahan abad ke-10, dan di luar Roma sekitar tahun 1000. Mitra muncul dalam gambar untuk pertama kalinya dalam dua lukisan miniatur dari permulaan abad ke-11. Penyebutan mitra dalam tulisan untuk pertama kalinya terdapat dalam Bula dari Paus Leo IX pada tahun 1049. Sekitar tahun 1150 penggunaan mitra telah menyebar pada uskup-uskup di seluruh Dunia Barat.

Klerus Kristiani

Kekristenan Barat

Paus Yohanes Paulus II mengenakan Mitra model Barat dalam kunjungannya ke Brazil tahun 1997

Dalam tradisi Kristiani Barat, mitra modern berbentuk kopiah tinggi, terdiri atas dua bagian kembar (depan dan belakang) mirip gunungan dalam wayang kulit Bali, dan disatukan dengan jahitan pada kedua sisi. Bagian belakang mitra dilengkapi dua pita lebar yang menjuntai ke punggung.

Menurut hukum kanonik Gereja Katolik Roma, yang berhak mengenakan mitra adalah semua uskup (termasuk paus) dan abbas. Para Kardinal sekarang ini biasanya adalah uskup, namun para kardinal yang bukan uskup dan telah diberi izin khusus untuk tidak ditahbiskan menjadi uskup boleh mengenakan mitra.

Ada tiga macam mitra yang dikenakan para klerus Katolik Roma dalam berbagai kesempatan berbeda, yakni :

  • Simplex ('sederhana', karena terbuat dari bahan yang bersahaja) terbuat dari kain linen atau sutera putih polos tanpa hiasan apapun. Mitra simplex khusus dikenakan dalam upacara pemakaman dan Misa Jumat Agung. Selain itu juga dikenakan oleh para uskup konselebran dalam Misa. Para kardinal bila bersama-sama dengan Sri Paus mengenakan mitra simplex yang terbuat dari kain linen putih berpola tenunan (Bahasa Inggris: linen damask).
  • Pretiosa ('mulia') bertatahkan emas permata dan dikenakan pada hari-hari Minggu dan hari-hari raya. Di masa kini, mitra pretiosa sudah jarang dihiasi dengan permata, disainnya pun semakin bervariasi dan orisinil.
  • Auriphrygiata berbahan kain dari benang emas atau kain sutera putih dengan pita lebar bersulamkan benang emas atau perak. Di masa kini biasanya dikenakan oleh para uskup pada saat menerimakan sakramen-sakramen.

Setelah dilantik (inaugurasi) menjadi paus, Benediktus XVI meninggalkan tradisi dan mengganti tiara kepausan bahkan dalam lambang kepausannya dengan sebuah mitra kepausan (tetap memiliki tiga tingkat mahkota dalam bentuk yang telah disederhanakan yang melambangkan kekuasaan kepausan) dan pallium. Semua lambang kepausan dari para paus sebelum Benediktus XVI memiliki gambar tiara dan dua anak kunci Santo Petrus yang saling bersilangan, sekalipun tiara sudah tidak lagi dikenakan, khususnya pada masa kepausan Yohanes Paulus I dan Yohanes Paulus II. Paulus VI adalah paus terakhir yang memulai masa jabatannya dengan upacara pemahkotaan resmi pada bulan Juni 1963. Meskipun demikian, sebagai tanda adanya kebutuhan akan penyederhanaan upacara-upacara kepausan, sekaligus sebagai tanda perubahan sifat kepausan itu sendiri, dia menanggalkan tiaranya sendiri dan tidak mengenakannya lagi untuk seterusnya dalam sebuah upacara yang dramatis di Basilika Santo Petrus pada saat berlangsungnya sesi kedua Konsili Vatikan II bulan November 1963. Namun jelas dalam Konstitusi Apostolik Paus Paulus VI tahun 1975, penggunaan tiara belum dihapuskan: di dalamnya dia mengharuskan penggantinya untuk menjalani upacara pemahkotaan sebagai paus. Akan tetapi Paus Yohanes Paulus I tidak mengikuti instruksi Paus Paulus dan sebaliknya memilih upacara pelantikan yang lebih sederhana, preseden ini diikuti para penggantinya, Yohanes Paulus II, dan kemudian Benediktus XVI. Konstitusi Apostolik Paus Yohanes Paulus II tahun 1996 membiarkan terbuka opsi untuk pemahkotaan atau pelantikan dengan tidak menyebut secara spesifik upacara seperti apa yang harus dilaksanakan, dan hanya menyebutkan bahwa harus ada upacara untuk menginaugurasi (memulai) pemerintahan paus. (Secara teknis baik pemahkotaan maupun pelantikan memenuhi deskripsi sebagai menginaugurasi – memulai secara seremonial – pemerintahan atau masa jabatan.)

