Mediamorfosis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Mediamorfosis adalah transformasi media komunikasi, yang biasanya ditimbulkan akibat hubungan timbal balik yang rumit antara berbagai kebutuhan yang dirasakan, tekanan persaingan dan politik, serta berbagai inovasi dan teknologi.[1] Menurut Roger Fidler (2003), Mediamorfosis bukanlah sekadar teori sebagai cara berpikir yang terpadu tentang evolusi teknologi media komunikasi.

Mediamorfosis mendorong kita untuk memahami semua bentuk sebagai bagian dari sebuah system yang saling terkait, dan mencatat berbagai kesamaan dan hubungan yang ada antara bentuk bentuk yang muncul di masa lalu, masa sekarang, dan yang sedang dalam proses kemunculannya. Media baru tidak akan muncul begitu lama. Dan ketika bentuk bentuk media komunikasi yang baru muncul, bentuk bentuk yang terdahulu biasanya tidak mati – terus berkembang dan beradaptasi.[1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Konsep mediamorfosis diperkenalkan Roger Fidler,[2] Direktur Knight Ridder tentang New Media, pada tahun 1990 dalam judul artikelnya tentang masa depan koran. Roger Fidler diakui secara internasional sebagai perintis media baru dan visioner. Dia terkenal karena visinya mengenai surat kabar digital dan perangkat membaca mobile, pada tahun 1981. Pada tahun 1994, timnya di laboratorium memproduksi sebuah video berjudul "The Tablet koran: Sebuah Visi untuk Masa Depan" yang menunjukkan bagaimana orang mungkin suatu hari membaca koran dan majalah di tablet.[2] Sebuah terobosan yang mengaitkan dirinya sebagai sosok yang sebenarnya “menemukan” iPad lebih dulu ketimbang Steve Jobs.[3]

Rangkaian Pemaparannya soal Mediamorfosis bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi keangkeran teknologi teknologi media yang baru dan memberikan suatu struktur guna memahami pengaruh pengaruh potensial mereka terhadap bentuk bentuk media utama yang popular – koran, majalah, televisi, dan radio.[1]

Apa itu media baru? Terry Flew (2005) medefinisikan Media baru sebagai kombinasi dari format 3Cs yaitu computing and information technology (IT), communication networks, dan digitize media and information content. Media baru konsisten dengan pembelajaran teknologi media yang merujuk pada kebutuhan untuk menyadari bagaimana mediasi dalam komuniksi lewat format teknologi mengubah komunikasi dalam praktik social.[4] Sementara, Lievrouw dan Livingstone (2002) mengobservasi bahwa ada beberapa cara berpikir tentang media baru yang perlu untuk dimasukkan dalam tiga elemen, yaitu: alat yang memungkinkan atau memperluas kemampuan kita untuk berkomunikasi, kegiatan komunikasi dan praktiknya dikaitkan dalam perkembangan dan penggunaan alat alat tersebut, arahan arahan social dan organisasi yang membentuk alat alat dan praktik media baru.[5]

Konsep Mediamorfosis[sunting | sunting sumber]

Lebih lanjut, Fidler memaparkan 3 konsep mediamorfosis yaitu:

  • Koevolusi

Kode kode komunikator. Sifat sifat dasar media diwujudkan dan diteruskan melalui kode kode komunikator yang kita sebut bahasa. Bahasa, tanpa harus dibandingkan satu sama lain, telah menjadi agen perubahan yang paling berpengaruh dalam rangkaian evolusi manusia. perkembangan bahasa lisan dan tulisan melahirkan dua transformasi besar, atau mediamorfosis, dalam system komunikasi manusia. Mediamorfosis ketiga yang siap mempengaruhi evolusi komunikasi dan peradaban secara radikal adalah bahasa digital. Bahasa ini merupakan lingua franca computer dan jaringan telekomunikasi global.

Domain domain komunikasi. Sejak kelahiran bahasa tulis, berbagai bentuk media terus berkoevolusi dalam tiga jalur yang berbeda, yang disebut domain. Bahasa digital telah mentransformasikan bentuk bentuk media komunikasi yang ada. Inilah agen perubahan yang paling bertanggungjawab atas pengaburan perbedaan perbedaan di antara domain domain historis komunikasi.

