Komoro

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Untuk artikel mengenai suku Komoro yang berasal dari Papua, lihat Suku Komoro.
Perserikatan Komoro

Union des Comores (Prancis)
Udzima wa Komori (Komoro)
الاتحاد القمري
Al-Ittiḥād al-Qumurī/Qamarī (Arab)
Semboyanوحدة، تضامن، تنمية (Arab)
Unité – Solidarité – Développement
(Prancis: "Persatuan, Solidaritas, Pembangunan")
Lagu kebangsaan
Udzima wa ya Masiwa
(Indonesia: "Kesatuan Kepulauan Raya")
Lokasi  Komoro  (biru tua)

– di Afrika  (biru muda & kelabu tua)
– di Uni Afrika  (biru muda)

Lokasi Komoro Peta
Ibu kota
Moroni
11°41′S 43°16′E / 11.683°S 43.267°E / -11.683; 43.267
Bahasa resmi
Agama
PemerintahanRepublik presidensial
• Presiden
Azali Assoumani
LegislatifAssemblée de la Union
Kemerdekaan
• Dari Prancis
6 Juli 1975
• Republik Federal Islam Komoro
1 Oktober 1978
• Terbentuknya negara Persatuan Komoro
23 Desember 2001
• Konstitusi saat ini
17 Mei 2009
Luas
 - Total
2.034 km2 (178)
 - Perairan (%)
dapat dihiraukan
Populasi
 - Perkiraan 2019
850.886 (160)
457/km2 (27)
PDB (KKB)2019
 - Total
$2,446 miliar[1] (178)
$2.799[1] (177)
PDB (nominal)2019
 - Total
$1,179 miliar[1] (182)
$1.349[1] (165)
Gini (2013) 45,0[2]
sedang · 141
IPM (2019)Kenaikan 0,554[3]
sedang · 156
Mata uangFranc Komoro (CF)
(KMF)
Zona waktuWaktu Afrika Timur (EAT)
(UTC+3)
Lajur kemudikanan
Kode telepon+269
Kode ISO 3166KM
Ranah Internet.km
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Comores

Perserikatan Komoro (bahasa Arab: الاتحاد القمري) hingga 2002 bernama Republik Islam Federal Komoro (bahasa Arab: جمهورية القمر الإتحادية الإسلامية) adalah sebuah negara kepulauan di Samudra Hindia. Komoro adalah negara Arab terkecil kedua setelah Bahrain.[4]

Demografi

Budaya Arab dan Islam sangat melekat di Komoro, bahasa Arab sendiri menjadi salah satu bahasa resmi dari tiga bahasa yang digunakan.[5] Negara ini adalah anggota negara Liga Arab yang terselatan. Pada 1.862 km2 (719 sq mi), [6] (tidak termasuk Mayotte) Komoro adalah negara ketiga terkecil dari seluruh wilayah Afrika. Dan dengan jumlah penduduk diperkirakan 798.000, hal tersebut menjadikan Komoro sebagai negara Afrika keenam terkecil menurut populasi, meskipun Komoro memiliki kepadatan penduduk terpadat di Afrika.

Kepulauan ini terkenal dengan berbagai budaya dan sejarah, sebagai bangsa yang terbentuk di persimpangan benua, negara ini memiliki tiga bahasa resmi, yaitu: Bahasa Komoro (Shikomor), Bahasa Arab dan Bahasa Perancis, namun di pulau Maori satu-satunya bahasa resmi yang digunakan hanyalah Bahasa Perancis.

Sekitar separuh penduduk Komoro berada di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan sekitar US $ 1,25 dalam sehari. [7]

Etimologi

Nama Komoro diambil dari kosakata bahasa Arab yakni qamar (قمر) yang bermakna "bulan".[8]

Geografi

Komoro terletak di penghujung utara Selat Mozambik, di antara Madagaskar and Mozambik. Secara resmi negara Komoro terdiri daripada empat pulau di kepulauan gunung berapi Komoro, yaitu: Maori, Komoro Besar, Anjouan dan Moheli, dan juga banyak pulau kecil. Ibu kotanya ialah Moroni yang terletak di pulau Komoro Besar. Negara yang luas wilayahnya lebih kecil dari pulau Alor ini melepaskan diri dari penjajahan Perancis tahun 1975 dan karena perbedaan agama maka sebagian yang beragama Kristen di pulau Maori memilih tetap bersama Perancis.[9][10]

