Mantri Sakai

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Mantri Sakai merupakan kepala desa adat atau daerah setingkat kecamatan pada abad ke-14 (masa Kerajaan Negara Dipa/Banjar Hindu) yang mengepalai suatu desa adat yang disebut sakai, yang ada di Kalimantan Selatan dan Tengah, yang bertugas sebagai pengumpul upeti.

Kumpulan beberapa sakai menempati pada Daerah Aliran Sungai (DAS) yang disebut negeri (negorij), pemerintah negeri ini disebut Lalawangan. Pada masa kolonial Belanda, sebutan lalawangan diganti dengan distrik. Distrik (kedemangan) ini wilayahnya lebih luas daripada onderdistrik (kecamatan) dan lebih kecil dari kawedanan.

Belakangan istilah Mantri Sakai, sering kali disebut hanya nama depannya saja yaitu Mantri diikuti nama daerahnya misalnya Mantri Kahayan, atau mantri-mantri Hulu Sungai, dan sebagainya.

Mantri Sakai membawahi beberapa kepala kampung yang disebut Patih (Patis) yang kemudian sebutannya berubah menjadi Pambakal (Pamakal). Pada masa berikutnya pejabat Mantri Sakai mendapat gelar Kiai Ingabei atau Ngabei, selanjutnya sebutannya berubah menjadi Kiai Demang, sebagian di antaranya para Kiai Demang tersebut gelarnya ditingkatkan menjadi Kiai Tumenggung (Tamanggung/Tomonggong). Di antarapara Tumenggung, ada yang mendapat gelar lebih tinggi yaitu Raden Tumenggung.

Keberadaan Sakai (desa adat) yang sudah ditaklukan oleh Lambung Mangkurat meliputi wilayah dari Tanjung Puting sampai Tanjung Silat, diceritakan dalam Hikayat Banjar, (Rass:314) sebagai berikut:

Maka orang piadak ampat puluh hari ampat puluh malam, makan dan minum. Sagala Sakai sama datang: orang batang Tabalong, orang batang Barito, orang Batang Alai, orang batang Hamandit, orang batang Balangan dan batang Pitap, orang batang Biaju Kecil, orang batang Biaju Besar dan orang Sabangau, orang Mendawai sarta orang Katingan, orang Sampit sarta orang takluknya, orang Pambuang sarta orang takluknya, sakaliannya itu datang dangan parsambahannya. Sukaramailah piadak itu, ada barwayang di Dalam, di Pagongan orang barwayang wong, di Paseban orang manopeng, di Sitilohor orang marakit.[1]

Keterangan: Disebutkan para Mantri Sakai yang datang dari seluruh daerah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah yang datang ke ibu kota kerajaan Negara Dipa yang terletak di sungai Negara/sungai Bahan, berasal dari Daerah Aliran Sungai sebagai berikut:

Penaklukan sakai pada masa Kerajaan Negara Dipa[sunting | sunting sumber]

Ekspedisi Penaklukan Aria Magatsari dan Tumanggung Tatah Jiwa dari Negara Dipa[sunting | sunting sumber]

Setiap menteri sakai ditaklukan oleh Aria Magatsari dan Tumanggung Tatah Jiwa atas perintah maharaja Negara Dipa yaitu Ampu Jatmaka yang bergelar Maharaja di Candi. Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan:

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b (Melayu)Johannes Jacobus Ras, Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia 1990.