Pandangan Islam tentang evolusi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Kreasionisme Islam)

Pandangan Islam tentang evolusi beragam, mulai dari evolusi teistik hingga kreasionisme. Umat Islam meyakini Tuhan sebagai pencipta makhluk hidup, seperti dinyatakan dalam Al-Quran. Sepanjang sejarah beberapa pemikir Muslim telah mengajukan dan menerima unsur-unsur teori evolusi, sambil tetap memercayai kekuasaan Tuhan dalam prosesnya. Pada masa modern, beberapa Muslim menolak evolusi, dan pengajaran evolusi dilarang di beberapa negara. Pertentangan utama antara Islam dan evolusi adalah Adam dan Hawa sebagai leluhur manusia, sebuah konsep yang bertentangan dengan antropologi biologis modern.[1]

Teologi[sunting | sunting sumber]

Tidak seperti dalam Alkitab, kisah penciptaan pada Al-Qur'an tidak dicertikan dalam satu bagian, melainkan dapat di hubungkan dari ayat-ayat yang ditemukan di seluruh Al-Qur'an.[2]

Penciptaan alam semesta[sunting | sunting sumber]

Beberapa sarjana Muslim masa kini menganjurkan untuk menginterpretasikan istilah al-sama, secara tradisional dipercaya sebagai sebuah rujukan kepada langit dan tujuh langit,[3] juga merujuk kepada alam semesta secara keseluruhan. Oleh karena itu, mereka berargumen bahwa Al-Qur'an menegaskan peristiwan Ledakan Dahsyat pada Surah al-Anbiya' [4][5][6][7][8] dimana Al-Qur'an menyatakan bahwa langit dan bumi menjadi satu sebelum akhirnya berpisah:[9]

Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi, keduanya, dahulu menyatu, kemudian Kami memisahkan keduanya dan Kami menjadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air?

— Quran 21:30

Pandangan tersebut, yang dimana Al-Qur'an merujuk singularitas Ledakan Besar juga diterima oleh cendekia Muslim seperti Muhammad Tahir-ul-Qadri dan Muhammad Asad.[10][11] Banyak Muslim menginterpretasikan kisah penciptaan dalam Al-Qur'an dalam konteks sains, dan beberapa sarjana seperti Faheem Ashraf dari Islamic Research Foundation International, Inc. dan Sheikh Omar Suleiman dari Institut Penelitian Islam Yaqeen berargumen bahwa teori ilmiah dari inflasi alam semesta dideskripsikan pada Surah Az-Zariyat:[10][12][13]

Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar meluaskannya.

— Quran 51:47

Beberapa sarjana moderen memahami bahwa "asap" yang disebut pada Surah Fussilat kemungkinan merujuk kepada kondisi semesta beberapa menit setelah peristiwa Ledakan Besar, saat alam semesta masih berupa sup hidrogen dan helium panas:[8]

Kemudian Dia menuju ke langit dan (langit) itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa.” Keduanya menjawab, “Kami datang dengan patuh.”

— Quran 41:11

Terkait dengan enam periode waktu (hari) alam semesta diciptakan,[14] kebanyakan Muslim memiliki pandangan bahwa keenam hari tersebut bukan merupakan hari matahari 24 jam, melainkan sebuah unit waktu relatif yang berbeda, dimulai dari awal terciptanya alam semesta.

Pemikir Muslim Fatimid al-Mu’ayyad fi’l-Din al-Shirazi menegur ide bahwa penciptaan dunia terjadi dalam heman hari yang setara dengan 24 jam, 1000 atau 50,000 tahun. Ia menanyai mengenai bagaimana penciptaan bisa diukur dengan sebuah unit waktu bila waktu tersebut belum diciptakan, dan bagaimana sebuah Pencipta Maha Agung dibatasi oleh batasan waktu bila waktu tersebut merupakan dari ciptaannya.

Kata "yawm" di Al-Qur'an sudah dipahami dengan betul, didefinisikan sebagai sebuah periode waktu yang panjang—sebuah era atau eon. Oleh karena itu, orang Muslim menginterpretasikan deskripsi dari penciptaan "enam hari" sebagai enam periode atau eon yang berbeda. Panjang waktu dari periode tersebut, beserta dengan perkembangan yang terjadi selama periode tersebut berlangsung tidak didefinisikan dengan pasti.[15]

Konsep dari hari istirahat (Sabat) tidak muncul dalam Al-Qur'an. Bahkan, konsep bahwa Tuhan membutuhkan istirahat setelah penciptaan secara tegas dibantah dalam Al-Qur'an:[16][17][18]

Dan sungguh, Kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami tidak merasa letih sedikit pun.