Pulau Maori atau Mayotte adalah satu-satunya pulau di kepulauan Komoro yang memilih menentang kemerdekaan dari Perancis untuk menjadi degara Kesatuan Komoro, dengan dilatarbelakangi perbedaan Agama, Maori lebih memilih untuk tetap menjadi jajahan Perancis daripada bergabung dengan Komoro. Namun Komoro masih tetap mengklaim Maori sebagai bagian dari Komoro. PBB telah menetapkan bahwa Maori merupakan bagian dari negara Komoro, namun Perancis telah memveto resolusi Majelis Keselamatan PBB yang akan meneguhkan kedaulatan Komoro terhadap pulau itu.[11][12] Di samping itu juga, pada 29 Maret 2009 referendum menyatakan bahwa Mayotte menjadi sebuah jajahan luar dari Perancis dan pada tahun 2011 disahkan oleh kebanyakan penduduk Mayotte, namun Presiden Komoro sendiri menolak hasil keputusan dari referendum ini.[13]

Sejarah

Sebelum penjajahan

Penduduk pertama yang menduduki Kepulauan Komoro diperkirakan adalah penduduk, nelayan dan pedagang dari Afrika dan Austronesia, yang melakukan perjalanan dengan menggunakan perahu. Mereka datang di Komoro sekitar abad keenam Masehi, pencatatan sejarah yang paling awal berupa jejak arkeologi yang diketahui ditemukan di Anjouan.[14] Sehingga Komoro ditempati oleh penduduk dari berbagai wilayah di pantai Afrika, Teluk Persia, Indonesia, dan Madagaskar.[5]

Pendudukan Arab

Pada abad ke-10, para pedagang Arab yang pertama telah membawa pengaruh Islam ke pulau-pulau di Komoro. Salah satu fakta yang paling kuat adalah jual beli para budak-budak dari Afrika, dan meningkatkan penyebaran dan dominasi budaya Arab di penjuru dunia.[5]

Pemukim Arab tinggal bersama penduduk yang berasal dari Indonesia-Malaysia, serta penduduk asli yang berbahasa Bantu, Swahili dan bahasa di Afrika Timur.[5]

Di samping jaraknya yang jauh dari pantai Afrika, Komoro terletak di sepanjang selat utama antara Afrika dan Mozambik. Kepulauan Komoro, seperti daerah pesisir lain di kawasan itu, merupakan kawasan persinggahan yang penting di jalur perdagangan pada masa awal penyebaran agama Islam, jalur ini sering dilalui oleh pedagang-pedagang Persia dan Arab. Untuk penyebaran agama Islam di Komoro, penduduk Arab membangun masjid besar.[15]

Pada tahun 933, pengaruh berbahasa Arab Sunni Persia dari Shiraz, Iran, mendominasi pulau-pulau di Komoro. Syirazi berdagang di sepanjang pantai Afrika Timur dan Timur Tengah, mendirikan pemerintahan dan tanah jajahan di kepulauan Komoro.[5]

Selama 3 (tiga) abad selanjutnya, keempat pulau (Maori, Komoro Besar, Anjouan dan Moheli), dan juga banyak pulau kecil di Komoro dikuasai oleh bangsa Shiraz. Selama bertahun-tahun dibagi menjadi 11 kesultanan.

Pendudukan Arab di daerah semakin meningkat bersamaan ketika Zanzibar jatuh pada kekuasaan bangsa Arab Oman, dan kebudayaan masyarakat Komoro, terutama sastra, budaya dan agama juga semakin berada di bawah kekuasaan bangsa Arab menggantikan kebudayaan Swahili dan Afrika asli.[16]

Pendudukan Perancis dan Eropa

Para pelaut Portugis berlabuh di Komoro pada awal 1500-an. Perancis mengklaim pendudukan komoro pada tahun 1530, dan Inggris menyatakan klaim mereka pada tahun 1554.[5]

Pada abad ke-17, bajak laut dari Madagaskar dan Eropa mengincar Komoro dan menjarah kapal-kapal yang berlayar menuju timur Samudra Hindia.[5] Pada tahun 1793, prajurit dari Madagaskar mulai menyerang pulau-pulau dikomoro untuk pertama kali, mereka mengambil penduduk Komoro untuk dijadikan sebagai budak, dan kemudian menetap dan merebut kekuasaan dari bangsa Arab di berbagai wilayah. Di Komoro, diperkirakan pada tahun 1865, sebanyak 40% dari populasi penduduk Komoro terdiri dari para budak.[17] Perancis pertama kali mendirikan kolonial dan aturan di Komoro sekitar tahun 1841. Koloni Prancis terlebih dahdulu menduduki Mahori, dan Andrian Tsouli, sebagai Raja Malagasi Mayotte, menandatangani Perjanjian pada bulan April 1841, yang menyerahkan kekuasaan di pulau Mahori ke otoritas Perancis.[18]

Kemerdekaan

Pada tahun 1973 Komoro mengadakan sebuah kesepakatan dengan Perancis untuk kemerdekaan Komoro di tahun 1978. Para wakil dari Mayotte abstain. Referendum dilakukan di empat pulau utama, tiga pulau sepakat untuk merdeka, sedangkan pulau Maori/Mayotte memilih untuk tetap di bawah pemerintahan Perancis.