  • Konvergensi

Konvergensi selalu menjadi esensi evolusi dan proses mediamorfosis. Konvergensi berskala besar dalam industry media dan telekomunikasi, mungkin hanya terjadi sekali. Namun bentuk bentuk media yang ada saat ini pada kenyataannya merupakan hasil dari konvergensi konvergensi berskala kecil yang tidak terhitung banyaknya, yang sering kali terjadi sepanjang waktu. Konvergensi lebih menyerupai persilangan atau perkawinan, yang menghasilkan transformasi atas masing masing entitas yang bertemu dan penciptaan entitas baru.

Tim Dwyer (2010), mendefinisikan konvergensi media sebagai proses dimana berbagai teknologi yang baru digabungkan dengan media media yang telah ada dan berbagai industri komunikasi serta budaya yang berkembang.[6] Mengambil contoh konvergensi hiburan yang dilakukan Transmedia adalah mytrans.com, yang menggabungkan media televisi dan media internet. Bila selama ini kita menikmati acara televisi dengan duduk diam disatu tempat sambil memandangi layar televisi, kini ada cara berbeda yang ditawarkan. Berbagai acara yang ditayangkan di TransTV dan Trans7 bisa disaksikan melalui gadget berupa smart atau mobile phone ataupun perangkat lain. Cukup dengan terkoneksi pada jaringan internet. Ada juga produk lain yaitu DetikTV (tv.detik.com), yang menggabungkan media cetak, media televisi, dan internet.

  • Kompleksitas

Teori Chaos. Chaos adalah komponen penting perubahan. Tanpanya, alam semesta akan menjadi tempat kematian dan kehidupan menjadi tidak mungkin. Dari kondisi chaos, lahir gagasan gagasan baru yang mentransformasikan dan menghidupkan system system. Prinsip utama teori chaos kontemporer adalah gagasan bahwa kejadian kejadian yang terkesan tidak signifikan atau variasi variasi awal yang remeh dalam system system yang mengalami chaos. Seperti cuaca dan ekonomi, dapat memicu peningkatan eskalasi kejadian kejadian tak terduga yang akhirnya mengarah pada kejadian kejadian yang melahirkan dampak atau membawa bencana besar. System system yang mengalami chaos pada dasarnya anarkis. System system itu menunjukkan ketidakpastian yang nyaris tak berujung dengan pola jangka panjangnya yang tidak terduga. Hal ini juga menjelaskan mengapa tidak seorangpun mampu memprediksi secara akurat teknologi teknologi media baru dan bentuk bentuk komunikasi manakah yang akhirnya akan sukses dan manakah yang akan gagal.

Sistem yang adaptif dan kompleks. Kekayaan interaksi yang terdapat dalam system system kehidupan, memungkinkannya menjalani pengorganisasian diri secara spontasn. Dengan kata lain, system system yang kompleks bersifat adaptif, yaitu bahwa system system itu hanya merespon kejadian secara pasif. System system itu secara aktif berusaha mengarahkan apapun yang terjadi untuk mendapatkan keuntungan. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa semua bentuk media hidup dalam dunia yang dinamis dan saling tergantung. Ketika muncul tekanan tekanan eksternal dan penemuan penemuan baru diperkenalkan, setiap bentuk komunikasi dipengaruhi oleh proses pengorganisasian diri yang muncul secara spontan. Sama seperti spesies yang berkembang demi kelangsungan hidup yang lebih baik, demikian jugalah yang dilakukan bentuk bentuk komunikasi dan perusahaan perusahaan media yang ada. Proses inilah yang menjadi esensi mediamorfosis.

