Kitab Obaja

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 06.22 oleh Addbot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 45 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:q174753)

Kitab Obaja (Ibrani: עבַדְיָה) adalah kitab yang menceritakan mengenai relasi Israel dengan Edom dan mengenai Hari Tuhan.[1] Secara garis besar, kitab Obaja menyampaikan pesan mengenai pembalasan Allah kepada bangsa Edom atas apa yang telah mereka lakukan terhadap orang Yehuda.[2][3] Dalam kitab Obaja terdapat tema-tema yang juga ada dalam kitab nabi-nabi lainnya seperti penghukuman Allah bagi musuh-musuh Israel, hari Tuhan, kerajaan Allah, teologi Sion, kepemilikan tanah Israel, dan hukum pembalasan Allah.[4] Dengan demikian, tema utama dari kitab ini adalah pembalasan kepada bangsa Edom.[2] Tema seperti ini juga terdapat dalam kitab Amos, Yesaya, Yeremia, Yehezkiel.[2]

Kitab ini merupakan kitab terpendek dari seluruh kitab di dalam Alkitab Perjanjian Lama.[1][4][5] Kitab ini juga merupakan kitab keempat dari kitab nabi-nabi kecil di dalam Perjanjian Lama.[6]

Waktu Penulisan

Kitab ini ditulis sesudah kota Yerusalem jatuh, sekitar tahun 586-587 SM.[2] Ini ditunjukkan dalam ayat 11 sampai ayat 14.[2] Bagian ini menunjuk pada kitab Ezra 4:45 yang menunjukkan bahwa bangsa Edom membakar tempat ibadah orang Yehuda ketika bangsa Kasdim menyerang bangsa Yehuda.[2]

Latar Belakang

Latar belakang kitab Obaja adalah permusuhan bangsa Edom dengan bangsa Yehuda.[7] Menurut kisah dalam Alkitab, permusuhan ini dimulai dari zaman Esau sebagai nenek moyang bangsa Edom dengan adiknya Yakub sebagai nenek moyang dari bangsa Yehuda.[7] Permusuhan ini berawal dari penipuan yang dilakukan Yakub terhadap Esau mengenai hak kesulungan.[7] Permusuhan ini terus berlanjut dan menimbulkan dendam antara bangsa Edom dengan bangsa Yehuda.[7] Bangsa Edom selalu mencari kesempatan untuk bersekutu dengan bangsa-bangsa yang hendak menghancurkan Yehuda, seperti Moab dan Amon.[7] Secara historis, tradisi Yahudi dalam Talmud menempatkan kitab Obaja dalam masa pemerintahan raja Ahab.[5] Pada masa ini bangsa Edom juga menyerang Yehuda.[5]

Tujuan Penulisan

Secara garis besar, kitab Obaja bertujuan untuk mengatakan bahwa Allah tidak melupakan umat Israel.[2] Obaja hendak meyakinkan bangsa Israel bahwa Tuhan akan memperbaiki keadaan mereka.[2] Obaja juga bermaksud memperingatkan Edom bahwa Tuhan akan menghukum mereka beserta dengan bangsa-bangsa yang bersekutu dengan mereka.[2] Tuhan menghukum Edom dan bangsa-bangsa sekutu seperti bangsa Moab dan Amon karena turut menjadi bagian dari kejatuhan Yerusalem.[2] Tuhan akan menyatukan kembali bangsa Israel dan menepati apa yang pernah ia janjikan mengenai kepemilikan tanah Israel.[2]