Pada tanggal 6 Juli 1975 parlemen Komoro mengeluarkan resolusi sepihak untuk menyatakan kemerdekaan dari keempat pulau, Ahmed Abdallah memproklamasikan kemerdekaan Komoro menjadi Negara Merdeka Komoro daulat al qamar (bahasa Arab: دولة القمر) atau État comorien dalam bahasa Perancis, dan ia menjadi presiden pertama Komoro.[5]

Ketika kemerdekaan Komoro diakui oleh PBB, Perancis menarik dukungan ekonomi untuk Komoro sehingga terjadinya kekacauan ekonomi dan politik.[5]

Lihat pula

  • The Comoros Islands: Struggle Against Dependency in the Indian Ocean Malyn Newitt
  • Historical Dictionary of the Comoro Islands Martin and Harriet Ottenheimer
  • Shinzwani-English/English-Shinzwani Dictionary Harriet Ottenheimer
  • Lonely Planet World Guide: Madagascar and Comoros Gemma Pitcher and Patricia C. Wright

Catatan kaki

  1. ^ a b c d "Comoros". International Monetary Fund. Diakses tanggal 17 April 2012. 
  2. ^ "GINI index". World Bank. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 April 2014. Diakses tanggal 26 July 2013. 
  3. ^ Human Development Report 2020 The Next Frontier: Human Development and the Anthropocene (PDF). United Nations Development Programme. 15 December 2020. hlm. 343–346. ISBN 978-92-1-126442-5. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-10-09. Diakses tanggal 16 December 2020. 
  4. ^ Source, unless otherwise specified: "Demographic Yearbook—Table 3: Population by sex, rate of population increase, surface area and density" (pdf). United Nations Statistics Division. 2008. Diakses tanggal 24 September 2010. 
    Entries in this table giving figures other than the figures given in this source are bracketed by asterisks () in the Notes field, and the rationale for the figure used are explained in the associated Note.
  5. ^ a b c d e f g h i (Inggris) "History of Comoro". Diakses tanggal 29-04-2013. 
  6. ^ Dominique and Michelle Frémy (2004).Quid 2005 Editions Robert Laffont. p.1175.
  7. ^ Human Development Indices, Table 3: Human and income poverty, p. 35. Retrieved on 1 June 2009
  8. ^ "islands of the moon". Diakses tanggal 12-4-30. 
  9. ^ The first UN General Assembly Resolution regarding the matter, "Question of the Comorian island of Mayotte (PDF)," United Nations General Assembly Resolution A/RES/31/4, (21 October 1976) states "the occupation by France of the Comorian island of Mayotte constitutes a flagrant encroachment on the national unity of the Comorian State, a Member of the United Nations," rejecting the French-administered referendums and condemning French presence in Mayotte.
  10. ^ As defined by the Organization of African Unity, the Movement of Non-Aligned Countries, the Organisation of the Islamic Conference, and the United Nations General Assembly: the most recent UN General Assembly Resolution regarding the matter, "Question of the Comorian island of Mayotte," United Nations General Assembly Resolution A/RES/49/18, (6 December 1994) states "the results of the referendum of 22 December 1974 were to be considered on a global basis and not island by island,...Reaffirms the sovereignty of the Islamic Federal Republic of the Comoros over the island of Mayotte". Several resolutions expressing similar sentiments were passed between 1977 (31/4) and 1994 (49/18).
  11. ^ "Subjects of UN Security Council Vetoes". Global Policy Forum. Diakses tanggal 2008-03-27. 
  12. ^ "Article 33" (PDF). UN Treaty. 
  13. ^ (Indonesia)"Presiden Komoro Seru Pemimpin Arab Tolak Hasil Referendum Mayotte Jadi Wilayah Perancis". Diakses tanggal 29-04-2013. 
  14. ^ Federal Research Division of the Library of Congress under the Country Studies/Area Handbook Program (1994). Ralph K. Benesch, ed. A Country Study: Comoros. Washington, D.C.: US Department of the Army. Diakses tanggal January 2007. 
  15. ^ Thomas Spear (2000). "Early Swahili History Reconsidered". The International Journal of African Historical Studies. 33 (2): 264–5. 
  16. ^ Thomas Spear (1984). "The Shirazi in Swahili Traditions, Culture, and History". History in Africa. 11: 291–305. doi:10.2307/3171638. 
  17. ^ "Comoros – Early Visitors and Settlers". Library of Congress Country Studies
  18. ^ Ottenheimer, Martin and Ottenheimer, Harriet (1994). Historical Dictionary of the Comoro Islands. African Historical Dictionaries; No. 59. Metuchen, N.J.: Scarecrow Press. hlm. 53–54. ISBN 978-0-585-07021-6. 

Pranala luar

Templat:Link GA