Lewoloba, Ile Mandiri, Flores Timur

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lewoloba
Negara Indonesia
ProvinsiNusa Tenggara Timur
KabupatenFlores Timur
KecamatanIle Mandiri
Kode pos
86211
Kode Kemendagri53.06.04.2002
Luas680,4 km2
Jumlah penduduk1430 jiwa
Kepadatan50 jiwa/km2

Lewoloba merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ile Mandiri, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Lewoloba adalah desa dari Ipon Koten dan merupakan satu dari 8 desa yang berada di Kecamatan Ile Mandiri yang berada dalam rumpun adat Lamaholot Baipito. Dalam tata kehidupan masyarakat Baipito, Lewoloba adalah yang sulung dan tertua, yang mengandung makna bahwa Lewoloba adalah yang terdepan dalam membela kepentingan Baipito. Lewoloba memiliki nama tradisional (Opak), yaitu "Lewoloba Lama Dike Tanah Weki Lama Doro".

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Yohanes Lewa Doren, Kepala Desa Lewoloba (2007-2013)

Sejarah Desa Lewoloba dapat ditelusuri dengan mengetahui keturunan Bapa Lia Nurat dan Ema Hadung Boleng. Keduanya adalah sepasang suami isteri yang melahirkan keturunan-keturunan yang menghuni wilayah adat Baipito. Mereka memiliki 7 orang anak, yakni 5 anak laki-laki dan 2 anak perempuan yaitu:

  1. BELAWA BURAK: mendiami wilayah Lewoloba
  2. KWELUK: mendiami wilayah Wailolong
  3. KWAKA: mendiami wilayah Lewohala
  4. BANG POWA: mendiami wilayah Mudakeputu
  5. MADO LIKO WUTUN: mendiami wilayah Watowiti
  6. BELITI HINGI: mendiami wilayah Bui Baja Wua
  7. EHEN PENI: mendiami wilayah Ebak

Belawa Burak merupakan cikal bakal turunan orang-orang Lewoloba. Dari turunan Bapa Belawa Burak dan Ema Nini Daja, sampai dengan Bapa Kebu Doa dan Ema Buku Niron (turunan ke-7) menurunkan 3 orang anak, yakni:

  1. TOKA NARA: Melahurint
  2. WOLO SINA: Amakelen
  3. SINA PURI: Amakoten

Dari ke-3 anak laki-laki ini, lahirlah 3 suku asli yang berada di Kampung Lemuda. Turunan dari ke-3 Bapak ini kemudian dipimpin oleh Suban Regi Ama dibantu oleh Ua Bala Ama dan Biti Loso Ama membangun dan membentuk Kampung Suban Tupi Wato Dowo Deka Homo dan menjadi Kepala Kampung, Kepala Adat dan Tuan Tanah.

Di Kampung Suban Tupi Wato Dowo Deka Homo ini, bergabunglah dua suku dengan ketiga suku yang telah ada. Kedua suku yang bergabung tersebut adalah Suku Doren dan Suku Nuhan. Dari Kampung Suban Tupi Wato Dowo Deka Homo, mereka berpindah ke Desa Lewoloba lama. Desa Lewoloba lama biasa disebut dengan Lewo Wulu Heri Tanah Bala Gopak. Penggunaan nama “Lewoloba” dimulai ketika para tokoh adat berkumpul untuk melaksanaan seremoni adat penentuan nama kampung. Pelaksanaan seremoni adat ini harus disertai dengan penyuguhan sirih pinang. Setelah para pemuka Adat ini memakan sirih pinang, badan mereka menjadi lemas (ngilu), khususnya pada persendian tangan dan kaki mereka. Saat itu juga para pemuka adat sepakat memberikan nama LOBA (dalam bahasa daerah berarti “lemas/ ngilu”) dan LEWO (dalam bahasa daerah berarti “kampung”).

