Keselamatan dalam Kekristenan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 8 April 2013 18.34 oleh Addbot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:q8451511)

Di dalam kekristenan, konsep keselamatan merupakan salah satu isu utama dan menempati kedudukan yang sentral dalam teologi Kristen. Studi teologi untuk hal keselamatan disebut soteriologi - yaitu tentang bagaimana keselamatan dapat dicapai dan apa saja yang memengaruhi keselamatan, dan hasilnya. Keselamatan juga disebut sebagai "pelepasan" atau "penebusan" dari dosa dan pengaruh dosa.

Menurut kepercayaan Kristen tidak ada orang yang dapat memperoleh keselamatan melalui usaha mereka sendiri, baik itu dengan ritus-ritus, perbuatan baik, persembahan, meditasi atau cara-cara lainnya. Keselamatan hanya bisa diterima karena telah diberikan secara cuma-cuma oleh kematian Yesus di kayu salib. Untuk menerima keselamatan pertama-tama seseorang harus mengakui keberadaannya yang berdosa terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan penerimaan karya penebusan Kristus, yang disebut sebagai "pertobatan". Istilah "pertobatan" memiliki makna lebih dari sekedar menyesali perbuatannya yang salah. Pertobatan harus disertai dengan perubahan mentalitas.

Keselamatan berasal dari anugerah Allah. Perjanjian Lama menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya adalah berdosa, dan menceritakan tentang perjanjian yang diberikan Tuhan kepada umat pilihan. Perjanjiannya termasuk Perjanjian kepada Abraham, yaitu bahwa melalui Abraham semua bangsa di bumi akan diberkati. Tuhan menunjukkan karya penyelamatannya di sepanjang sejarah Israel dan juga menjanjikan Mesias yang akan menyelamatkan manusia dari kuasa dan hukuman dosa. Sosok Mesias tersebut dipenuhi oleh Yesus yang akhirnya mengalahkan seluruh karya Iblis, termasuk penderitaan, penyakit, dan kematian.[1]

Di dalam Perjanjian Baru dijelaskan bahwa "karena kasih karunia [kita] diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." Efesus 2:8–9

Orang yang diselamatkan diampuni dosanya dan akan menerima hidup yang kekal. Mereka disebut sebagai anak-anak Allah dan menerima Roh Kudus yang memampukan mereka untuk lahir baru.

Keselamatan universal

Kata Universal dapat diartikan sebagai menyeluruh, semesta, umum meliputi seluruh dunia. Keselamatan universal dapat dikatakan keselamatan ke seluruh dunia, atau dengan kata lain, perluasan keselamatan keluar dari batas-batas Israel. Wesley Ariarajah dalam bukunya Alkitab dan Orang-orang berkepercayaan lain, menyatakan konsep keselamatan yang universal melalui tafsirannya dari kitab Yunus mengenai kisah Niniwe.[2] Ia memaparkan bagaimana keselamatan Allah itu dapat dihadirkan juga kepada orang diluar Israel dan juga orang yang diluar penganut agama Yahudi.[2] Kitab Yunus melukiskan kedaulatan Allah yang mutlak atas seluruh ciptaan. Dalam kisah Niniwe, Allah digambarkan sebagai Allah yang rahami dan mengasihi lebih suka mengampuni daripada menghancurkan. [3] Hal yang ingin ditekankan dalam kitab ini adalah rahmat Allah tidak terbatas kepada bangsa atau orang-orang tertentu. Kota dan orang-orang asing ini sama-sama dipedulikan Allah seperti Israel dan Yerusalem. Doa dan petobatan mereka sama-sama didengar seperti doa dan pertobatan orang lain. Allah memberlakukan Niniwe dengan kasih belas kasih yang dalam.

Konsep keselamatan dalam Perjanjian Lama

Keselamatan dalam Perjanjian Lama ada berdasarkan pemenuhan Hukum Taurat.Selain itu, ada juga berdasarkan iman dan anugerah Allah.[4] Sejarah umat Israel bisa dikatakan sebagai sejarah anugerah di mana Allah memilih Israel serta setia menjaga perjanjian-Nya meskipun Israel sering kali berlaku bejat di hadapan Allah.[3] Tema mengenai pengampunan (Maz 130: 3-4) dan iman sebagai respon ketika manusia menerima anugerah Allah juga terdapat di dalam PL (Hab 2: 4).Dalam bahasa Ibrani kata percaya adalah‘mn. Kata ini bisa juga diartikan sebagai percaya dengan mantap dan dapat diandalkan. Selain itu terdapat pula kata yang cukup penting yaitu tsedaqa yang berarti kebenaran. Kata tersebut memiliki gagasan dasar yaitu kesesuaian antara apa yang dilakukan manusia menurut penilaian Allah. Hal tersebut berkaitan dengan cara hidup, bertindak dan bersikap benar di hadapan Allah.