Kepengarangan

Penulis kitab Obaja sendiri kurang diketahui pasti siapakah nama pengarangnya.[2] Hal ini disebabkan data-data yang terbatas mengenai nama pengarang kitab ini.[2] Data diri mengenai pengarang dan waktu penulisan kitab Obaja masih belum diketahui dengan pasti.[8] Beberapa teks seperti teks Masoret, Septuaginta, dan Vulgata mempunyai bentuk penyebutan yang berbeda-beda akan pengarang kitab Obaja.[2] Teks Masoret menyebut nama pengarang kitab tersebut sebagai Obadya sedangkan Septuaginta menyebutnya dengan Abdiou dan Vulgata menyebutnya dengan Abdias.[2]. Dalam tradisi talmud Babilonia, nama pengarang ini dikaitkan dengan seorang pelayan laki-laki Ahab yang terdapat dalam kitab 1 Raja-raja 18:3-16.[2] Dalam tradisi Pseudo-Epifanus, ia dianggap salah seorang pemimpin pasukan Ahazia.[8] Dalam Alkitab ada banyak keterangan yang menunjuk kepada Obaja seperti kitab 1 Tawarikh 7:3; 12:9; 27:19; 8:38.[6] Kemungkinan besar nama 'Obaja' sebenarnya bukan nama seorang nabi melainkan hanya sebagai simbol saja.[2] Namun demikian, Obaja merupakan nabi kultis.[2] Ini ditunjukkan melalui komposisi dalam teks yang merupakan suatu komposisi kultis.[2]

Muatan Teologi

Teologi kitab Obaja sangat berkaitan dengan kenyataan historis yang mempunyai ciri khas seperti pelayanan nabi-nabi.[3]Setelah umat Israel mengalami kehancuran, teologi kitab Obaja sangat memperhatikan keadaan politik, sosial, dan spiritual dari umat Israel.[3] Ini berguna untuk merespons harapan-harapan teologis dari umat Israel.[3] Semua itu merupakan dampak dari pembuangan, sehingga umat Israel harus berjuang untuk hidup dan untuk memahami persoalan teologis di balik pembuangan umat Israel ke Babilonia.[3]

Hari Tuhan

Kitab Obaja menyoroti tema teologi yang juga ditemukan di dalam kitab nabi-nabi lainnya yaitu, hari Tuhan.[1] Hari Tuhan merupakan suatu konsep yang tak menyenangkan dalam pemikiran nubuat.[9] Hari Tuhan dalam kitab Obaja digambarkan sebagai suatu hari di mana Tuhan akan muncul untuk menghukum musuh-musuh Israel.[1] Hari ini juga berarti bahwa Tuhan memberikan kehancuran kepada musuh-musuh Israel serta memberi kemenangan dan keselamatan kepada Israel.[3] Allah mampu dan mau bercampur tangan langsung untuk mengalahkan musuh-musuh dari umat Israel.[3] Tema mengenai hari Tuhan dalam kitab Obaja merupakan suatu perkembangan lebih lanjut dari kitab Ratapan 1:21.[2] Kitab Yoel juga turut mengembangkan tema mengenai hari Tuhan dengan mengadopsi dari kitab Obaja.[2] Kitab Obaja tidak memberitahukan kapan hari Tuhan itu datang.[1] Kitab ini hanya memberitahukan bahwa hari Tuhan itu pasti datang namun tidak diketahui kapan.[1] Kepastian akan datangnya hari Tuhan ini ditunjukkan dengan penggunaan kata 'dekat' (Ibrani: קָר֯וב) yang terdapat dalam ayat 15.[2] Pesan mengenai hari Tuhan ini juga berkaitan dengan pertobatan bagi orang-orang atau bangsa-bangsa yang menjadi musuh Israel.[1] Hari Tuhan dalam kitab Obaja ingin menunjukkan bahwa Tuhan adalah penguasa langit dan bumi.[8] Ia mampu untuk menghukum segala bangsa termasuk bangsa Edom.[8] Hal tersebut masih berkaitan dengan perjanjian Allah dengan Abraham bahwa berkat dari Allah akan turun kepada segala bangsa melalui keturunan Abraham.[8] Dalam kitab Ratapan 1:21 dan 2:21-22 terdapat dua tahap penting dalam mengejawantahkan hari Tuhan selama 587=586 SM.[3] Tahap pertama ketika Yerusalem jatuh, Kehancuran bangsa Yehuda, dan kehancuran bait Allah.[3] Tahap kedua meliputi pembantaian dari musuh-musuh kepada orang-orang Yehuda.[3] Kedua tahap ini kemudian diambil oleh penulis kitab Obaja untuk dijadikan motif dan dipersatukan dengan pesan yang hendak ia sampaikan.[3]