Setelah Lewoloba disepakati sebagai nama desa, para pemuka adat kemudian menyampaikannya kepada Pemerintah Belanda sebagai pemerintah yang sah pada saat itu. Pemerintah Belanda pun akhirnya menyetujui pemberian nama tersebut. Dengan adanya persetujuan dari pemerintah Belanda, maka sejak saat itu Lewoloba dijadikan sebagai nama resmi dan terus digunakan hingga saat ini.

Alkisah Belawa Burak pernah menjadi panglima dalam sebuah perang di Adonara dan meninggal dalam peperangan tersebut. Dia terbunuh ketika dirinya ditikam dengan sebilah bambu yang tajam. Dengan cara yang magis, jasad Belawa Burak kemudian "menyatu" dengan alam. Darahnya menjadi sumber mata air. Tubuhnya menjadi batu dan pasir. Bambu yang dipakai untuk menikamnya kemudian bertumbuh lebat di daerah tersebut. Pada tahun 2010, dibawah kepemimpinan Kepala Desa Yohanes Lewa Doren, jasad Belawa Burak yang telah berbentuk material alam ini dibawah ke Lewoloba dan disemayamkan dalam sebuah korke (Rumah Adat Lamaholot) melalui suatu acara adat yang meriah. Pada tahun 1979, sebuah bencana besar melanda Larantuka. Lewoloba pun terkena dampak dari banjir ini. Banjir ini menelan sangat banyak korban jiwa dan harta benda. Penduduk Desa Lewoloba akhirnya mencari pemukiman yang baru. Sebagian besarnya berpindah ke bekas kebunnya, dan membangun sebuah pemukiman baru yang saat ini bernama Desa Lewoloba. Sejumlah penduduk Lewoloba berpindah ke Desa Bokang, yang sekarang ini berada di wilayah Kecamatan Lato. Sejumlah kecil penduduk Lewoloba kemudian berpindah ke Balela, Lohayong, Weri, dan beberapa daerah lain di Larantuka.

Berikut ini adalah nama-nama Kepala Desa Lewoloba yang pernah memerintah:

  1. Kepala Bala Suban Koten (1915-1929).
  2. Kepala Lukas Laba Kelen (1929-1934).
  3. Kepala Ferdinandus Beki Hurint (1934-1966).
  4. Kepala W. Dominikus Hurint (1966 - memerintah selama 5 bulan)
  5. Kepala Theodorus Toka Hurint (1966-1972).
  6. Kepala Paulus Belawa Koten (1972-1975).
  7. Kepala (Karateker) Paulus Pati Koten (1975 - memerintah 5 bulan)
  8. Kepala Paulus Uja Hurint (1975-1978).
  9. Kepala Yohanes Helun Hurint (1978-1993): pada masa pemerintahan Bapak Yohanes Helun Hurint, sebuah banjir badang menghantam Kota Larantuka dan sekitarnya, termasuk Lewoloba. Sebagai akibat dari banjir tahun 1979, Desa Lewoloba berpindah dari lokasi lama ke lokasi yang baru hingga saat ini. Setelah berpindah ke lokasi baru, Bapak Helun Hurint terus memerintah hingga meletakkan jabatannya pada tahun 1993.
  10. Kepala Stefanus Raja Koten (1993-2002).
  11. Kepala Raymundus Doke Doren (2002-2007).
  12. Kepala Yohanes Lewa Doren (2007-2013).
  13. Kepala Fransiskus Roy Hurint (2013- saat ini)

Pemerintahan Desa Lewoloba[sunting | sunting sumber]

Struktur Organisasi Pemerintah Desa Lewoloba[sunting | sunting sumber]

