Calvinisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Lima poin Calvinisme)
Patung Guillaume Farel, Yohanes Calvin, Theodore Beza, dan John Knox, teolog yang paling berpengaruh dalam mengembangkan iman Reformed, di Tembok Reformasi di Jenewa

Calvinisme, yang juga disebut tradisi Reformed, iman Reformed,[1] atau Hervormd[2], adalah cabang utama Protestanisme yang mengikuti tradisi teologi Kristen dan pendekatan terhadap kehidupan Kristen yang dicetuskan oleh reformator Prancis John Calvin dan para teolog era Reformasi lainnya. Teologi Reformed menekankan kedaulatan Allah atas segala sesuatu dan otoritas Alkitab.[3]

Label "Calvinisme" dapat disalahpahami, karena tradisi Reformed yang ditunjukkan dengan label tersebut memiliki keragaman, dengan berbagai macam pengaruh, dan bukan hanya satu pendiri. Namun, hampir semuanya sangat dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Agustinus dari Hippo seribu dua ratus tahun sebelum Reformasi.[4] Teologi Reformed juga dikembangkan oleh teologi-teolog seperti Ulrich Zwingli, Heinrich Bullinger, Peter Martyr Vermigli, dan Martin Bucer, dan juga dipengaruhi oleh para reformator Inggris seperti Thomas Cranmer dan John Jewel.

Tokoh yang dijadikan nama gerakan ini, reformator Prancis John Calvin, memeluk keyakinan Protestan pada akhir 1520-an atau awal 1530-an, ketika gagasan-gagasan awal dari tradisi Reformed sudah dipeluk oleh Ulrich Zwingli. Gerakan ini pertama kali disebut "Calvinisme" pada awal tahun 1550-an oleh kaum Lutheran yang menentangnya. Banyak orang dalam tradisi ini menganggapnya sebagai istilah yang tidak jelas atau tidak tepat dan lebih memilih istilah Reformed.[5][1]

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Calvinisme berasal dari nama Yohanes Calvin dan pertama kali digunakan oleh seorang teolog Lutheran pada tahun 1552. Meskipun praktik umum Gereja Katolik Roma adalah menamai bidat dengan nama pendirinya, istilah ini berasal dari kalangan Lutheran. Calvin sendiri mengecam sebutan ini:

Mereka tidak dapat memberikan penghinaan yang lebih besar kepada kita daripada kata ini, Calvinisme. Tidak sulit untuk menebak dari mana datangnya kebencian yang begitu mematikan yang mereka tujukan kepada saya.

— Yohanes Calvin, Leçons ou commentaires et expositions sur les révélations du prophète Jeremie, 1565[6]

Meskipun berkonotasi negatif, sebutan ini menjadi semakin populer untuk membedakan Calvinis dari Lutheran dan cabang-cabang Protestan lainnya yang muncul kemudian. Namun, sebagian besar gereja yang menelusuri sejarah mereka kembali ke Calvin (termasuk Presbiterian, Kongregasionalis, dan gereja-gereja Calvinis lainnya) tidak menggunakan sebutan Calvinis karena mereka merasa sebutan "Reformed" secara umum lebih tepat untuk digunakan. Gereja-gereja ini mengklaim diri mereka sebagai—sesuai dengan kata-kata Yohanes Calvin sendiri—gereja yang "diperbaharui sesuai dengan tatanan Injil yang benar".

Sejak kontroversi Arminian, tradisi Reformed—sebagai sebuah cabang Protestan yang dibedakan dari Lutheranisme—terbagi menjadi dua kelompok: Arminian dan Calvinis.[7][8] Namun, sekarang ini jarang sekali Arminian disebut sebagai bagian dari tradisi Reformed, karena mayoritas Arminian saat ini adalah anggota dari Gereja-gereja Metodis, Gereja-gereja Baptis Umum, atau gereja-gereja Pentakosta. Meskipun tradisi teologi Reformed membahas semua topik tradisional teologi Kristen, kata Calvinisme sering kali digunakan untuk merujuk kepada pandangan-pandangan Calvinis tertentu mengenai soteriologi dan predestinasi, yang dirangkum dalam Lima Poin Calvinisme. Beberapa orang juga berpendapat bahwa Calvinisme secara keseluruhan menekankan kedaulatan atau pemerintahan Allah dalam segala hal termasuk keselamatan.