Prinsip Dasar Mediamorfosis[sunting | sunting sumber]

Radio AM yang tidak sepenuhnya tenggelam akibat kemunculan radio FM, dan justru mengadopsi teknologi dan strategi pemasaran baru, menggambarkan prinsip kunci mediamorfosis. Contoh lain adalah ketika penyebaran TV semakin merajalela, radio, surat kabar, majalah dan film mendapat hantaman keras. Namun pada kenyataannya masing masing mereka terbukti ulet dan dapat beradaptasi. Hal ini menggambarkan akibat wajar yang penting dalam prinsip mediamorfosis, yaitu bentuk bentuk komunikasi yang ada harus berubah dalam menghadapi kemunculan media baru. karena kalau tidak, satu satunya pilihan adalah mati.

Dari ketiga konsep tadi, Fidler kemudian menjabarkannya dalam 6 prinsip dasar mediamorfosis, yaitu:[1]

  • Koevolusi dan koeksistensi.

Semua bentuk media komunikasi hadir dan berkembang bersama dalam system yang adaptif dan kompleks, yang terus meluas. Begitu muncul dan berkembang, setiap bentuk baru dalam beberapa waktu dan hingga tingkat yang beraneka ragam, mempengaruhi perkembangan setiap bentuk yang lain. Salah satu contoh adalah media online detikcom. Setelah sukses sebagai portal berita, kini mereka merintis kanal detiktv yang merupakan konvergensi internet dan televisi, dan mytrans.

  • Metamorfosis.

Media baru tidak muncul begitu saja dan terlepas dari yang lain. Semuanya muncul secara bertahap dari metamorphosis media terdahulu. Ketika bentuk bentuk yang lebih baru muncul, bentuk bentuk terdahulu cenderung beradaptasi dan terus berkembang, bukan mati. Di Indonesia, contoh yang bisa kita lihat, adalah Kompas. Sebagai salah satu media cetak terbesar, Kompas membuka portal internet, dan memberikan perhatian yang cukup besar atas ini. Selain Kompas, Tempo juga memiiliki situs berita tempointeraktif.com.

  • Pewarisan.

Bentuk bentuk media komunikasi yang bermunculan mewarisi sifat sifat dominan dari bentuk bentuk sebelumnya. Sifat sifat ini terus berlanjut dan menyebar melalui kode kode komunikator yang disebut bahasa.

  • Kemampuan bertahan.

Semua bentuk media komunikasi dan perusahaan media komunikasi dan perusahaan media dipaksa untuk beradaptasi dan berkembang agar tetap dapat bertahan dalam lingkungan yang berubah. Satu satunya pilihan lain adalah mati. Salah satu contoh adalah majalah berita mingguan terkenal, Newsweek yang ditutup pada 30 Desember 2012 dan fokus dalam format online (mulai aktif pada 4 Januari 2013), yang diberi nama Newsweek Global.[7]

  • Peluang dan kebutuhan.

Media baru tidak diadopsi secara luas lantaran keterbatasan keterbatasan teknologi itu sendiri. Pasti selalu ada kesempatan dan alasan alasan social, politik, dan atau ekonomi yang mendorong teknologi media baru untuk berkembang.

  • Pengadopsian yang tertunda.

Teknologi teknologi media baru selalu membutuhkan waktu yang lebih lama daripada yang diperkirakan untuk mencapai kesuksesan bisnis. Teknologi teknologi itu cenderung membutuhkan sedikitnya satu generasi manusia (20-30 tahun) untuk bergerak maju dari rancangan konsep hingga perluasannya pengadopsian atasnya.

Domain - Domain Media Komunikasi[sunting | sunting sumber]

Domain media komunikasi merupakan sarana untuk menggali dan membandingkan kualitas kualitas yang ada dalam masing masing cabang utama system komunikasi manusia. Roger Fidler mengelompokkannya dalam 3 domain. Yaitu:[1]

  • Domain Interpersonal.

Termasuk bentuk komunikasi lisan/ ekspresif satu lawan satu yang isinya tidak terstruktur atau dipengaruhi oleh perantara perantyara eksternal. Juga termasuk komunikasi komunikasi antara manusia dengan computer yang bertindak sebagai pengganti manusia.

  • Domain Penyiaran.

Termasuk bentuk bentuk komunikasi audio/visual dari yang sedikit kepada yang banyak dengan perantara, isinya sangat terstruktur dan disajikan kepada hadirin secara urut dari awal sampai akhir dalam lokasi lokasi yang relative tetap dan dalam periode periode waktu yang terjadwal dan ditentukan sebelumnya.

