Krueng Aceh

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Krueng Aceh
Sungai Aceh, Aceh River, Kroeeng Atjen, Krueng Atjeh, Atieh, Atye, Atjeh Rivier
Banjir kanal Krueng Aceh
Banjir kanal Krueng Aceh
Lokasi
Negara Indonesia
ProvinsiAceh
Ciri-ciri fisik
Hulu sungaiCot Seukek, Aceh Besar[1]
Muara sungaiLaut Andaman
 - lokasiBanda Aceh
 - koordinat05°35′04″N 95°18′07″E / 5.58444°N 95.30194°E / 5.58444; 95.30194Koordinat: 05°35′04″N 95°18′07″E / 5.58444°N 95.30194°E / 5.58444; 95.30194
Panjang145 km (90 mi)[1]
Daerah Aliran Sungai
Sistem sungaiDAS Krueng Aceh (DAS120001)[2]
Luas DAS1.980 km2 (760 sq mi)
Markah tanahTugu Titik NOL Kota Banda Aceh;

Monumen Kapal Tsunami Lampulo;

Masjid Raya Baiturrahman
Badan airWaduk Keuliling[3]
JembatanJembatan Indrapuri; Jembatan Lubuk Sukon; Jembatan Titi Lambaro; Jembatan Pango; Jembatan Beurawe; Jembatan Beurawe; Pante Pirak Brigde; Jembatan Peunayong
PelabuhanDermaga Lampulo
Pengelolaan sungaiBPDAS Krueng Aceh;[2]
BWS Sumatera I[4]
Informasi lokal
Zona waktuWIB (UTC+7)
GeoNames1215637
Peta


Krueng Aceh (Indonesia: Sungai Aceh) adalah sebuah sungai di provinsi Aceh, di bagian utara pulau Sumatra, Indonesia.[5]

Hidrologi[sunting | sunting sumber]

Sungai ini berhulu di pegunungan Aceh Besar mengaliri sebagian besar wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar dan bermuara di Selat Malaka. Krueng Aceh memiliki beberapa sub daerah aliran sungai (DAS) yaitu Sub DAS Krueng Seulimeum, Krueng Jreu, Krueng Inong, Krueng Keumireu dan Krueng Aceh Bagian Hilir.[6] Kanal banjir (flood way) Krueng Aceh sepanjang 9,6 kilometer itu dibangun tahun 1986-1993 untuk mengatasi luapan air di Banda Aceh dan Aceh Besar.[7]

Morfologi lahan[sunting | sunting sumber]

Waduk Keuliling di hulu Krueng Aceh di kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar

Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Aceh memiliki fisiografi datar, bergelombang, berbukit dan bergunung yang secara umum berada di Kabupaten Aceh Besar. Wilayah dengan topografi datar (0-8%) seluas 46.487,29 ha (23,50%) dari luas total wilayah DAS Krueng Aceh. Selanjutnya wilayah yang bergelombang (8-15%) seluas 26.421,16 ha (13,35%), berbukit (15-25%) seluas 9.338,96 ha (5%) dan agak bergunung (25-40%) seluas 2.368,86 ha (1,20%) serta sisanya merupakan wilayah yang bergunung (> 40%) seluas 113.236,06 ha (57,23%).[6]

Daerah aliran sungai[sunting | sunting sumber]

DAS Krueng Aceh terdiri dari beberapa sub DAS yaitu sub DAS Krueng Seulimeum, DAS Krueng Keumireu, DAS Krueng Inong dan DAS Krueng Jreu serta Krueng Aceh bagian hilir. Seluruh aliran air dari sub DAS tersebut terkonsentrasi ke sungai utamanya yakni Sungai Krueng Aceh yang bermuara di hilir DAS (Lampulo-Banda Aceh). Untuk mengantisipasi banjir di Kota Banda Aceh maka aliran air sungai Krueng Aceh juga dialirkan melalui aliran banjir ke Alue Naga, Kota Banda Aceh. Dengan demikian aliran air sungai Krueng Aceh di hilir DAS nya terbagi ke dalam dua wilayah tersebut.[6]

Iklim[sunting | sunting sumber]

Pengerukan Krueng Aceh
Pengerukan Krueng Aceh

Berdasarkan data selama 10 (sepuluh) tahun terakhir yaitu tahun 2000 sampai 2009 iklim di DAS Krueng Aceh termasuk tipe curah hujan kelas B (basah) dengan nilai Q = 16/52 x 100 % = 0,3077 dan rata-rata curah hujan tahunan adalah sebesar 1225,9 mm dengan rata-rata hari hujan sebanyak 145 hari. Sejak tahun 2000 sampai 2009, jumlah curah hujan paling tinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu 1.772 mm/thn, sedangkan yang paling sedikit tahun 2008 dengan jumlah curah hujan 1.207,4 mm/thn.[6]

Jenis tanah[sunting | sunting sumber]

Jenis tanah yang terdapat di DAS Krueng Aceh didominasi oleh latosol yaitu seluas 32.900,54 Ha (16,63%), aluvial seluas 28.938,36 Ha (14,63%) dan regosol seluas 15.581,93 Ha (7,88%). Selanjutnya, komplek podsolik coklat podsol dan litosol seluas 38.325,06 Ha (19,37%), komplek renzina dan litosol seluas 31.135,68 Ha (15,74%) dan komplek podsolik merah kuning latosol dan litosol seluas 22.056,45 Ha (19,37%).

Distribusi jenis tanah menunjukkan bahwa beberapa jenis tanah seperti latosol dan podsolik merah kuning terdapat pada daerah dengan kelerengan yang sangat curam (>40%), demikian juga dengan beberapa komplek tanah. Jenis tanah latosol dan podsolik merah kuning yang berada pada kelerengan sangat curam pada umumnya rentan terhadap terjadinya erosi dan longsor. Kondisi ini akan menjadi lebih parah jika jenis tanah tersebut tidak memiliki vegetasi (cover crops).[6]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]