Latar belakang sejarah[sunting | sunting sumber]

Calvin berkhotbah di Katedral Saint-Pierre di Jenewa.
Sampul magnum opus Calvin, Institutio Christianae Religionis, diterbitkan pada tahun 1536

Awal Mula[sunting | sunting sumber]

Reformator gelombang pertama meliputi Huldrych Zwingli (1484-1531), Martin Bucer (1491-1551), Wolfgang Capito (1478-1541), Yohanes Oecolampadius (1482-1531), dan Guillaume Farel (1489-1565). Meskipun berasal dari latar belakang akademis yang berbeda, karya-karya mereka telah memuat tema-tema utama dalam teologi Reformed, khususnya prioritas Alkitab sebagai sumber otoritas. Kitab Suci juga dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh, yang mengarah pada teologi perjanjian tentang sakramen baptisan dan Perjamuan Kudus sebagai tanda-tanda yang nyata dari perjanjian anugerah. Perspektif bersama lainnya adalah penyangkalan mereka akan kehadiran Kristus yang nyata (real presence) di dalam Perjamuan Kudus. Mereka memahami keselamatan hanya melalui anugerah dan menegaskan doktrin pemilihan tanpa syarat, ajaran bahwa beberapa orang dipilih oleh Allah untuk diselamatkan. Sedangkan, doktrin pembenaran hanya oleh iman, yang juga dikenal sebagai sola fide merupakan warisan langsung dari Luther.

Reformator generasi kedua adalah Yohanes Calvin (1509-1564), Heinrich Bullinger (1504-1575), Wolfgang Musculus (1497-1563), Petrus Martir Vermigli (1500-1562), dan Andreas Hyperius (1511-1564). Menjelang pertengahan abad ke-16, kepercayaan-kepercayaan ini dibentuk menjadi satu pengakuan iman yang konsisten, yang akan membentuk definisi masa depan iman Reformed. Konsensus Tigurinus tahun 1549 mempersatukan teologi memorialis Zwingli dan Bullinger tentang Perjamuan Kudus, yang mengajarkan bahwa Perjamuan Kudus hanyalah sebuah peringatan akan kematian Kristus, dengan pandangan Calvin tentang Perjamuan Kudus sebagai sebuah sarana anugerah dimana Kristus benar-benar hadir, meskipun secara rohani dan bukan secara jasmani seperti dalam doktrin Katolik. Dokumen ini menunjukkan adanya keragaman dan juga kesatuan dalam teologi Reformed awal, yang memberikan stabilitas yang memungkinkannya untuk menyebar dengan cepat ke seluruh Eropa.

Pengaruh internasional Yohanes Calvin dalam perkembangan doktrin-doktrin Reformasi Protestan dimulai ketika ia berusia 25 tahun, ketika ia mulai menulis edisi pertamanya dari Institutio: Pengajaran Agama Kristen pada 1534 (diterbitkan pada 1536). Karya ini mengalami sejumlah revisi pada masa hidupnya, termasuk terjemahan yang mengesankan ke dalam bahasa Prancis sehari-hari. Lewat Institutio bersama dengan karya-karya polemik dan penggembalaan Calvin, sumbangan-sumbangannya terhadap dokumen-dokumen konfesional untuk digunakan di gereja-gereja, dan sumbangannya yang besar dalam bentuk tafsir Alkitab, Calvin memberikan pengaruh secara pribadi yang besar terhadap Protestanisme. Ia hanyalah salah satu di antara banyak tokoh lainnya yang memengaruhi doktrin-doktrin gereja-gereja Reformed, meskipun akhirnya ia menjadi yang paling terkemuka.