  • Domain dokumen.

Termasuk bentuk bentuk komunikasi tekstual/ visual dari yang sedikit kepada yang banyak dengan perantara yang isinya dikemas dan disajikan kepada individu individu terutama melalui media portable. Juga termasuk bentuk bentuk elektronik berbasi halaman yang ditempatkan dalam jaringan computer, misalnya World Wide Web.

Ciri ciri yang mencirikan domain domain ini telah terbentuk selama ribuan tahun oleh dua agen perubahan yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan. Dalam setiap metamorfosis yang mengikuti perkembangan dan penyebaran agen agen ini, muncul media baru dan media yang sudah ada mengalami perubahan di dalam masing masing domain. Tapi sejak tahun 1970-an, penyebaran bahasa digital yang terjadi dengan cepat dalam ketiga domain tersebut telah memberi kita suatu babak baru yang radikal dalam mempercepat evolusi dan ekspansi system komunikasi manusia. Suatu babak yang disebut sebagai era rekayasa digital. Walau ciri ciri gabungan yang muncul dari rekayasa digital agak berkurang perbedaannya, mereka masih akan mempengaruhi asas asas mediamorfosis media. Yaitu transformasinya akan dipengaruhi oleh saling pengaruh yang rumit antara kebutuhan kebutuhan yang muncul, tekanan tekanan kompetitif dan politis dan inovasi social dan teknologis.[1]

Garis Waktu Komunikasi Manusia[sunting | sunting sumber]

  • Bahasa Ekspresif dan Alat alat komunikasi:

Homo Sapiens Sapiens (manusia modern)

  • Bahasa Lisan dan Mediamorfosisi pertama:

Lukisan goa di Eropa selatan, akhir zaman es, kemunculan komunitas komunitas agricultural besar, zaman perunggu dimulai dari Asia kecil.

  • Bahasa Tulisan dan Mediamorfosis kedua:

Kemunculan kekaisaran kekaisaran kuno; pengembangan teknologi teknologi dokumen; buku tulusan tangan dan perpustakaan; jalanan Romawi dan layan pos; pengembangan seni cetak dan kertas bubur kayu di Asia; pengembangan kertas bubur kayu di Eropa; Renaisans Eropa dimulai di Italia; Revolusi perdagangan; surat berita dan buku berita tulisan tangan; pengembangan seni mencetak di Eropa; koran majalah dan buku cetakan; Revolusi Industri.

  • Bahasa Digital dan Mediamorfosis ketiga:

Aplikasi listrik untuk komunikasi; komunikasi radio, gambar hidup; telepon jarak jauh antar benua; radio siaran, mesin faksimili radio; televisi siaran; computer mainframe; televisi kabel, kabel telepon transatlantic pertama; ARPANET, surat elektronik; satelit, komunikasi gelombang cahaya, video game; mikroprosesor, computer pribadi, VCR; mesinfax digital, CD; radio dan TV digital; realitas virtual dan system konferensi video; WWW; mosaic “net browser”, program gresek.

Hipotesis Tahap Mediamorfosis Selanjutnya[sunting | sunting sumber]

Dalam perode yang sangat singkat, mediamorfosis ketiga yang dimulai dari agen agen perubahan teknologi yang kuat, telah mendapat pengaruh besar terhadap hampir semua individu, masyarakat, dan budaya. Gagasan manusia tentang jarak, waktu, dan realitas telah diubah secara radikal oleh bentuk bentuk media baru yang baru saja muncul.

