Wolly Sutinah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Mak Wok)

Hj. Wolly Sutinah
Rima Melati beradu akting dengan Wolly Sutinah, dan Abdul Hadi dalam film Rakit (1970)
LahirWolly Sutinah
(1915-07-17)17 Juli 1915
Magelang, Hindia Belanda
Meninggal14 September 1987(1987-09-14) (umur 72)
Jakarta, Indonesia
Sebab meninggalSerangan Jantung
Tempat pemakamanTPU Karet Bivak
KebangsaanIndonesia
Nama lainMak Wok
PekerjaanPemeran
Tahun aktif1926–1987
Suami/istri
H. Husin Nagib
(m. 1936⁠–⁠1943)
H. Chalid Nagib
(m. 1943⁠–⁠1977)
Anak5, termasuk Aminah Cendrakasih
Orang tuaH. Marlis

Hj. Wolly Sutinah (17 Juli 1915 – 14 September 1987)[1][2] atau lebih dikenal sebagai Mak Wok adalah pemeran Indonesia.

Masa kecil[sunting | sunting sumber]

Mak Wok adalah anak seorang pemain biola, karena Wolly Sutinah sering menonton kegiatan panggung, akhirnya ia pun ikut naik panggung. Pada masa gemilang Dardanela, ia mendirikan grup sendiri yakni Miss Wolly Opera.

Karier[sunting | sunting sumber]

Pertama kali ia main film Pat Tian Hoat (Delapan Pendekar), tahun 1933. Mak Wok dipakai, karena ia bisa bermain silat. Dalam film ini ia bermain toya. Semenjak itu banyak film yang dibintanginya.

Mak Wok adalah orang yang sangat disiplin. Ia selalu berusaha datang lebih awal di gedung pertunjukan. “Saya kalau sakit justru nggak enak tinggal di rumah, enggak enak kalau sakit itu dirasa-rasain”, katanya. Itu sebabnya Mak Wok tetap bergiat dalam pementasan sandiwara atau tampil di depan kamera film.

Postur tubuhnya yang gemuk dan lincah, menghapus dugaan ekonomi rumah tangganya selalu pas-pasan. Tetapi apa pun keadaan yang dihadapi, selalu ditanggapi dengan sikap kesehariannya yang tenang dan menunjukkan kebahagiaan batin. Barangkali di antara sejumlah artis tua di Indonesia, tercatat nama Wolly Sutinah sebagai seniwati panggung yang patut memperoleh penghargaan, mengingat seniwati tiga zaman ini berkiprah tanpa henti-hentinya.

Para pemeran sinetron "Rumah Masa Depan"; dari kiri ke kanan: Bayu (Septian Dwi Cahyo), Pak Sukri (Deddy Sutomo), Nenek (Wolly Sutinah), Kakek (A. Hamid Arief), Gerhana (Andi Ansi), Bu Sukri (Aminah Cendrakasih)

Tercatat sekitar 100 judul film nasional yang pernah dibintangi, dan sudah puluhan kali tampil di atas panggung. Sebagai seniwati alam yang tak pernah secara formal belajar teknik drama, Mak Wok mampu memainkan peran apa saja. Dari mulai peran wanita cerewet, peran kocak, sampai dengan tragedi yang dapat menimbulkan rasa haru penonton. Kekuatan Mak Wok dalam seni peran, justru terletak pada improvisasinya yang luar biasa. Lebih dari itu, sikapnya yang toleran terhadap tanggung jawabnya sebagai seniwati panggung, mendukung sosoknya yang utuh. Sebagaimana yang pernah ia ucapkan pada suatu sore di teras Teater Terbuka Taman Ismail Marzuki. Ia mencatat kariernya sebagai manusia panggung yang luar biasa. Pada tahun 70-an artis ini sempat tampil dengan penyanyi cilik Adi Bing Slamet dalam lagu E...copot.. copot.

Wolly Sutinah dan Aminah Cendrakasih (ibu dan anak) pernah juga tampil bersama dalam sinetron Rumah Masa Depan yang ditayangkan TVRI pada tahun 80-an, yang disutradarai oleh Ali Shahab.

Keluarga[sunting | sunting sumber]

Dari pernikahannya dengan H. Husin Nagib membuahkan seorang putri, Aminah Cendrakasih yang juga mengikuti jejak ibunya.