No Nama Jabatan Pendidikan
1 Fransiskus Roy Hurint Kepala Desa SLTA
2 Bernardus Jana Hurint Sekretaris Desa D III
3 Roslina Sabu Kelen KAUR Umum SMK
4 Tonce Hurint KAUR Administrasi SMK
5 Garfelinus Pati Doren KAUR Keuangan SMK
6 Yohanes Lian Koten Kasie Pemerintahan SLTA
7 Yosep Beda Kelen Kasie Pembangunan STM
8 Sam Geken Kasie Kemasyarakatan SLTA
9 Yeremias Sina Maran Kepala Dusun I SD
10 Yosep Ehe Doren Kepala Dusun II SLTA
11 Hilarius Saka Doren Kepala Dusun III SD
12 Siprianus Koda Doren Kepala Dusun IV SLTA

Struktur Organisasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD)[sunting | sunting sumber]

Struktur BPD Lewoloba
Struktur Organisasi BPD Lewoloba

Struktur Organisasi Lembaga Kemasyarakatan[sunting | sunting sumber]

Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)[sunting | sunting sumber]

PKK Desa Lewoloba

Rukun Tetangga (RT)[sunting | sunting sumber]

Lembaga RT sesuai dasar hukum pembentukan yang ada di Desa Lewoloba berjumlah 8 RT yang tersebar di 4 wilayah Dusun. Berikut ini adalah nama-nama Ketua RT.

Ketua RT Lewoloba

Keadaan Demografis[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan pendataan penduduk yang dilakukan pada tahun 2013 jumlah penduduk Desa Lewoloba adalah 1430 jiwa. Berikut ini adalah gambaran tentang penduduk Desa Lewoloba yang diklasifikasi dalam beberapa jenis pengelompokan.

Penduduk Berdasarkan Kepala Keluarga (KK)[sunting | sunting sumber]

Penduduk Berdasarkan Usia[sunting | sunting sumber]

Penduduk Lewoloba Berdasarkan Usia
Penduduk Berdasarkan Usia

Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan jenis kelamin, penduduk Desa Lewoloba terdiri atas:

  • Laki-laki:670 jiwa
  • Perempuan:760 jiwa

Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Pendidikan Desa Lewoloba
Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Keterangan Tambahan: 5 (lima) orang penduduk Desa Lewoloba terindikasi buta huruf.

Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok[sunting | sunting sumber]

Mata pencaharian penduduk
Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok
Pastor Paroki St. Yosep Riangkemie bersama Penari Tradisional Lewoloba

Penduduk Berdasarkan Agama[sunting | sunting sumber]

Penduduk Berdasarkan Agama
Penduduk Berdasarkan Agama

Penduduk Berdasarkan Cacat Mental dan Cacat Fisik[sunting | sunting sumber]

Penduduk Cacat
Penduduk Berdasarkan Cacat Mental dan Cacat Fisik

Penduduk Berdasarkan Ketersediaan Tenaga Kerja[sunting | sunting sumber]

Penduduk Lewoloba Menurut Kesediaan Tenaga Kerja
Penduduk Berdasarkan Kesediaan Tenaga Kerja

Sumber: RPJM Desa Lewoloba 2015-2019

Keadaan Geografis[sunting | sunting sumber]

Luas Wilayah [sunting | sunting sumber]

Menurut Penggunaannya, Luas wilayah Desa Lewoloba secara administratif adalah 680,4 Ha yang terdiri atas:

  1. Luas Perumahan dan Pekarangan: 245,9 Ha
  2. Luas Lahan Pertanian: 433 Ha
  3. Luas Pekuburan: 0,75 Ha
  4. Luas Lahan Tidur: 0,75 Ha

Batas Wilayah[sunting | sunting sumber]

Desa Lewoloba berbatasaan dengan:

  1. Sebelah Utara: Gunung Mandiri
  2. Sebelah Selatan: Teluk Oka
  3. Sebelah Timur: Desa Lamawalang, Kecamatan Larantuka
  4. Sebelah Barat: Desa Wailolong, Kecamatan Ile Mandiri

Orbitasi, Waktu Tempuh, dan Letak Desa[sunting | sunting sumber]

Untuk mencapai Desa Lewoloba, perjalanan dapat ditempuh melalui jalur darat (kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat) dan jalur laut (perahu layar).