— Quran 50:38[19]

Penciptaan kehidupan[sunting | sunting sumber]

Kemunculan kehidupan sebagian besar dibahas dalam Al-Qur'an saat membahas mengenai penciptaan manusia. Menurut Al-Qur'an, kehidupan memiliki asal-usul dari satu makhluk atau wujud,[20] dengan beberapa sarjana meyakini bahwa hal tersebut merujuk kepada LUCA. Al-Qur'an menyatakan bahwa semua keberadaan manusia berasal dari ekstrak tanah organik.[21][22][23] Satu-satunya rujukan yang jelas mengenai penciptaan dari kehidupan non-manusia disebut pada Surah al-Anbiya':

Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi, keduanya, dahulu menyatu, kemudian Kami memisahkan keduanya dan Kami menjadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air?

— Quran 21:30

Menurut Muhammad Asad, "hanya air yang memiliki properti yang dibutuhkan untuk kemunculan dan perkembangan kehidupan."[24]

Penciptaan manusia[sunting | sunting sumber]

Âdam dan istrinya (Dalam tradisi Islam disebut dengan Ḥawwāh), muncul didalam Qur'an sebagai lelaki dan perempuan pertama. Al=Qur'an menyatakan bahwa mereka diciptakan dari air dan saripati tanah liat.[25][26] Campuran ini disebut diberi waktu untuk berkembang[27] dan dijadikan hidup dengan ditiupkannya ruh kedalamnya.[28] Kemudian, diikuti dengan sujud massal kepada nabi adam, dan pengebirian jin seperti Iblis. Beberapa sarjana Muslim menyarankan bahwa ayat-ayat tersebut memiliki beberapa interpretasi secara metafor, karena Qur'an mendukung ide bahwa beberapa ayat dapat memiliki lebih dari satu makna[29]

Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal.

— Quran 3:7

Kebanyakan sarjana Muslim, termasuk Yasir Qadhi, yakin bahwa Adam dan Hawa terbentuk secara mukjizat dari Tuhan.[30] Caner Taslaman,[31][32] Mohamed Ghlian,[33] Yaşar Nuri Öztürk,[34] Adnan Ibrahim,[35] Ghulam Ahmed Pervez,[36] Edip Yüksel,[37][38][39] beserta sarjana Muslim klasik dan moderen lainnya[40] dalam satu waktu atau lainnya berargumen bahwa pasangan tersebut berevolusi secara alami dari sebuah leluhur bersama, sementara sarjana lainnya menyatakan kepercayaan mereka dengan evolusi, namun juga meyakini bahwa Adam dan Hawa merupakan satu-satunya pengecualian.[butuh rujukan]

Pada era yang lebih moderen, terdapat lebih banyak dukungan pada ide bahwa manusia berevolusi secara alami, bedasarkan ayat yang menyebut:

Dan Tuhanmu Mahakaya, penuh rahmat. Jika Dia menghendaki, Dia akan memusnahkan kamu dan setelah kamu (musnah) akan Dia ganti dengan yang Dia kehendaki, sebagaimana Dia menjadikan kamu dari keturunan golongan lain.