Kerajaan Allah

Tema teologis lain yang juga diangkat dalam kitab Obaja adalah kerajaan Allah.[2] tema ini juga menjadi tujuan akhir dari kitab Obaja.[5] Tujuan akhir ini merupakan pesan terakhir dari kitab Obaja yang memperhatikan masa depan dari umat Israel.[3] Tema ini terdapat dalam ayat 21.[2] Kerajaan Allah dalam kitab Obaja hendak menggambarkan bahwa Allah yang menentukan masa depan bangsa Israel.[2] Kerajaan Allah dalam ayat 21 juga menunjukkan bahwa Allah mempunyai kekuasaan tertinggi yang terletak pada gunung Sion.[2] Kerajaan Allah juga menandai adanya "pembebasan dan kekudusan" yang kemudian ditekankan dalam Perjanjian Baru.[5] Kerajaan Allah juga menunjukkan bahwa masa depan dari umat Yehuda akan diubah setelah penderitaan yang mereka alami.[3]

Penghukuman Allah

Bagian utama yang menjadi pesan dari kitab ini adalah penghukuman Allah.[5] Penghukuman Allah ini ditujukan kepada bangsa-bangsa terutama kepada bangsa Edom.[5] Penghukuman Allah kepada Edom dikarenakan tindakan Edom yang kejam kepada Israel.[5] Namun demikian, pada akhirnya hukuman Allah akan dijatuhkan pada segala bangsa.[5] Penghukuman Allah ini dijatuhkan pada saat hari Tuhan.[5]

Allah sejarah

Teologi Obaja menyinggung mengenai kemampuan Allah untuk turut campur tangan dalam sejarah untuk melawan orang-orang dari bangsa Edom.[3] Dalam kepercayaan kuno, jika suatu bangsa berperang maka mereka percaya bahwa Allah mereka akan hadir di tengah peperangan.[3] Berdasarkan pemahaman itu, orang Yehuda ketakutan ketika Allah mereka tidak bisa mengalahkan Allah dari Babilonia dan Edom.[3] Pemikiran ini muncul karena Allah Israel sama sekali tidak memberikan perlawanan terhadap bangsa Edom.[3] Namun demikian, Teologi kitab Obaja menekankan bahwa Allah Israel tidak bisa dikalahkan dan akan menunjukkan kekuatanNya dalam sejarah.[3] Allah Israel akan menghukum bangsa-bangsa yang mencoba mengambil keuntungan dari kekalahan bangsa Israel dengan cara merampok dan mencoba untuk menguasai daerah Israel.[3] Penekanan bahwa Allah merupakan penguasa sejarah sangat bertentangan dengan pemikiran orang Edom sendiri.[3]

Keadilan Allah

Salah satu tema teologis yang diangkat dalam kitab Obaja adalah keadilan Allah.[9] Setelah kehancuran Yerusalem pada 587-586 SM, Tuhan menunjukkan keadilannya melawan Edom.[3] Untuk mengimbangkan krisis teologis yang terjadi akibat kehancuran Yerusalem maka Obaja menggunakan dan mengembangkan teologi keadilan Allah.[3] Kehancuran Yerusalem mempunyai dampak yang besar bagi Israel karena tempat itu merupakan pusat keagamaan dan politik dari bangsa Israel.[3] Dalam kitab Habakuk, kita melihat bahwa keadilah Allah datang kepada bangsa Yehuda melalui orang Kasdim.[9] Tetapi dalam kitab Obaja, bangsa Edom tidak dipakai oleh Tuhan untuk menunjukkan keadilannya kepada Yehuda dan mereka menjarah bangsa Yehuda atas keinginan mereka sendiri.[9] Hal ini menyebabkan Tuhan akan menunjukkan keadilannya pada bangsa Edom.[9] Bangsa Edom dianggap tidak mempunyai belas kasihan ketika saudara mereka yaitu bangsa Yehuda terkena kesusahan.[9] Keadilan Allah merujuk kepada pemberian hukum yang setimpal yang berbunyi,"seperti engkau lakukan, demikianlah dilakukan kepadamu, perbuatanmu akan kembali menimpa kepalamu sendiri".[9] Keadilan Tuhan akan terlihat dalam hari Tuhan untuk Edom dan bangsa-bangsa yang menyerang bangsa Yehuda.[9]

