Mallassuang Manu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Mallassuang Manu merupakan ritual khas kaum muda mudi Suku Mandar yang berdomisili di Kecamatan Pulau Laut Kepulauan, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan.[1] Dalam ritual adat, Kaum muda mudi yang melepas beberapa pasang ayam jantan dan betina sebagai bentuk permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar mendapatkan jodoh.[1]

Tradisi[sunting | sunting sumber]

Tradisi ini sudah berlangsung turun temurun yang selalu dilaksanakan disebuah pulau kecil yang berdasar legenda masyarakat setempat berbentuk hati dan oleh masyarakat setempat dikenal dengan Pulau Cinta.[2] Pulau ini berjarak sekitar dua mil dari Pulau Laut yang menjadi ibu kota Kabupaten Kotabaru, dan Pulau Cinta ini memiliki luas sekitar 500 m² dan hanya terdiri dari batu-batu besar dan sejumlah pohon didalamnya.[3]

Ritual Adat[sunting | sunting sumber]

Awal prosesi upacara adat ini, para peserta berangkat secara bersama-sama dari Ibu kota Kabupaten Kotabaru menuju Pulau Cinta dengan menggunakan perahu.[4] Sesampainya di Pulau Cinta, pesta adat melepas sepasang ayam jantan dan betina dilaksanakan dengan disaksikan oleh penonton.[4]

Ritual utama dalam Upacara Adat ini adalah melepas ayam jantan dan betina, yang dilaksanakan di atas sebuah batu besar dengan bagian tengahnya terbelah sepanjang kira-kira 10 meter.[5] Dari atas batu itulah sepasang ayam tersebut lepas dan dilemparkan sebagai pertanda permohonan kepada Tuhan agar dimudahkan dalam mencari dan mendapatkan jodoh.[5] Setelah melepas sepasang ayam jantan dan betina, para peserta khusunya kaum muda-mudi kemudian mengikatkan pita atau tali yang di dalamnya sudah diisi batu ataupun saputangan di atas dahan maupun ranting pohon yang terdapat di Pulau Cinta.[5] Ini dimaksudkan sebagai perlambang jika kelak mendapatkan jodoh yang kekal dan hanya maut yang memisahkan mereka.[5]

Dan jika sudah mendapatkan jodoh, orang yang pernah mengikatkan tali di pohon Pulau Cinta harus kembali ke Pulau Cinta untuk diambil kembali, dengan menggunakan Perahu Klotok yang dihias dengan kertas warna-warni.[5] Dengan suguhan makanan khas yang selalu menjadi suguhan nya adalah Pisang goreng yang terbuat dari Pisang Kepok yang dibalut dengan Tepung Beras dan Gandum dengan campuran gula dan garam yang biasa disebut Sanggar, serta minuman berupa teh panas, akan menambah keunikan dari tradisi ini.[5]

Prosesi upacara untuk pengambilan Pita atau Selendang yang diikatkan di pohon bagi yang sudah mendapatkan pasangan, akan diiringi oleh sanak saudara untuk mengadakan selamatan serta memanjatkan doa.[5] Mereka kemudian melepaskan pita atau tali rafia yang dulu diikatkan di dahan atau ranting pohon untuk disimpan sebagai bukti bahwa keinginannya telah terkabul.[5] Disisi lain, ritual kedua mempunyai filosofi sebagai bentuk permohonan supaya dalam kehidupan selanjutnya selalu dibimbing menjadi keluarga yang sejahtera.[5]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Keunikan Budaya Kotabaru Diarsipkan 2015-04-02 di Wayback Machine. diakses 13 Maret 2015
  2. ^ Hobyhoby Diarsipkan 2015-04-02 di Wayback Machine. diakses 13 Maret 2015
  3. ^ Beritadunesia diakses 13 Maret 2015
  4. ^ a b Wisata Melayu Diarsipkan 2015-04-02 di Wayback Machine. diakses 13 Maret 2015
  5. ^ a b c d e f g h i Melayu Online Diarsipkan 2015-04-02 di Wayback Machine. diakses 13 Maret 2015