Calvin adalah seorang pengungsi Prancis di Jenewa. Ia telah menandatangani Pengakuan Iman Augsburg Lutheran setelah direvisi oleh Melanchton pada 1540, tetapi pengaruhnya pertama-tama dirasakan dalam Reformasi Swiss, yang tidak bersifat Lutheran, melainkan lebih mengikuti Ulrich Zwingli. Sejak awal telah jelas bahwa doktrin gereja-gereja Reformed berkembang dalam arah yang bebas dari Luther, di bawah sejumlah penulis dan pembaharu, termasuk Calvin yang kelak menjadi sangat menonjol. Jauh di kemudian hari, ketika kemashyurannya dihubungkan dengan gereja-gereja Reformed, seluruh kumpulan ajarannya kemudian disebut sebagai "Calvinisme".

Penyebaran[sunting | sunting sumber]

Meskipun banyak dari praktik Calvin dilakukan di Jenewa, penerbitannya menyebarkan gagasan-gagasannya tentang gereja reformasi yang benar ke banyak bagian Eropa. Calvinisme menjadi sistem teologis dari gereja mayoritas di Skotlandia (lihat John Knox), Belanda, dan bagian-bagian dari Jerman (khususnya daerah-daerah tetangga Belanda, seperti Palatinate, Kassel, dan Lippe) dan berpengaruh pula di Prancis, Hungaria, Transilvania yang saat itu independen, dan Polandia. Calvinisme sempat populer di Skandinavia, khususnya Swedia, namun kemudian ditolak setelah sinode Uppsala pada 1593 lebih memilih Lutheranisme.

Kebanyakan pemukim di Atlantik Tengah dan New England, AS, adalah kaum Calvinis, termasuk orang-orang Puritan dan Huguenot Prancis dan para pemukim Belanda di New Amsterdam (New York). Para pemukim Calvinis Belanda juga merupakan kolonis-kolonis Eropa pertama yang sukses di Afrika Selatan, mulai dari abad ke-17. Mereka kemudian dikenal sebagai orang-orang Boer atau Afrikaner.

Sebagian besar wilayah Sierra Leone dihuni oleh para pemukim Calvinis dari Nova Scotia, yang umumnya adalah loyalis kulit hitam, yakni orang-orang kulit hitam yang berjuang untuk Britania pada masa Perang Kemerdekaan Amerika. John Marrant mendirikan sebuah jemaat di sana di bawah asuhan Koneksi Huntingdon. Sebagian dari gereja-gereja Calvinis terbesar dimulai oleh tenaga-tenaga misi abad ke-19 dan 20; yang besar khususnya adalah gereja-gereja di Indonesia, Korea dan Nigeria.

Pengakuan iman[sunting | sunting sumber]

Secara umum, gereja-gereja Calvinis bukan berpegang pada pengajaran Yohanes Calvin sebagai dasar pengajaran mereka, tetapi kepada pengakuan-pengakuan iman Calvinis, seperti:

Doktrin[sunting | sunting sumber]

Teologi Calvinis kadang-kadang diidentifikasi dengan lima poin Calvinisme, atau disebut juga doktrin rahmat, yang merupakan sebuah respon poin demi poin terhadap lima poin dari Remonstrans Arminian (lihat Sejarah perdebatan Calvinis-Arminian) dan yang berfungsi sebagai sebuah ringkasan dari keputusan yang dihasilkan oleh Sinode Dordrecht (juga disebut Sinode Dordt atau Dort) tahun 1619. Calvin sendiri tidak pernah digunakan seperti model dan tidak pernah diperangi secara langsung oleh Arminianisme.

Kelima poin itu berfungsi sebagai ringkasan perbedaan antara Calvinisme dan Arminianisme, tetapi bukan sebagai ringkasan lengkap dari tulisan Calvin atau teologi gereja-gereja Reformed pada umumnya. Dalam bahasa Inggris, kadang-kadang dikenal dengan singkatan TULIP:

Meskipun ini urutannya berbeda daripada Kanon-kanon Dordrecht. Inti dari penegasan kanon ini adalah bahwa Allah mampu menyelamatkan setiap orang yang kepadanya telah diberikan rahmat dan bahwa apa yang dilakukan-Nya tidak dapat digagalkan oleh kefasikan atau ketidakmampuan manusia

Variasi-variasi Calvinisme[sunting | sunting sumber]