Persaingan memerebutkan konsumen dan uang dari iklan terus terjadi dengan begitu sengitnya. Semua perusahaan media berjuang bukan saja menghadapi satu sama lain, tetapi juga menghadapi tata ekonomi yang berubah, pesaing pesaing baru yang kuat, peningkatan keragaman social, ekonomi dan rasial, sistem pendidikan yang selalu berubah dan kekurang biasaaan membaca, dan public yang tampaknya semakin tidak percaya akan media massa. Salah satunya adalah masalah media cyber.[1]

Semua ini membawa kita pada tahap metamorphosis besar. Walau telah berlangsung lebih dari satu abad, teknologi media cyber yang penting masih baru saja melintas dari tahap pertama –Paul Saffo “jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ide ide baru sampai sepenuhnya masuk ke masyarakat adalah sekitar 3 dekade selama 5 abad terakhir” ke tahap kedua saat teknologi itu memasuki masyarakat. Bahwasanya dalam dasawarsa mendatang, kita akan memasuki tahap ketiga, ketika media cyber akan menjadi bagian dalam kehidupan sehari hari.

Bagi perusahaan media massa yang sudah mapan, tahap berikutnya dari mediamorfosis besar ketiga pastilah akan menyakitkan.[1] Sebuah masa yang sama yang dihadapi para pembuat dan pemasok kereta satu abad silam. Ketika mobil bertenaga bensin pertama muncul pada awal tahun 1890-an, hanya sedikit pembuat kereta yang percaya kendaraan tersebut akan menggantikan kereta kereta yang ditarik kuda. Sebagian besar berpendapat bahwa mobil hanyalah barang mainan orang kaya. Dan jalan jalan yang memenuhi syarat dan stasiun pengisian bensin memerlukan beberapa generasi untuk membangunnya. Namun apa yang terjadi? Dalam tiga dasawarsa, kebanyakan perusahaan yang membuat kereta dan perlengkapannya telah berubah menjadi pembuat mobil. Ada juga yang beralih ke pekerjaan lain, bahkan bangkrut.

Belajar Dari Kegagalan[sunting | sunting sumber]

Dewasa ini banyak perusahaan yang pasrah bahwa bisnis bisnis mereka sedang mengalami perubahan besar yang diakibatkan oleh teknologi digital. Namun, asas asas mediamorfosis paling tidak bisa sedikit menghibur. Bagaimanapun menjanjikannya suatu visi media baru, Asas adopsi tertunda menyatakan bahwa implementasi dan adopsi meluasnya akan memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan yang diramalkan kebanyakan visioner. Biasanya, prosesnya memerlukan paling sedikit satu generasi manusia. Asas koevolusi dan koeksistensi, juga menunjukkan bahwa bentuk bentuk komunikasi lama masih mampu kerkoeksistensi dengan bentuk bentuk baru untuk waktu lama. Asas kelangsungan hidup menunjukkan bahwa bentuk bentuk lama akan beradaptasi dan terus berkembang di dalam domain domain mereka, bukannya mati begitu muncul bentuk bentuk baru.[1]

Meski demikian, Fidler mengingatkan, bahwa adanya asas asas ini tidak berarti kita kehilangan kewaspadaan. Walau teknologi media baru memerlukan waktu yang lama, penyebaran bisa terjadi begitu cepat saat sebuah medium dipandang oleh individu dan masyarakat memenuhi kebutuhan kebutuhan atau berbagai keinginan mereka dengan harga yang pantas.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g h i j Fidler, F. (2003), Mediamorfosis: memahami media baru. Yogyakarta: Bentang Budaya
  2. ^ a b Rjionline.org. Roger Fidler (2013), dari http://www.rjionline.org/people/roger-fidler
  3. ^ Tabtimes. Did Roger Fidler “invent” the iPad in 1994 at a Knigt-Ridder lab? (9 Maret 2012), dari http://tabtimes.com/news/ittech-developers/2012/03/09/did-roger-fidler-invent-ipad-1994-knight-ridder-lab
  4. ^ Flew, T. (2005), New Media: An Introduction. (2nd ed) UK: Oxford university.
  5. ^ Lievrouw, L & Livingstone, S (2002), Introduction: The Social Shaping and Consequences of Icts. London: Sage London.
  6. ^ Straubhaar, J & LaRose, R. (2008). Media Now: Understanding Media Culture, and Technology. (5th ed). USA: Thomson Higher Education.
  7. ^ Republika.co.id. (2012, 19 Oktober). Edisi cetak ditutup, Newsweek jadi format online. dari http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/10/19/mc3nzu-edisi-cetak-ditutup-newsweek-jadi-format-online