Orbitasi Lewoloba
Orbitasi, Waktu Tempuh, dan Letak Desa

Letak Desa Berdasarkan Ketinggian Tempat, Curah Hujan, dan Suhu[sunting | sunting sumber]

Lewoloba, Suhu
Letak berdasarkan ketinggian, curah hujan, da suhu

Topografi atau Bentangan Lahan[sunting | sunting sumber]

Topografi Lewoloba
Topografi da Bentangan Lahan Lewoloba

Jenis dan Kesuburan Tanah[sunting | sunting sumber]

  1. Warna Tana: Hitam
  2. Teksur Tanah: Lempung
  3. Lahan Kritis: 25 Ha
  4. Lahan Terlantar: 15 Ha/m2

Sarana dan Prasarana[sunting | sunting sumber]

Sarana dan Prasarana Transportasi[sunting | sunting sumber]

Prasarana Transportasi Darat di Desa Lewoloba[sunting | sunting sumber]

Prasarana Transportasi
Prasarana Transportasi Darat di Lewoloba

Sarana Transportasi Darat di Desa Lewoloba[sunting | sunting sumber]

No.

Uraian

Jumlah (Unit)

1

Bus angkutan penumpang

4 Unit

2

Truk angkutan barang

7 Unit

3

Motor ojek

10 Unit

4

Sepeda motor pribadi

250 Unit

Sarana dan Prasarana Komunikasi[sunting | sunting sumber]

No.

Uraian

Jumlah (Unit)

1

Radio

5 Unit

2

TV

400 Unit

3

HP

500 Unit

Sarana dan Prasarana Air Bersih dan Sanitasi[sunting | sunting sumber]

No.

Uraian / Jenis

Jumlah (Unit)

1

Prasarana Air Bersih mata air Pegunungan

2 Unit

2

Sanitasi

10 Unit

3

MCK Umum

5 Unit

4

MCK Keluarga

302 Unit

Sarana dan Prasarana Pemerintah Desa[sunting | sunting sumber]

No

Uraian / Jenis

Jumlah (Unit)

1

Gedung Kantor

1 Unit

2

Jumlah Ruangan Kerja

4 Unit

3

Komputer/Laptop

2 Unit

4

Meja Rapat

2 Unit

5

Meja Biro

2 Unit

6

Kursi

54 Unit

7

Lemari Arsip

1 Unit

Sarana dan Prasarana Badan Permusyawaratan Desa Lewoloba[sunting | sunting sumber]

Badan Permusyawaratan Desa Lewoloba tidak memiliki Prasarana gedung kantor. Gedung BPD yang digunakan sekarang adalah gedung satu atap dengan gedung kantor desa.

Sarana ATK BPD sbb:

No

Uraian / Jenis

Jumlah (Unit)

1

Meja Biro

-

2

Kursi

-

Sarana dan Prasarana Peribadatan[sunting | sunting sumber]

Terdapat sebuah gereja di Desa Lewoloba bernama Gereja Hati Amat Kudus Tuhan Yesus. Gereja ini bernaung di bawah Paroki St. Yoseph Riangkemie.

Sarana dan Prasarana Kesehatan[sunting | sunting sumber]

1) Satu unit Puskesmas pembantu dengan pelayanan obat setiap hari.

2) Satu unit Posyandu dengan pelayanan sebulan sekali.

Sumber: RPJM Desa Lewoloba 2015-2019

Budaya[sunting | sunting sumber]

Bapa Talu Koten dalam busana adat Lewoloba

Lewoloba merupakan satu bagian dari rumpun masyarakat adat Lamaholot. Kegiatan adatnya berpusat di sebuah korke, yang berada di tengah kampung. Ada beberapa suku besar yang menetap di Lewoloba, yaitu Lewo Doren, Lewo Nuhan, Mela Hurint, Ama Koten, dan Ama Kelen. Masing-masing suku memiliki perannya sendiri dalam setiap acara adat yang diadakan. Setiap dua tahun sekali diadakan sebuah acara adat perbaikan rumah adat, yaitu Helok Korke. Ritual ini selalu diiringi dengan persembahan hewan kurban sambil diiringi dengan tari-tarian adat seperti Hedung, Sarak Manuk, Soka Roja dan Lian Namang.