Akibat dari reformasi atau pengembangan yang dilakukannya sepanjang sejarah Calvinisme, maka menimbulkan berbagai variasi dari Calvinisme. Berikut ini adalah beberapa variasi yang ada:

Lapsarianisme[sunting | sunting sumber]

Dalam teologi Calvinis skolastik, ada dua aliran dari pemikiran mengenai kapan dan siapa yang dipredestinasikan Allah:

  • Supralapsarianisme (dari bahasa Latin: supra, "di atas", yang berarti "sebelum" + lapsus, "jatuh"), atau Antelapsarianisme, kadang-kadang disebut "Calvinisme tinggi", yang berpendapat bahwa Allah menetapkan sebagian orang untuk keselamatan dan sebagian untuk kebinasaan sebelum manusia jatuh ke dalam dosa.[9]
  • Infralapsarianisme (dari bahasa Latin: infra, "di bawah", yang berarti "setelah" + lapsus, "jatuh") atau dikenal juga dengan sublapsarianisme atau postlapsarianisme, kadang-kadang disebut "Calvinisme rendah", berpendapat bahwa penetapan Allah terhadap siapa yang dipilih dan siapa yang ditolak terjadi setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa.[9]
Perbedaan pandangan Lapsarian
Supralapsarianisme
Antelapsarianisme
Infralapsarianisme
Sublapsarianisme
Postlapsarianisme
Pemilihan untuk keselamatan dan penentuan kebinasaan
Penciptaan manusia pilihan dan non-pilihan Penciptaan manusia
Mengizinkan kejatuhan
Penebusan bagi orang-orang pilihan oleh Kristus Pemilihan untuk keselamatan dan penentuan kebinasaan
Penebusan bagi orang-orang pilihan oleh Kristus

Catatan: Urutan dalam Infralapsarianisme maupun Supralapsarianisme bukanlah urutan kronologis / waktu, tetapi hanya urutan berdasarkan logika.[10]

Amyraldisme[sunting | sunting sumber]

Amyraldisme adalah bentuk modifikasi dari teologi Calvinis yang menolak salah satu dari lima poin Calvinisme, yakni doktrin penebusan terbatas (limited atonement), dan mendukung penebusan tidak terbatas (unlimited atonement). Secara sederhana, Amyraldisme menyatakan bahwa Tuhan telah menyediakan penebusan Kristus bagi semua orang tanpa kecuali, namun melihat bahwa tidak ada satupun yang dengan sendirinya akan percaya, maka Tuhan pun kemudian memilih orang-orang yang Ia akan bawa kepada iman di dalam Kristus, dengan demikian anggapan ini berusaha mempertahankan doktrin Calvinis tentang pemilihan tanpa syarat tetapi menjadi bertentangan dengan doktrin Calvinis tentang penebusan terbatas.

Hiper-Calvinisme[sunting | sunting sumber]

Hiper-Calvinisme adalah keyakinan bahwa Allah menyelamatkan umat pilihan melalui kehendak kedaulatan-Nya tanpa atau hanya sedikit menggunakan metode (seperti penginjilan, khotbah, dan doa bagi yang hilang) dalam mewujudkan keselamatan itu. Hiper-Calvinis terlalu menekankan kedaulatan Allah dan terlalu mengabaikan tanggung jawab manusia dalam karya keselamatan.

Menurut Edwin H. Palmer, Hiper-Calvinisme bertentangan secara frontal dengan Arminianisme. Sementara penganut Arminian menyangkal kedaulatan Allah, Hiper-Calvinis meninggalkan fakta tanggung jawab manusia. Ia melihat pernyataan yang jelas dari Alkitab mengenai penentuan lebih dulu dari Allah dan memegang hal itu dengan teguh. Namun, karena tidak mampu mendamaikannya secara logis dengan tanggung jawab manusia, ia menyangkal tanggung jawab manusia itu. Jadi orang Arminian dan orang hyper-Calvinist, sekalipun merupakan kutub-kutub yang bertentangan, sebetulnya sangat dekat dalam cara berpikirnya.[11]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Doktrin[sunting | sunting sumber]

Kelompok[sunting | sunting sumber]

Sumber-sumber[sunting | sunting sumber]

