Laksmi Pamuntjak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Laksmi Pamuntjak
LahirLaksmi Widorini Pamuntjak
22 Desember 1971 (umur 52)
Jakarta
KebangsaanIndonesia
AlmamaterUniversitas Murdoch, Perth, Australia
PekerjaanNovelis, Penyair, Esais, Jurnalis, Kritikus kuliner dwibahasa
Karya terkenalAmba (novel), Ellipsis (puisi), Kitab Kawin (cerita pendek)
Suami/istri
Kian Guntur
(m. 2021)
AnakNadia Larasati
PenghargaanLiBeraturpreis untuk Amba/Alle Farben Rot (2016) & Singapore Book Award Kategori Karya Sastra Terbaik untuk Fall Baby (2020)

Laksmi Pamuntjak (lahir 22 Desember 1971) adalah seorang novelis, penyair, jurnalis dan kritikus kuliner dwibahasa. Pada 2016, terjemahan bahasa Jerman novel pertamanya, Amba, memenangi penghargaan sastra Jerman LiBeraturpreis. Pada 2018, film berdasarkan novel keduanya, Aruna dan Lidahnya, dirilis di Indonesia, dan memenangi dua Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI). Pada 2020, novel ketiganya, Fall Baby, memenangi Singapore Book Award untuk karya sastra terbaik. Laksmi juga kerap menulis tentang seni, budaya dan politik untuk sejumlah media Indonesia seperti majalah TEMPO dan harian Jakarta Post dan media internasional seperti South China Morning Post dan The Guardian.

Riwayat[sunting | sunting sumber]

Laksmi adalah anak dari arsitek Dipl. Ing. Ir. Mustafa Pamuntjak, seorang arsitek, dan Endang Soejono Martowardojo. Kiprahnya dalam dunia buku menurun dari kakeknya Kasuma Sutan Pamuntjak, yang pernah menjabat sebagai direktur Balai Pustaka pada 1940-an dan pendiri perusahaan penerbitan CV. Djambatan.

Setelah menamatkan sekolah menengahnya di United World College of Southeast Asia, Singapura, dan Presbyterian Ladies’ College, Perth, Australia Barat, Laksmi menempuh pendidikan S1 di Universitas Murdoch dan lulus dengan gelar BA in Asian Studies (with First Class Honours).

Laksmi memiliki satu anak, Nadia Larasati (lahir pada 1996 di Jakarta).

Karier[sunting | sunting sumber]

Laksmi memulai karier kepenulisannya tahun 1994 dengan menulis untuk jurnal Prisma dan majalah TEMPO. Ia juga kerap menulis resensi film, buku, musik klasik dan restoran untuk harian Jakarta Post. Pada 2015, ia mulai menulis tentang politik dan budaya buat The Guardian. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di South China Morning Post, Frankfurter Allgemeine Sonntagszeitung Diarsipkan 2016-10-07 di Wayback Machine., and Die Welt.

Pada tahun 2001, ia turut mendirikan Toko Buku Aksara bersama dua sahabatnya, Winfred Hutabarat dan Davy Djohan. Pada tahun yang sama, ia menerbitkan Jakarta Good Food Guide (JGFG), seri buku panduan restoran komprehensif dan independen pertama di Indonesia. Selain cakupannya yang luas, dari restoran internasional fine dining sampai kaki lima, seri ini terkenal dengan prinsip independensinya. Untuk menjaga objektivitas, buku panduan ini tidak menerima iklan dari restoran.

Selain lima edisi JGFG (terakhir diterbitkan pada 2010), Laksmi telah menerbitkan dua himpunan puisi, Ellipsis (2005) dan The Anagram (2007); kumpulan fiksi pendek yang terilhami lukisan, The Diary of R.S.: Musings on Art (2006) dan sebuah esai filosofis panjang yang dibukukan, Perang, Langit dan Dua Perempuan (2007). Pada 2016, sejumlah puisi dan prosa Laksmi dihimpun dan diterbitkan ulang dengan judul There Are Tears in Things: Selected Poems and Prose by Laksmi Pamuntjak (2001 – 2016).

Pada 2012, Laksmi mewakili Indonesia dalam Poetry Parnassus, festival puisi bersejarah yang diselenggarakan di Southbank Centre, London, dalam rangka Olimpiade London 2012. 204 penyair dari seluruh dunia tampil dalam ajang puisi terbesar dalam sejarah Inggris itu.

Pada tahun yang sama, Laksmi menerbitkan novelnya yang pertama, Amba. Novel ini merupakan tafsir modern atas cerita Amba dan Bhisma dalam epos Mahabharata. Latar belakangnya pembunuhan masal anti-Komunis 1965 dan Inrehab Pulau Buru. Selain bahasa Jerman, novel yang masuk dalam 5 Besar Kusala Sastra Khatulistiwa 2013 ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Belanda.