— Quran 6:133

Sarjana pro-evolusi merujuk ayat tersebut sebagai leluhur manusia,[35] sementara sarjana pro-kreasionisme berargumen bahwa "golongan lain" merujuk kepada peradaban manusia yang hidup sebelumnya.[41]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ http://www.anth.ucsb.edu/projects/human/
  2. ^ Dodge, Christine Huda (2003). The Everything Understanding Islam Book: A Complete and Easy to Read Guide to Muslim Beliefs, Practices, Traditions, and Culture. Simon and Schuster. hlm. 221. ISBN 9781605505459. 
  3. ^ Oliver Leaman, ed. (2005). The Qur'an: An Encyclopedia. Routledge. hlm. 258. 
  4. ^ Taslaman, Caner (2006). The Big Bang Philosophy and God. Citlembik. ISBN 994442403X. 
  5. ^ Ahmad, Mirza Tahir. "The Quran and Cosmology". Al Islam. Diakses tanggal 7 April 2017. 
  6. ^ "Big Bang Theory and Religion by Ron Kurtus – Succeed in Understanding Religion: School for Champions". www.school-for-champions.com. Diakses tanggal 2017-01-06. 
  7. ^ Grubu, Kuran Araştırmaları (2008). Kuran: Hiç Tükenmeyen Mucize. İstanbul Yayınevi. ISBN 978-9758727001. 
  8. ^ a b Taslaman, Prof Dr Caner (2015). Big Bang ve Tanrı (dalam bahasa Turki). İstanbul Yayınevi. 
  9. ^ Qur'an Al-Anbiya':30
  10. ^ a b Ashraf, Faheem. "Islamic Concept of Creation of Universe Big Bang and Science-Religion Interaction". Diakses tanggal 3 March 2017. 
  11. ^ Asad, Muhammad (1984). The Message of the Qu'rán (PDF). Gibraltar, Spain: Dar al-Andalus Limited. hlm. 676. ISBN 978-1904510000. 
  12. ^ Guessoum, Nidhal (2010). Islam's Quantum Question: Reconciling Muslim Tradition and Modern Science (PDF). I.B.Tauris. hlm. 351. ISBN 978-0857730756. Diakses tanggal 3 March 2017. 
  13. ^ Suleiman, Omar (31 March 2015). "The Beginning and the End with Omar Suleiman: 6 Days, 7 Heavens, 7 Earths? (Ep. 15)". Bayyinah Institute. Diakses tanggal 23 April 2017. 
  14. ^ Q57:4, 50+ translations, islamawakened.com
  15. ^ "Islam creation story". nau.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 December 2019. Diakses tanggal 12 January 2020. 
  16. ^ "Qaf 50:38". 
  17. ^ Ashraf, Faheem. "Islamic Concept of Creation of Universe Big Bang and Science-Religion Interaction". Diakses tanggal 3 March 2017. 
  18. ^ Suleiman, Omar (31 March 2015). "The Beginning and the End with Omar Suleiman: 6 Days, 7 Heavens, 7 Earths? (Ep. 15)". Bayyinah Institute. Diakses tanggal 23 April 2017. 
  19. ^ Q50:38, 50+ translations, islamawakened.com
  20. ^ Qur'an Al-An'am:98
  21. ^ Qur'an Al-Mu’minun:12
  22. ^ Qur'an Al-Hijr:26
  23. ^ Qur'an As-Saffat:11
  24. ^ Asad, Muhammad (1984). The Message of the Qu'rán (PDF). Gibraltar, Spain: Dar al-Andalus Limited. hlm. 677. ISBN 978-1904510000. 
  25. ^ Qur'an Al-Furqan:54
  26. ^ Qur'an Al-Hijr:28
  27. ^ Qur'an Al-An'am:2
  28. ^ Qur'an Al-Hijr:29
  29. ^ Wheeler, Brannon M. (18 June 2002). Prophets in the Quran: An Introduction to the Quran and Muslim Exegesis. A&C Black. hlm. 15. ISBN 9780826449573. 
  30. ^ Lim, Eunice (13 September 2014). "Muslim scholar explains relationship between evolution and the Quran". The Daily Pennsylvanian. Diakses tanggal 23 April 2017. 
  31. ^ Taslaman, Caner (2017). Bir Müslüman Evrimci Olabilir Mi?. Destek Yayınları. ISBN 9786053112082. 
  32. ^ Taslaman, Caner (2016). Evrim Teorisi Felsefe ve Tanrı. Istanbul Yayınevi. ISBN 9789758727049. 
  33. ^ Ghlian, Mohamed (6 April 2014). "On Muslims & Evolution". On Matters Islamic, Political, Scientific, & Philosophical. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 August 2017. Diakses tanggal 23 April 2017. 
  34. ^ "'Darwin, evrimi Müslümanlar'dan çaldı'". T24 (dalam bahasa Turkish). Diakses tanggal 2021-05-06. 
  35. ^ a b "The Evolution Series Episode 1". الدكتور عدنان إبراهيم Dr Adnan Ibrahim (dalam bahasa Arab). 2015-12-23. Diakses tanggal 2021-05-06. 
  36. ^ "Quran and the Theory of Evolution". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-31. Diakses tanggal 2011-03-22. 
  37. ^ Yüksel, Edip. "Evrim Teorisi". 19.org (dalam bahasa Turki). Diakses tanggal 2021-05-06. 
  38. ^ Are evolution and religion compatible? Diarsipkan 2013-04-17 di Wayback Machine., aljazeera.com, accessed April 12, 2013
  39. ^ Edip Yuksel, Blind Watch-Watchers or Smell the Cheese Diarsipkan 2013-03-25 di Wayback Machine., 19.org, accessed February 17, 2013
  40. ^ "Darwin'den 1000 yıl önce evrim fikrini ortaya atan Müslüman: Basralı El Cahiz". BBC News Türkçe (dalam bahasa Turki). Diakses tanggal 2021-05-06. 
  41. ^ "Evrim Teorisini Kabul Etmek Şirktir, Din Adına Bunu Savunanlar Müşriktir!". Ahmet Mahmut Ünlü (dalam bahasa Turki). Diakses tanggal 2021-05-06. 

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]