  • John Calvin (1960). Institutes of the Christian Religion. ISBN 0-664-22028-2 (juga tersedia online dalam terjemahan yang lebih tua)
  • Ford Lewis Battles dan John Walchenbach (2001). Analysis of the Institutes of the Christian Religion of John Calvin. ISBN 0-87552-182-7
  • John Thomas McNeill (1954). The History and Character of Calvinism. ISBN 0-19-500743-3

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Situs-situs Calvinis[sunting | sunting sumber]

Calvinisme dan sistem-sistem teologi lainnya[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Muller 2004, hlm. 130.
  2. ^ Warfield, hlm. 359: "Kadang-kadang nama ini ['Calvinisme'] hanya merujuk kepada ajaran Yohanes Calvin saja. Kadang-kadang, secara lebih luas, kata ini juga merujuk kepada sistem doktrin yang dianut oleh sekelompok Gereja Protestan yang secara historis dikenal, berbeda dengan Gereja-gereja Lutheran, sebagai “Gereja-gereja Hervormd”… tetapi juga lazim disebut sebagai ‘Gereja-gereja Calvinis’ karena eksposisi ilmiah yang besar dari iman mereka pada zaman Reformasi, dan, sebagai pengaruh yang terbesar, diberikan oleh Yohanes Calvin. Kadang-kadang, dalam pengertian yang lebih luas lagi, nama ini merujuk kepada keseluruhan konsep – teologis, etis, filosofis, sosial, politik – yang dipengaruhi oleh pemikiran Yohanes Calvin, yang menjadi dominan di negara-negara Protestan dari masa pasca-Reformasi. Konsep-konsep ini telah meninggalkan bekas yang permanen bukan hanya pada pemikiran manusia, tetapi juga pada sejarah kehidupan manusia, tatanan sosial dari masyarakat berada dan bahkan organisasi politik negara."
  3. ^ Benjamin B. Warfield. "Calvinism". Dalam Johann Jakob Herzog, Philip Schaff, Albert Hauck. The New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge. hlm. p. 359. Prinsip dasar Calvinisme ... terletak dalam ketakutan yang mendalam terhadap Allah dalam keagungannya, dengan kesadaran yang tak terelakkan tentang sifat yang sesungguhnya dari hubungan dengan Dia yang dijaga oleh makhluk-makhluk yang demikian, dan khususny a oelh cipaan yang tidak adil. 
  4. ^ Hill, Graham. "Augustine's Influence on Calvin, Luther, and Zwingli". The Global Church Project. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 August 2020. Diakses tanggal 3 December 2019. 
  5. ^ Hägglund, Bengt (2007). Teologins Historia [History of Theology] (dalam bahasa Jerman). Translated by Gene J. Lund (edisi ke-Fourth Revised). Saint Louis: Concordia Publishing House. 
  6. ^ Bernard Cottret (22 May 2003). Calvin, A Biography. A&C Black. hlm. 239. ISBN 978-0-567-53035-6. 
  7. ^ "Reformed Churches". Christian Cyclopedia. 
  8. ^ Gonzalez, Justo L. The Story of Christianity, Vol. Two: The Reformation to the Present Day (New York: HarperCollins, 1985; reprint – Peabody: Prince Press, 2008) 180
  9. ^ a b Dr. F.D. Willem, 2006. Kamus sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal.440&442.
  10. ^ Loraine Boettner. The Reformed Doctrine of Predestination. Hal. 129. "Juga benar bahwa ada hal-hal di sini yang tidak bisa dimasukkan ke dalam cetakan waktu, - bahwa peristiwa-peristiwa ini tidak ada dalam pikiran ilahi seperti mereka ada dalam pikiran kita, oleh tindakan-tindakan yang berturut-turut / beriring-iringan, satu setelah yang lain, tetapi bahwa oleh satu tindakan Allah sekaligus telah menentukan semua hal-hal ini. Dalam pikiran ilahi rencana itu adalah satu kesatuan, ... Semua ketetapan adalah kekal. Mereka mempunyai hubungan logika, bukan hubungan chronologis"
  11. ^ Edwin H. Palmer. The Five Points of Calvinism. Hal 84.