Mayong, Jepara

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Mayong
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenJepara
Pemerintahan
 • CamatMuhammad Subkhan
Populasi
 • Total- jiwa
Kode Kemendagri33.20.04
Kode BPS3320040
Luas65,0 km²
Desa/kelurahan8

Mayong (Jawa: ꦩꦪꦺꦴꦁ) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1549 Sunan Prawata raja keempat Demak mati dibunuh utusan Arya Penangsang, sepupunya yang menjadi bupati Jipang. Ratu Kalinyamat menemukan keris Kyai Betok milik Sunan Kudus menancap pada mayat kakaknya itu. Maka, Pangeran dan Ratu Kalinyamat pun berangkat ke Kudus minta penjelasan.

Sunan Kudus adalah pendukung Arya Penangsang dalam konflik perebutan takhta sepeninggal Sultan Trenggana (1546). Ratu Kalinyamat datang menuntut keadilan atas kematian kakaknya. Sunan Kudus menjelaskan semasa muda Sunan Prawata pernah membunuh Pangeran Sekar Seda Lepen ayah Arya Penangsang, jadi wajar kalau ia sekarang mendapat balasan setimpal.

Ratu Kalinyamat kecewa atas sikap Sunan Kudus. Ia dan suaminya memilih pulang ke Jepara. Di tengah jalan, mereka dikeroyok anak buah Arya Penangsang. Pangeran Kalinyamat tewas. Konon, ia sempat merambat di tanah dengan sisa-sisa tenaga, sehingga oleh penduduk sekitar, daerah tempat meninggalnya Pangeran Kalinyamat disebut desa Prambatan.

Menurut cerita. Selanjutnya dengan membawa jenazah Pangeran Kalinyamat, Ratu Kalinyamat meneruskan perjalanan sampai pada sebuah sungai dan darah yang berasal dari jenazah Pangeran Kalinyamat menjadikan air sungai berwarna ungu, dan kemudian dikenal daerah tersebut dengan nama Kaliwungu. Semakin ke barat, dan dalam kondisi lelah, kemudia melewati Pringtulis. Dan karena selahnya dengan berjalan sempoyongan (moyang-moyong) di tempat yang sekarang dikenal dengan nama Mayong. Sesampainya di Purwogondo, disebut demikian karena di tempat inilah awal keluarnya bau dari jenazah yang dibawa Ratu Kalinyamat, dan kemudia melewati Pecangaan dan sampai di Mantingan.

Penduduk[sunting | sunting sumber]

Agama[sunting | sunting sumber]

Penduduk Mayong 95% beragama Islam, dan 5% beragama Kristen .

Suku[sunting | sunting sumber]

Penduduk Mayong 90% berasal dari Suku Jawa, 4% berasal dari etnis Arab dan 6% Madura .

Bahasa[sunting | sunting sumber]

Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar masyarakat Mayong menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Jeporonan.

Event (acara)[sunting | sunting sumber]

Pariwisata[sunting | sunting sumber]

Wisata Alam[sunting | sunting sumber]

Wisata Sejarah[sunting | sunting sumber]

Wisata Religi[sunting | sunting sumber]

  • Makam Datuk Gunardi, di Singorojo
  • Makam Habib Ali, di Pelemkerep
  • Makam Ibu Mas, di Mayonglor

Wisata Belanja[sunting | sunting sumber]

Potensi[sunting | sunting sumber]

Kesehatan[sunting | sunting sumber]

  • Puskesmas Mayong 1, di Pancur
  • Puskesmas Mayong 2, di Jebol
  • RS PKU Muhammadiyah Mayong, di Desa Mayonglor

Olahraga[sunting | sunting sumber]

Kecamatan Mayong terdapat beberapa klub sepak bola, diantaranya:

Kuliner[sunting | sunting sumber]

Makanan khas dari Mayong, yaitu:

Opor Panggang hampir mirip dengan Opor Bakar (khas Kudus), tetapi rasanya lebih nikmat Opor Panggang (khas Jepara).

Sayur asem asal Jepara ini memang mirip dengan sayur asem asal Jakarta, tidak seperti sayur asem asal jawa Tengah yang cenderung bening.

Jepara adalah salah satu kota yang ada di Jawa Tengah ini memiliki sajian yang bisa menjadi pilihan untuk menu sehari-hari. Namanya sayur betik asal Jepara ini menggunakan pepaya muda dan daging tetelan sebagai bahan utamanya.

terbuat dari daging tanpa lemak, lengkuas, daun salam, bawang merah, bawang putih, cabai merah, asam jawa, gula pasir, dll

Nomor Penting[sunting | sunting sumber]

Nomor penting dan darurat daerah Kecamatan Mayong:

  • Polsek Mayong = (0291)755724
  • Puskesmas Mayong 1 = (0291) 3319178
  • Puskesmas Mayong 2 = (0291) 3317824
  • RS PKU Muhammadiyah Mayong = (0291) 4256500 & (0291) 4256556

Desa/kelurahan[sunting | sunting sumber]