Paus Paulus mendonorkan tiaranya (hadiah dari Keuskupan Agung Milan yang pernah dipimpinnya sebelum menjadi paus), bagi upaya-upaya pemberantasan kemiskinan di dunia. Kardinal Francis Spellman dari New York kemudian menerima tiara itu dan membawanya dalam tur keliling Amerika Serikat untuk menghimpun dana bantuan bagi kaum miskin. Tiara tersebut sekarang dipajang secara permanen di Gereja Bawah Tanah dalam Basilika National Shrine of the Immaculate Conception di Washington, D.C.

Penggunaan mitra ditinggalkan Gereja Inggris setelah Reformasi, namun kembali muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 sebagai hasil Gerakan Oxford (Bahasa Inggris: Oxford Movement), dan kini dikenakan oleh sebagian besar uskup Anglikan setidaknya dalam beberapa kesempatan.

Mitra senantiasa terlukis dalam lambang para uskup Gereja Inggris. Gambar mitra dihapuskan dari semua lambang pribadi dalam Gereja Katolik pada tahun 1969, dan sejak saat itu hanya dapat dijumpai pada lambang kekuskupan dan lambang-lambang terkait.


Kekristenan Oriental

Paus Shenouda, Pemimpin Gereja Ortodoks Koptik di Mesir, mengenakan mitra model Byzantium.

Para uskup Ortodoks Oriental kadang-kadang mengenakan mitra, baik mitra model Barat maupun Timur. Di masa lampau, para uskup Koptik mengenakan ballin, semacam omoforion yang dililitkan di kepala seperti sorban. Para uskup Ortodoks Suryani mengenakan masynafto (secara harfiah berarti 'sorban') bilamana memimpin Upacara Liturgi. Masynafto adalah sehelai kerudung lebar, penuh hiasan bordiran, kerap bergambar Roh Kudus dalam rupa seekor burung merpati. Para imam Ortodoks Armenia mengenakan mitra model Byzantium, sementara para uskupnya mengenakan mitra model Barat.

Para granadir

Pada abad ke-18 dan ke-19, para serdadu yang bertugas sebagai granadir (pasukan bersenjata bahan peledak/granat) di berbagai angkatan bersenjata Eropa Utara mengenakan sejenis mitra model Barat. Mitra para grenadier ini masih dikenakan sebagai bagian dari seragam parade oleh beberapa resimen granadir Prusia dan Rusia sampai Perang Dunia I.

Referensi

  • Noonan, Jr., James-Charles (1996). The Church Visible: The Ceremonial Life and Protocol of the Roman Catholic Church. Viking. hlm. p.191. ISBN 0-670-86745-4. 

Lain-lain

Buah catur Gajah yang dalam Bahasa Inggris disebut bishop diwakili dengan sebentuk gubahan mitra model Barat.

Disain Mahkota Kekaisaran Austria dan Kekaisaran Rusia menyertakan sebentuk mitra logam bertatahkan permata.

Galeri

Pranala luar