Kota Waikabubak, Sumba Barat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kota Waikabubak
Lahan pertanian di Kota Waikabubak
Lahan pertanian di Kota Waikabubak
Kota Waikabubak di Sumba
Kota Waikabubak
Kota Waikabubak
Peta lokasi Kecamatan Kota Waikabubak
Kota Waikabubak di Nusa Tenggara Timur
Kota Waikabubak
Kota Waikabubak
Kota Waikabubak (Nusa Tenggara Timur)
Koordinat: 9°37′56″S 119°24′43″E / 9.632301°S 119.411890°E / -9.632301; 119.411890Koordinat: 9°37′56″S 119°24′43″E / 9.632301°S 119.411890°E / -9.632301; 119.411890
Negara Indonesia
ProvinsiNusa Tenggara Timur
KabupatenSumba Barat
Pemerintahan
 • CamatGrace W. Ora S. Si
Populasi
 • Total35.604 jiwa
 • Kepadatan557,44/km2 (1,443,8/sq mi)
Kode pos
87217
Kode Kemendagri53.12.15
Kode BPS5301060
Luas63,87 km²
Desa/kelurahan6 kelurahan
7 desa


Kota Waikabubak adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kecamatan Kota Waikabubak berkedudukan sebagai ibukota Kabupaten Sumba Barat. Kecamatan Kota Waikabubak merupakan ibu kota terbesar kedua di Pulau Sumba setelah kota Waingapu, ibukota dari Kabupaten Sumba Timur.[2] Waikabukak memiliki luas wilayah sekitar 63,87 km², dengan jumlah penduduk ditahun 2020 sebanyak 35.604 jiwa.[1]

Geografi[sunting | sunting sumber]

Batas wilayah[sunting | sunting sumber]

Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

Utara Kecamatan Loli
Timur Kecamatan Loli
Selatan Kecamatan Wanokaka
Barat Kecamatan Loli

Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Pembagian Desa/kelurahan[sunting | sunting sumber]

Demografi[sunting | sunting sumber]

Penduduk asli yang mendiami kabupaten Sumba Barat umumnya adalah suku Sumba , demikian juga yang ada di Kota Waikabubak. Masyarakat Sumba memiliki beragam tradisi yang secara turun-temurun telah diwariskan kepada generasi penerusnya. Tradisi-tradisi tersebut menjadi magnet tersendiri bagi Sumba sehingga mampu mengundang banyak turis baik lokal maupun manca negara untuk datang berkunjung ke pulau Sumba dan juga kabupaten Sumba Barat. Salah satu tradisi yang menarik ialah "Belis".[3]

Tradisi Belis merupakan tradisi penyerahan mas kawin oleh pihak pria kepada pihak wanita dalam pernikahan masyarakat Sumba. Penyerahan mas kawin tersebut dapat berupa hewan ternak seperti babi, kuda, dan juga kerbau. Selain itu, penyerahan belis juga dapat berupa Mamuli (sebuah simbol reproduksi wanita dalam identitas kebudayaan lokal), hingga Kain Sumba. Banyaknya belis tergantung pada kesepakatan dan status sosial daripada calon pengantin perempuan. Jika yang akan dinikahi adalah wanita dengan status sosial tinggi, maka hewan yang diberikan mencapai puluhan ekor. Untuk rakyat biasa pada umumnya akan menyerahkan sekitar 5-15 ekor. Dan untuk Ata (golongan atau lapisan terendah dalam stratifikasi masyarakat Sumba), akan dibayar oleh Maramba (tuan atau bangsawan) setempat.[3]

Dalam hal keagamaan, mayoritas penduduk Kota Waikabukak memeluk agama Kekristenan yakni 84,56%, dimana Protestan dan Katolik. Tradisi kepercayaan leluhur yakni Marapu, masih dipraktikkan oleh sebahahagian masyarakat Sumba, yang sudah menjadi bagian dari tradisi atau kepercayaan warga setempat. Kemudian, pemeluk agama Islam sekitar 14,62%, dan selebihnya memeluk agama Hindu 0,77% dan Budha 0,05%.[1]

Pariwisata[sunting | sunting sumber]

Pasar Wai Liang[sunting | sunting sumber]

Pasar Wai Liang merupakan menjual barang untuk oleh-oleh khas Sumba berupa gelang, kalung, bahan tenun, madu lebah putih, madu tawon sumbawa, hingga pakaian daerah Sumba. Kain tenun dijual dengan kisaran harga Rp250 ribu hingga Rp10 juta. Sementara syal tenun dapat diperoleh dengan harga Rp50 ribu. Jika ingin membeli madu, wisatawan harus menyediakan uang senilai Rp60ribu hingga Rp100ribu untuk mendapat minuman tersebut.

Lapangan Waikabubak[sunting | sunting sumber]

Lapangan ini terletak tepat di tengah-tengah kota, dan bentuknya menyerupai alun-alun seperti umum ditemui di kota-kota pada Pulau Jawa. Berbagai macam kuliner dijual di lapangan Waikabubak. Namun, tak ada makanan khas yang dijual, karena mayoritas pedagang di sini berasal dari luar Sumba Barat. Setelah makan, wisatawan juga dapat mengambil foto di sekitar Lapangan Waikabubak dengan latar belakang tulisan 'Waikabubak' dan tugu patung pendekar menaiki kuda di perempatan jalan.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c "Kecamatan Kota WaikabukaK Dalam Angka 2020" (pdf). www.sumbabaratkab.bps.go.id. Diakses tanggal 14 November 2020. 
  2. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  3. ^ a b "Tradisi Kawin Mawin Suku Sumba, Belis atau Beli". www.kompasiana.com. Diakses tanggal 14 November 2020. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]