Meninggal dunia[sunting | sunting sumber]

Sampai menjelang akhir hayatnya, Mak Wok menunjukkan sikapnya yang tenang dan damai. Sikap ini pun tergambar jelas tatkala ia dipanggil Tuhan. Ia meninggal pada usia 72 tahun di Rumah Sakit Primaya PGI Cikini Jakarta. Almarhumah terserang sesak napas, tetapi menurut dokter Mak Wok meninggal akibat serangan jantung. Almarhumah tidak saja dicintai oleh anak-anak karena peran-peran yang dibawakannya, tetapi juga idola para kaum ibu karena selalu menampilkan diri sebagai orang tua yang memiliki kewibawaan dengan petunjuk-petunjuknya yang mulia.

Filmografi[sunting | sunting sumber]

Film[sunting | sunting sumber]

Peran akting
Tahun Judul Peran Catatan
1941 Aladin dengan Lampoe Wasiat
Poesaka Terpendam
Koeda Sembrani
Panggilan Darah
1944 Ke Seberang
1950 Remong Batik
Tirtonadi
Bintang Surabaja
Kembang Katjang
1951 Selamat Berdjuang, Masku!
1954 Klenting Kuning
Burung Merpati
Rahasia Sukudomas
1955 Di Balik Dinding
Kasih Ibu
Gambang Semarang
Ada Gula Ada Semut
Senjum Derita
1956 Terang Bulan Terang di Kali
Rini
Serampang 12
1958 Arriany
Tjambuk Api
Serodja
1959 Mutiara jang Kembali
Serba Salah
Iseng
Sekedjap Mata
1960 Tak Terduga
Gadis Manis di Pinggir Djalan
Pedjuang
Darah Tinggi
1961 Pesan Ibu
1962 Bermalam di Solo Nyonya Tjitrosuwarno
1965 Operasi Hansip 13
1966 Terpesona
1968 Djampang Mentjari Naga Hitam
1970 Samiun dan Dasima
Kutukan
1971 Penunggang Kuda dari Tjimande
Biarkan Musim Berganti
Tiada Maaf Bagimu
Lantai Berdarah
Wadjah Seorang Laki-Laki
Singa Betina dari Marunda
Pendekar Sumur Tudjuh
Ilusia (Kasih Tak Terputuskan)
1972 Selamat Tinggal Kekasih
Samtidar
Benyamin Biang Kerok Mertua Johan
1973 Takdir Ibu Kardiman
Bapak Kawin Lagi
Dimadu
Tabah Sampai Akhir Bibi
Anak Yatim
Biang Kerok Beruntung
Bing Slamet Sibuk
Bundaku Sayang
1974 Bajingan Tengik
Setitik Noda Minah
Pacar
Kosong-Kosong Tiga Belas
Buaye Gile
Tetesan Air Mata Ibu
Paul Sontoloyo
1975 Keluarga Sinting Pemilik kos janda
Benyamin Raja Lenong
Setan Kuburan
Syahdu
Samson Betawi Ibu Samson
Si Doel Anak Modern
1976 Pengakuan Seorang Perempuan
Liku-Liku Panasnya Cinta
Tiga Janggo
Mustika Ibu
Cinta Abadi
Ingin Cepat Kaya
Hippies Lokal
Ranjang Siang Ranjang Malam
Zorro Kemayoran
1977 Warung Pojok
Kembalilah Mama
Diana
Badai Pasti Berlalu
Yuli, Buah Hati Kekasih Mama
Jeritan Si Buyung
Nasib si Miskin
Rahasia Seorang Ibu Mak Sanip
Hujan Duit
Penasaran
Jalal Kojak Palsu
Saritem Penjual Jamu Ibu Mansur
Operasi Tinombala
Ateng Bikin Pusing Nenek Ateng
1978 Salah Kamar
Kisah Cinderella
Cowok Masa Kini
Duyung Ajaib Ibu Otong
Pelajaran Cinta
1979 Ach yang Benerrr...
1980 Tiga Dara Mencari Cinta
Senyum untuk Mama
1981 Tomboy
Manusia 6.000.000 Dollar
Manusia Berilmu Gaib
IQ Jongkok Nenek Dewi
Dukun Lintah Mak Ondong
1982 Hukum Karma
Neraca Kasih
Sentuhan Kasih
Bayi Ajaib Dukun beranak
1983 Rumput-Rumput yang Bergoyang
Gadis Telepon
Damarwulan-Minakjinggo
1984 Sunan Kalijaga
Asmara di Balik Pintu Si Mbok
1985 Melacak Primadona
Tari Kejang Muda-Mudi
1986 Cemburu Nih Yee...
Memble tapi Kece
Atas Boleh Bawah Boleh Mbah (Nenek Metty)
1987 Lupus: Tangkaplah Daku, Kau Kujitak Film terakhirnya sebelum dia meninggal

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Ultra. 1981. 
  2. ^ "Nama & peristiwa: Hj. Wolly Sutinah - Bintang film Indonesia". Kompas. 1979-12-16. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]