Sebuah acara adat di korke

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Beberapa lembaga pendidikan dari berbagai tingkat pendidikan diselenggarakan di Lewoloba, antara lain PAUD Lia Nurat, TKK Hadung Boleng, SDK Lewoloba, SMP Negeri 2 Larantuka, dan SMK Lamaholot. Keberadaan sejumlah sekolah di Lewoloba telah menjadikannya sebagai pusat pendidikan dan barometer pendidikan di Kecamatan Ile Mandiri. Sejumlah lembaga pendidikan yang terselenggara di Lewoloba telah menarik minat siswa dari berbagai daerah di Kabupaten Flores Timur.

Pendidikan Formal[sunting | sunting sumber]

Nama

Jumlah

Status

Kepemilikan

Jumlah Guru

Jumlah Siswa

TK Hadung Boleng

1

Terakreditasi

Desa Lewoloba

5

32

SDK Lewoloba

1

Terakreditasi

Yapersuktim

19

176

SLTP Negeri 2 Larantuka

1

Terakreditasi

Pemkab Flotim

53

533

SMEA Lamaholot

1

Terakreditasi

Yayasan Lamaholot

43

348

Pendidikan Non Formal[sunting | sunting sumber]

Nama

Jumlah

Status

Kepemilikan

Jumlah Guru

Jumlah Siswa

Paket B

-

-

-

-

-

Paket C

-

-

-

-

-

PAUD

1

Terdaftar

Desa Lewoloba

4

36

Keadaan Ekonomi[sunting | sunting sumber]

Sebagian besar penduduk Lewoloba adalah penduduk asli setempat. Perkembangan di sektor pendidikan turut mengubah struktur demografi Lewoloba. Arus pendatang cukup terlihat jelas, di antaranya berasal dari sejumlah tempat di Flotim daratan, Adonara, Lembata, dan Manggarai. Sebagian besar penduduk Lewoloba bermata pencaharian sebagai petani. Jumlah Pegawai Negeri Sipil pun cukup signifikan di desa ini. Sama seperti sebagian besar penduduk Flores Timur, sektor wirausaha tampak tidak berkembang. Hanya ada beberapa sektor swasta yang hidup, yaitu bengkel kayu dan bengkel kendaraan bermotor.

Potensi Pertanian/ Perkebunan/ Kehutanan[sunting | sunting sumber]

(1) Potensi Pertanian

a. Pemilikan lahan pertanian tanaman pangan:

No

Jumlah Kepala Keluarga yang memiliki Tanah Pertanian

Jumlah

1

Tidak memiliki

-

2

Memiliki kurang dari 0.50 Ha

15 KK

3

Memiliki lebih dari 1.0 Ha

287 KK

Jumlah Total

302 KK

b. Jenis tanaman pangan yang diusahakan oleh masyarakat:

  • Jagung
  • Padi ladang
  • Ubi Kayu

c. Jenis komoditas buah-buahan yang diusahakan oleh masyarakat:

  • Pisang
  • Nanas
  • Pepaya
  • Mente

d. Pemasaran hasil tanaman pangan:

Sebagian besar hasil tanaman pangan dipergunakan untuk konsumsi sehari-hari dan sebagian kecilnya dijual langsung ke konsumen atau ke pasar tradisional.