Novel kedua Laksmi, Aruna dan Lidahnya, diterbitkan pada 2014 dan berkisah tentang Aruna, seorang ahli epidemiologi yang terobsesi oleh makanan. Penyelidikan Aruna atas rentetan kasus flu burung yang misterius membawanya ke pelbagai pelosok Nusantara, di mana ia juga menjelajahi kekayaan kuliner setempat. Novel ini masuk 5 Besar Kusala Sastra Khatulistiwa 2015.

Novel pertama Laksmi dalam bahasa Inggris, Fall Baby (penerbit: Penguin Random House SEA) diterbitkan pada 2019. Versi bahasa Jermannya, Herbstkind, terbit terlebih dahulu pada 2018 (penerbit: Ullstein Verlag) dan versi bahasa Indonesianya, Kekasih Musim Gugur (penerbit: Gramedia Pustaka Utama), terbit pada 2020.

Kumpulan cerpen Kitab Kawin, tentang perempuan dan problema kehidupan mereka, terbit pada 2020.

Penghargaan[sunting | sunting sumber]

Alle Farben Rot, versi bahasa Jerman dari novel pertama Laksmi, Amba, memenangi penghargaan sastra Jerman LiBeraturpreis pada 2016. Penghargaan ini diberikan bagi terjemahan bahasa Jerman paling baik dari karya sastra dari Asia, Afrika, Karibea, Timur Tengah dan Amerika Latin.

Pada akhir 2015, Laksmi membagi waktu antara Berlin dan Jakarta untuk merampungkan sekuel Amba, Fall Baby, yang diterbitkan pertama kali dalam bahasa Jerman pada 2018. Pada 13 Agustus 2020, versi asli Fall Baby dalam bahasa Inggris, memenangi Singapore Book Award sebagai Karya Sastra Terbaik.

Podcast[sunting | sunting sumber]

Karya Laksmi teranyar, Kitab Kawin, sebuah himpunan cerita pendek seputar kehidupan perempuan, diterbitkan pada 2021. Sebuah siniar berdasarkan cerpen-cerpen dalam buku itu, Podcast Kitab Kawin, diluncurkan pada tahun yang sama, menggabungkan pembacaan cerpen oleh Laksmi, penjabarannya tentang proses kreatif di balik setiap cerita, dan wawancaranya dengan beragam narasumber temasuk para ahli, akademikus, aktivis dan penyintas. Di antara tema-tema kompleks yang dibahas dalam podcast termasuk KDRT, kekerasan seksual teradap perempuan dan anak, dan perkawinan anak.

Kurasi[sunting | sunting sumber]

Pada 2014, Laksmi menjadi ko-kurator Fatahillah Food Festival bersama Hana Makarim. Festival kuliner yang mengambil tempat di Taman Fatahillah ini adalah bagian dari Program Revitalisasi Kota Tua.

Pada 2022, Laksmi menjadi ko-kurator Pameran 100 Tahun Chairil Anwar: Aku Berkisar Antara Mereka, sebuah pameran arsip sastra untuk merayakan satu abad kekaryaan penyair besar Indonesia Chairil Anwar di Galeri Salihara.

Antara 2009 dan 2011, Laksmi menjadi salah satu anggota juri internasional Prince Claus Award.

Film Berdasarkan Novel[sunting | sunting sumber]

Film berdasarkan novel kedua Laksmi, Aruna dan Lidahnya (2014), dirilis pada 2018. Film yang disutradarai Edwin dan dibintangi Dian Sastrowardoyo, Nicholas Saputra, Hannah al Rashid dan Oka Saputra ini memenangi dua penghargaan pada Festival Film Indonesia (FFI) 2018, untuk aktor pendukung terbaik dan naskah adaptasi terbaik. Di Eropa, film ini ditayangkan secara perdana di Berlinale International Film Festival pada Februari 2019.

Pidato Kunci[sunting | sunting sumber]

Laksmi menyampaikan pidato kunci pada pembukaan Konferensi European Southeast Asian Studies Association (EuroSEAS) ke-9 di University of Oxford in 2017. Judul pidatonya Between Hope and Despair: Living with Difference in Today’s Indonesia. Ia juga menyampaikan pidato kunci berjudul Claiming Ownership of One’s Freed Selves: Art and Morality in Today’s Indonesia pada pembukaan Indonesia Council Open Conference tahun 2019 di Australian National University, Canberra.

Bibliografi[sunting | sunting sumber]

Novel

  • Kekasih Musim Gugur (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2020)
  • Fall Baby (Singapore: Penguin Random House SEA, 2019)
  • Herbstkind (Berlin: Ullstein Verlag, 2018)
  • Birdwoman’s Palate (Seattle: Amazon Crossing, 2018)
  • The Question of Red (Seattle: Amazon Crossing, 2016)
  • Alle Farben Rot (Berlin: Ullstein Verlag, 2015)
  • Amba Of De Kleur van Rood (Amsterdam: Xander Uitgevers, 2015)
  • Aruna dan Lidahnya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014)
  • Amba (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012)

Puisi

  • There Are Tears and Things: Collected Poetry and Prose (2001-2016) by Laksmi Pamuntjak (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016)
  • The Anagram (Jakarta: KataKita, 2007)
  • Ellipsis: Poems and Prose Poems (Jakarta: KataKita, 2005)