Isi

Secara garis besar isi dari kitab Obaja terdiri atas tiga bagian.[5]

Bagian Pertama

Bagian pertama dari kitab Obaja yaitu ayat 1 sampai 14 menceritakan mengenai penghukuman terhadap Edom.[5] Bagian pertama kitab Obaja terbagi atas beberapa bagian.[5]

  • Ayat 1 memuat judul dari penghukuman Edom.[5] Ayat ini merupakan suatu pengantar yang sangat singkat karena di dalamnya tidak diletakkan data apapun mengenai kitab ini atau penulis kitab ini, selain mengatakan bahwa Tuhan telah memberikan Obaja sebuah pesan yang harus ia beritahukan kepada orang-orang.[3]
  • Ayat 2-4 menceritakan mengenai sebuah peringatan kepada bangsa Edom.[5] Peringatan ini sebagai sebuah tanda kejatuhan dari Edom.[3] Bagian ini menyatakan pesan dari nabi yang disusun seolah-olah dialamatkan langsung ke Edom.[3] Cara ini disampaikan agar orang Israel mengetahui bahwa Allah akan menghukum musuh tradisional mereka.[3]
  • Ayat 5-7 menceritakan mengenai bangsa Edom yang akan diserang dan ditinggalkan oleh bangsa-bangsa sekutunya.[3] Ayat 5-6 menggambarkan kehancuran total dari banga Edom.[3] Ayat 7 menggambarkan bagaimana bangsa Edom akan dikhianati oleh bangsa-bangsa sekutu.[3] Dalam ayat ini ada 3 ide dasar yaitu menipu, sekutu, dan "seorang yang memakan rotimu".[3]
  • Ayat 8-9 menceritakan mengenai kekalahan dari orang-orang bijak dan para pahlawan, yang masih berada dalam kerangka nubuat mengenai hukuman Edom.[3] Bagian ini juga menunjukkan bahwa kehancuran Edom pasti akan terjadi.[3]
  • Ayat 10-14 menceritakan mengenai kehancuran total terhadap bangsa Edom.[5] Ayat 10-11 menggambarkan mengenai kurangnya solidaritas.[3] Ayat 12-14 masuk dalam tema besar mengenai hari Tuhan.[3] hal ini juga masih terkait erat dengan ayat 15b.[3]

Bagian Kedua

Bagian kedua dari kitab Obaja, yaitu ayat 15-16, menceritakan mengenai penghukuman Allah yang bersifat universal.[5] Penghukuman dalam bagian ini tidak terbatas pada bangsa Edom tetapi pada bangsa-bangsa yang menyerang Israel seperti Babilonia.[5] Hal ini ditunjukkan melalui perkataan yang diumumkan oleh sang nabi yaitu "terhadap semua bangsa".[3]

Bagian Ketiga

Bagian ketiga dari kitab Obaja, yaitu ayat 17-21, menceritakan mengenai pemulihan bangsa Israel.[5] Pada ayat 17 digambarkan mengenai suatu tindakan Allah sebagai bukti akan janjinya, di manajanji itu akan dibuktikan melalui pemulihan serta pembebasan yang diberikan Allah kepada bangsa Israel.[3] Berbeda dengan bagian sebelumnya yaitu ayat 16 di mana sang nabi menyatakan penghukuman bagi bangsa-bangsa, dalam bagian ini sang nabi mengungkapkan maksud Tuhan kepada umat Israel.[3] Ayat 18 merupakan suatu kontinuitas dari ide keselamatan yang terdapat dalam ayat 17.[3] Ayat 19-21 merupakan penegasan dari sang nabi mengenai pemulihan bangsa Yehuda termasuk janji Allah mengenai penetapan kembali wilayah dari Israel.[3]