(2) Potensi Perkebunan

a. Kepemilikan lahan perkebunan:

No

Jumlah Rumah Tangga memiliki Tanah Pertanian

Jumlah

1

Tidak memiliki

-

2

Memiliki kurang dari 0.5 Ha

15 KK

3

Memiliki lebih dari 1.0 Ha

287 KK

Jumlah Total

b. Jenis tanaman perkebunan yang diusahakan oleh masyarakat:

  • Pisang
  • Nanas
  • Pepaya
  • Mente
  • Kapuk
  • Kemiri

c. Pemasaran hasil Tanaman Perkebunan:

Hasil tanaman perkebunan biasanya dijual masyarakat di pasar tradisional. Khusus untuk jambu mente, biasanya masyarakat menjualnya kepada tengkulak.

(3) Potensi Kehutanan

Kepemilikan tanaman kehutanan masyarakat Desa Lewoloba sebagian besar kurang lebih 75% dikuasai oleh pemilik tanah ulayat (Hutan Adat) sedangkan 25% dimiliki oleh penggarap. Ada juga jenis tanaman kehutanan yang dimiliki oleh masyarakat secara perorangan dan secara kelompok (adat), sebagai berikut:

  • Bambu
  • Akasia Hutan
  • Lain-lain

Potensi Peternakan Dan Perikanan[sunting | sunting sumber]

(1) Potensi Peternakan

a. Hasil Peternakan:

Masyarakat Desa Lewoloba pada umumnya memiliki populasi ternak karena didukung dengan ketersediaan tanaman pakan ternak yang ada seperti pisang, lamatoro, gamal, turi, mengkudu hutan, dan lain-lain. Jenis populasi ternak yang dipelihara oleh masyarakat:

  • Ayam kampung
  • Ayam pedaging
  • Kambing
  • Babi
  • Sapi

b. Pemasaran Hasil Ternak

Hasil ternak 40% dijual langsung ke konsumen, 10% untuk konsumsi keluarga, 50% untuk keperluan upacara adat.

(2) Potensi Perikanan

Masyarakat Desa Lewoloba menyadari bahwa, hidup ini hanya bertani saja sudah cukup, akan tetapi melaut juga merupakan mata pencaharian tambahan untuk menambah pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Kurang lebih 15% masyarakat Desa Lewoloba yang bermata pencaharian sebagai nelayan dengan menggunakan alat tangkap yang sangat sederhana yaitu, sampan dayung atau jukung.

a. Jenis alat produksi budidaya ikan laut yang dimiliki oleh masyarakat:

  • Pancing
  • Sampan dayung
  • Pukat
  • Jukung

b. Jenis ikan dan produksi:

  • Ikan tongkol
  • Ikan kerapu
  • Ikan tembang
  • Ikan cakalang
  • Ikan pari

c. Pemasaran hasil perikanan

Hasil ikan 80% dijual langsung ke konsumen, 20% untuk konsumsi sendiri.

Potensi Sumber Daya Air[sunting | sunting sumber]

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, masyarakat Desa Lewoloba memanfaatkan air yang bersumber dari mata air pegunungan (Waibelen) yang dikelola desa, dan air yang dikelola PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dengan pemanfaatan untuk minum dan MCK (Mandi, Cuci, Kakus).

Pariwisata[sunting | sunting sumber]

Teluk Oka yang memiliki garis pantai yang panjang, indah, dan sejuk cukup menarik minat wisatawan lokal untuk berkunjung ke sana. Air terjun Waibelen, yang juga menjadi sumber air bagi penduduk Lewoloba, sangat menarik untuk dikunjungi. Meningkatnya perhatian masyarakat terhadap budaya mulai tumbuh ketika jasad (Kulit Kamak) Belawa Burak didatangkan dari Waiburak, Adonara Barat pada tahun 2008. Bertepatan dengan itu, dibangunlah sebuah Korke / rumah adat Lewoloba sebagai tempat menyemayamkan jasad Belawa Burak. Konstruksi dan arsitekturnya yang rumit dan unik telah menjadikan Lewoloba sebagai alternatif menghabiskan liburan di Kota Larantuka.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

  • Gelekat Lewotanah [2]