Cerita Pendek

  • Kitab Kawin (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2021)
  • There Are Tears and Things: Collected Poetry and Prose (2001-2016) by Laksmi Pamuntjak (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016)
  • The Diary of R.S.: Musings on Art (Jakarta: KataKita, 2006)

Esai Filosofis

  • Perang, Langit dan Dua Perempuan (Jakarta: Freedom Institute and Penerbit Nalar, 2006)

Tulisan Kuliner

  • The Jakarta Good Food Guide 2009-2010 (Supplement to the Jakarta Good Food Guide 2008-2009 (Jakarta: Pena Gaia Klasik, 2008)
  • The Jakarta Good Food Guide 2008-2009 (Jakarta: Pena Gaia Klasik, 2008)
  • The Jakarta Good Food Guide 2002-2003 (Jakarta: Pena Gaia Klasik, 2002)
  • The Jakarta Good Food Guide 2001 (Jakarta: Pena Gaia Klasik, 2001)

Karya Terjemahan

  • On God and Other Unfinished Things: Aphorisms by Goenawan Mohamad (Jakarta: KataKita, 2007)
  • Goenawan Mohamad: Selected Poems (Jakarta: KataKita, 2004)

Referensi[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

1. 2019 Keynote Address, Australian National University, Canberra, pada pembukaan Indonesia Council Open Conference. Judul pidato kunci: Claiming Ownership of One’s Freed Selves: Freedom, Art and Morality in Indonesia Diarsipkan 2020-09-30 di Wayback Machine.

2. 2017 Keynote Address, University of Oxford, pada pembukaan Konferensi ke -9 European Southeast Asian Association (EuroSEAS). Judul pidato kunci: Between Hope and Despair: On Living with Difference in Today’s Indonesia

3. Podcast: "Living with Difference in Today's Indonesia": 17 August 2017

http://www.theguardian.com/commentisfree/2015/jun/22/australia-and-indonesias-infantile-posturing-over-refugees-is-sad-and-dangerous

http://www.theguardian.com/world/commentisfree/2015/oct/27/censorship-is-returning-to-indonesia-in-the-name-of-the-1965-purges

http://www.theguardian.com/commentisfree/2015/sep/30/it-is-50-years-since-the-indonesian-genocide-of-1965-but-we-cannot-look-away

https://www.theguardian.com/world/2017/jan/14/jakarta-the-unlikely-capital-city-of-sex-and-swinging

https://www.welt.de/kultur/plus181801264/Indonesien-Kein-Zweifel-dass-es-eine-Strafe-Gottes-war.html

https://lifestyle.bisnis.com/read/20200818/219/1280683/laksmi-pamuntjak-raih-kemenangan-di-singapore-book-award-2020

https://www.femina.co.id/trending-topic/novel-laksmi-pamuntjak-memenangkan-penghargaan-jerman-liberaturpreis-2016-

https://hot.detik.com/book/d-5138732/sekuel-novel-amba-karya-laksmi-pamuntjak-akhirnya-rilis-di-indonesia

https://m.mediaindonesia.com/read/detail/337640-novel-laksmi-pamuntjak-berjaya-di-singapore-book-awards-2020 https://m.bisnis.com/lifestyle/read/20200818/219/1280710/laksmi-pamuntjak-bocorkan-kiat-sukses-buku-lolos-penerbit-asing

https://entertainment.kompas.com/read/2018/05/03/184839610/dian-sastrowardoyo-bintangi-film-adaptasi-novel-aruna-dan-lidahnya

https://hot.detik.com/book/d-5907902/laksmi-pamuntjak-luncurkan-podcast-kitab-kawin-siapkan-12-episode-dari-6-tema

https://www.validnews.id/kultura/laksmi-pamuntjak-suarakan-isu-perempuan-dalam-podcast-kitab-kawin

https://www.thejakartapost.com/life/2020/08/23/laksmi-pamuntjak-reflects-on-fall-baby-her-time-in-self-quarantine.html

https://www.thejakartapost.com/news/2019/12/03/author-delivers-strong-message-about-art-bigotry.html

https://www.thejakartapost.com/life/2019/02/16/laksmi-pamuntjaks-first-english-novel-srikandi-acquired-by-penguin-random-house.html

http://www.thejakartapost.com/amp/life/2018/09/24/laksmi-pamuntjak-shines-through-with-fall-baby.html

http://blogs.wsj.com/indonesiarealtime/2014/11/18/a-tale-of-traveling-tastebuds-in-laksmi-pamuntjaks-latest-novel/

http://www.thejakartapost.com/news/2015/12/09/historical-indonesian-novel-praised-germany.html

http://www.spiegel.de/international/world/indonesia-has-found-success-in-moderation-a-1047018.html#spRedirectedFrom=www&referrrer=https://www.google.co.id/

https://jakartaglobe.id/features/aruna-birdwoman-sophisticated-palate/

https://www.groene.nl/artikel/wraak-is-geen-optie