Hubungan Dengan kitab-kitab lainnya

Nubuatan yang terdapat dalam kitab Obaja juga berhubungan dengan nubuatan beberapa kitab seperti kitab Yeremia, kitab Amos, kitab Ratapan, kitab Yoel, kitab Yehezkiel, dan kitab Yesaya.[5] Hubungan antara kitab Obaja dengan kitab-kitab lainya, secara khusus, kitab Yeremia telah menjadi fokus bagi banyak penelitian.[3] Perbandingan antara kitab Obaja, Yeremia, dan Yoel menunjukkan adanya indikasi bahwa para nabi tersebut menggunakan nubuatan melawan Edom yang berbentuk tulisan maupun oral untuk mengembangkan pesan mereka sendiri.[3]

Kitab Yeremia

Dalam kitab Obaja 1:1-9 terdapat suatu frasa yang sama dengan kitab Yeremia 49:7–22.[5] Baik Yeremia maupun Obaja sama-sama menyampaikan sebuah nubuatan ilahi yang menentang Edom.[5]

Kitab Yoel

Beberapa frasa dalam kitab Obaja juga berkaitan dengan kitab Yoel.[5] Hal ini ditunjukkan pada beberapa bagian dari kitab Obaja berkaitan dengan kitab Yoel yaitu Obaja 1:10 dengan Yoel 3:19, Obaja 1:11 dengan Yoel 3:3, Obaja 1:15 dengan Yoel 1:15; 2:1; 3:4; 3;7, dan Obaja 1:18 dengan Yoel 3:8.[5]

Kitab Amos dan Kitab Yehezkiel

Penelitian dari kitab Obaja juga menunjukkan adanya hubungan tema dan sastra dengan beberapa nabi yaitu Amos dan Yehezkiel, di mana kesamaan dan paralel antara Obaja dan kedua kitab tersebut terlihat dari isi nubuatan Obaja yang menentang bangsa lain; suatu hal yang biasa beredar dalam kelompok kenabian dan ibadat di Yerusalem.[3]

Ayat 1-4

Referensi silang: Yeremia 49:14-16.

Ayat 5-6

Referensi silang: Yeremia 49:9-10.

Ayat 10

Referensi silang: Yoel 3:19.

Ayat 11

Referensi silang: Yoel 3:3.

Ayat 15

Referensi silang: Yoel 1:15, Yoel 2:1; Yoel 3:4,7.

Ayat 18

Referensi silang: Yoel 3:8.

Referensi

  1. ^ a b c d e f g J. Veitch. 1976. Tafsiran Alkitab: Obaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Leslie C. Allen. 1976. The New International Commentary on the Old Testament: The books of Joel, Obadiah, Jonah, and Micha. Grand Rapid, Michigan: Wm B. Eerdmans.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar Samuel Pagan, et.all. 1996. The New Interpreter's Bible: Volume VII. Nashville: Abingdon.
  4. ^ a b Paul R. Raabe. 1996. The Anchor Bible: Obadiah. United States: Doubleday.
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x J.D. Douglas, et.all. 1982. New Bible Dictionary. England: Intervaristy.
  6. ^ a b J. D. Davis. 1924. A Dictionary the Bible. Grand Rapids, Michigan: Baker Book House.
  7. ^ a b c d e Frank M. Boyd. 2006. Kitab Nabi-nabi Kecil. Jawa Timur: Gandum Mas.
  8. ^ a b c d e W.S.Lasor. 1994. Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  9. ^ a b c d e f g h C. Hassell Bullock. 2002. Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas.

Lihat pula

Pranala luar