Konsep keselamatan dalam Perjanjian Baru

Dalam Perjanjian Baru tema keselamatan merupakan salah satu yang menonjol terutama dalam tulisan-tulisan Paulus. Yesus dalam pengajarannya mengecam bahwa seseorang bisa membenarkan dirinya sendiri.[5] Misalnya saja dalam Lukas 18:9-14 mengenai orang farisi dan pemungut cukai dan Lukas 16:15 mengenai orang farisi yang merasa diri benar akibat perbuatannya.[5] Yesus sangat menginginkan agar manusia dapat mencari kebenaran namun tidak dengan usaha sendiri. [5]Pembenaran itu dicapai melalui pertobatan di dalam kerendahan hati. [6] Paulus pun sangat menentang pemahaman bahwa seseorang diselamatkan karena perbuatannya.[6] Paulus menolak pemahaman bahwa seseorang bisa diselamatkan melalui Hukum Taurat dan tradisi-tradisinya (sunat, kurban, dan sebagainya.Dalam bahasa Ibrani kata kebenaran adalah sedaqa, dapat pula berarti kelepasan.Terjemahan kebenaran dalam konsep Ibrani ke dalam PB yaitu dikaiosune. Dari sisi manusia dikaiousune ialah tindakan manusia yang sesuai dengan kehendak Allah sedangkan dari sisi Allah ialah tindakan Allah yang membenarkan manusia. Menurut Paulus kebenaran Allah merupakan cara Allah untuk menilai manusia. Kebenaran itu seharusnya merupakan “status pribadi”. Bangsa-bangsa non Yahudi memperoleh kebenaran walaupun mereka tidak mengejarnya sedangkan bangsa Israel tidak. Hal ini terjadi karena bangsa Israel mengejar kebenaran itu melalui perbuatan bukan melalui iman.

Perbandingan dalam Protestan

Teologi keselamatan dalam Arminianisme (dari Jacobus Arminius, penentang Calvin) yang terkenal dengan nama doktrin Arminian. Kelima pokok ajaran Calvinisme yang terkenal dengan singkatannya dalam bahasa Inggris "T U L I P" merupakan tanggapan terhadap doktrin Arminian yang tidak sesuai dengan Alkitab.

Tabel berikut ini merangkum tiga pandangan klasik terhadap keselamatan.[7]

Topik Lutheranisme Calvinisme Arminianisme
Kehendak manusia/
Kehendak bebas
Kerusakan total tanpa memiliki kehendak bebas Kerusakan total tanpa memiliki kehendak bebas Manusia memiliki kehendak bebas untuk memilih yang baik dan yang jahat
Doktrin pemilihan/
Predestinasi
Pemilihan tanpa syarat hanya untuk keselamatan Pemilihan tanpa syarat baik untuk keselamatan maupun untuk penghukuman Pemilihan dengan syarat didasarkan pada iman dan perbuatan baik manusia yang sudah diketahui Allah sebelumnya.
Pembenaran/Penebusan Penebusan untuk semua orang telah selesai ketika Kristus mati. Penebusan terbatas hanya pada umat pilihan Allah, telah selesai ketika Kristus mati. Pembenaran dimungkinkan untuk semua orang (penebusan universal), namun hanya terjadi ketika seseorang memanfaatkannya/menentukan pilihan yang didasarkan oleh imannya. Semua umat manusia mempunyai kemungkinan untuk dapat ditebus sebagai akibat dari pekerjaan Kristus di kayu salib.
Pekerjaan Roh Kudus/
Anugerah keselamatan
Melalui cara-cara menerima anugerah Allah, keselamatan dapat ditolak Tanpa melalui cara apa pun, keselamatan tidak dapat ditolak Menyangkut anugerah kehendak bebas dan oleh karena itu dapat ditolak; pekerjaan Roh Kudus terbatas, sebab Ia memanggil manusia untuk bebas memilih bertobat dan manusia dapat menolaknya.
Perlindungan Orang percaya dapat jatuh, namun Allah memberi jaminan preservasi Ketekunan orang-orang kudus, sekali diselamatkan, akan tetap selamat Orang percaya dilindungi imannya oleh Allah namun memiliki kemungkinan kehilangan anugerah Allah tersebut.

Referensi dan pranala luar

  1. ^ "Salvation." Macmillan Dictionary of the Bible. London: Collins, 2002. Credo Reference. 19 July 2009. ISBN 0-333-64805-6
  2. ^ a b (Indonesia) Ariarajah Wesley. Alkitab orang-orang yang berkepercayaan lain . 2009 . . Jakarta: BPK Gunung Mulia..
  3. ^ a b (Inggris)EA Martins. Plot and purpose in the old testament . 1981. . USA: Varsity press.
  4. ^ (Indonesia)Yonky Karman. Bunga rampai teologi perjanjian lama . 2009. Jakarta: BPK Gunung Mulia
  5. ^ a b c (Indonesia)Bambang Subandrijo. Menyingkap pesan-pesan perjanjian baru 1. 2010.. Bandung: Bina Media Informasi.
  6. ^ a b (Indonesia)Donald Guthrie. Teologi perjanjian baru 2: Keselamatan dan hidup baru . 1992. Jakarta: BPK Gunung Mulia
  7. ^ Table drawn from, though not copied, from Lange, Lyle W. God So Loved the Word: A Study of Christian Doctrine. Milwaukee: Northwestern Publishing House, 2006. p. 448.

Lihat pula