Debat suksesi kekaisaran Jepang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Pohon Keluarga Kekaisaran Jepang per Mei 2019.

Kontroversi suksesi Jepang merujuk pada dorongan untuk mengubah hukum-hukum suksesi untuk Tahta Jepang, yang dikarenakan terbatasnya laki-laki dari Keluarga Kekaisaran Jepang pada saat ini.

Sejak tahun 1965, bayi yang lahir dari keluarga kerajaan Jepang adalah perempuan. Krisis suksesi saat ini menyebabkan pemerintah Jepang mempertimbangkan untuk mengizinkan wanita memegang tahta kerajaan.

Putra Mahkota Pangeran Naruhito, yang akan menjadi kaisar menggantikan ayahnya Kaisar Akihito, hanya mempunyai satu anak perempuan dari istrinya Putri Masako.

Namun, berita kehamilan Putri Kiko membuat gembira kalangan konservatif di Jepang yang melawan RUU di parlemen yang akan memungkinkan perempuan memegang tahta.

Sumber[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]