Kereta wisata komersial di Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Beberapa contoh kereta wisata komersial di Indonesia.
Beberapa contoh kereta wisata komersial di Indonesia.

Di Indonesia, kereta wisata komersial (disingkat Kawis) adalah kereta penumpang yang digunakan untuk keperluan khusus, yakni untuk pariwisata. Kereta api wisata komersial di Indonesia dioperasikan oleh anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) (PT KAI), yakni PT KAI Wisata yang dibentuk tahun 2009.[1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Masa Orde Lama[sunting | sunting sumber]

Keberadaan kereta wisata di Indonesia sebenarnya tak lepas dari sejarah penamaan kereta api luar biasa. Istilah 'kereta luar biasa' (KLB) pada awalnya merujuk kepada kereta api yang digunakan oleh Presiden Indonesia pertama yaitu Soekarno saat hijrah ke Kota Yogyakarta pada tanggal 3 Januari 1946. Kereta api ini dahulunya milik perusahaan Staatsspoorwegen. Kereta ini ditarik oleh lokomotif C2849 yang tersusun atas 8 kereta penumpang. Pemindahan dilakukan dengan sangat rahasia karena diawasi secara sangat ketat oleh pihak keamanan asing. Soekarno berhasil tiba dengan selamat di Kota Yogyakarta pada tanggal 4 Januari 1946. Pelarian diri dengan kereta tersebut diabadikan dengan sebutannya sebagai kereta luar biasa.[1]

Masa Orde Baru[sunting | sunting sumber]

Kereta luar biasa pada era Orde Baru menjadi salah satu agenda pembangunan dari presiden Indonesia kedua, Soeharto. Pemerintah saat itu membuatkan kereta perjalanan khusus bagi presiden khusus dengan nama Nusantara, Bali, dan Toraja yang berdinas di Pulau Jawa. Kereta tersebut dimodifikasi dari kereta makan yang biasanya dipakai oleh kereta api Bima pada masa itu.[2] Selain itu, ketiga kereta api luar biasa ini sering dipakai oleh para menteri dan pejabat negara.[1]

Kereta luar biasa ini dihias dengan menyediakan ruang rapat, balkon, ruang makan, bar berukuran kecil, dan tempat tidur. Selain itu terdapat ruang santai dengan televisi berukuran besar. Kereta luar biasa ini dikhususkan untuk pejabat negara yang meliputi presiden Indonesia, wakil presiden Indonesia, dan para menteri dalam kabinet Indonesia. Frekuensi pemakaiannya sangat dikategorikan sebagai sangat jarang digunakan.[1]

Masa Reformasi[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2009, PT KAI mendirikan anak perusahaan bernama KAI Wisata. Nama dagang yang diberikan adalah "Indorailtour". Modal awal dalam menjalankan bisnis pada KAI Wisata diperoleh dari penjualan jasa berupa pelayanan tiga kereta wisata. Kereta tersebut digandengkan dengan kereta-kereta api reguler lainnya, terutama dengan kereta eksekutif.

KAI Wisata kemudian menambah lagi jumlah kereta wisatanya. Selama periode tahun 2013 hingga 2014, KAI Wisata memiliki enam unit kereta api wisata tambahan yang selesai dikerjakan di Balai Yasa.[3] Masing-masing diberi nama Sumatera, Jawa, Imperial (4 unit), dan Priority (3 unit).

Operasional[sunting | sunting sumber]

KAI Wisata mengoperasikan delapan unit kereta. Kereta-kereta tersebut masing-masing diberi nama Nusantara, Bali, Toraja, Sumatra, Jawa, Imperial, Priority dan Panoramic.

Kereta wisata Nusantara[sunting | sunting sumber]

Kereta wisata Nusantara merupakan kereta wisata khusus yang pengguaannya hanya bagi Presiden Indonesia. Keunikan yang dimiliki kereta ini adalah adanya ruang balkon. Penumpang dapat menyaksikan panorama sepanjang perjalanan ketika tirai jendela dibuka. Dengan adanya aturan kereta aling-aling, maka kereta wisata ini tidak lagi dipasang paling belakang rangkaian, namun nomor dua dari belakang. Kereta wisata Nusantara memiliki fasilitas menonton film dan berkaraoke. Kereta ini juga dilengkapi dengan sebuah kamar tidur sebagai tempat beristirahat bagi penumpang.[1]

Kereta wisata Bali[sunting | sunting sumber]

Kereta wisata Bali merupakan kereta luar biasa yang dihiasi dengan ornamen khas Bali. Peruntukannya sebagai kereta utama ketika presiden Indonesia melakukan kunjungan kerja ke berbagai daerah di Jawa. Kereta wisata Bali termasuk satu paket dengan kereta Nusantara dan kereta Toraja. Ruang utama kereta Bali sama dengan kereta Nusantara yaitu kursi yang membelakangi jendela, namun juga memiliki kesamaan dengan kereta Toraja, yaitu sama-sama memiliki kompartemen atau ruang naratama dan naratetama dengan 6 kursi. Kereta ini dapat memuat 20 penumpang saja. Kereta ini terakhir kali digunakan pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Ia menggunakannya untuk mengunjungi pengungsi yang terdampak letusan Gunung Kelud.[1]

Kereta wisata Toraja[sunting | sunting sumber]

Kereta wisata Toraja digunakan untuk tamu naratama dan naratetama pengiring rombongan presiden seperti menteri. Tempat duduk kereta wisata Toraja searah perjalanan kereta api dengan formasi 2-2. Posisi kursi penumpang seperti pada kereta eksekutif dan berjumlah 16 tempat duduk. Kereta wisata Toraja memuat 22 penumpang termasuk yang duduk di ruang naratama dan naratetama sebanyak 6 orang. Fasilitas yang disedialan di dalamnya meliputi bar berukuran kecil, toilet, dan ruang audio-video.

Kereta wisata Sumatra[sunting | sunting sumber]

Kereta wisata Sumatra merupakan hasil pengembangan interior kereta wisata Bali. Ruang utamanya dilengkapi dengan sofa, kompartemen, ruang makan, ruang rapat, bar berukuran kecil, toilet, dan audio-video. Kompartemen hanya untuk tiga orang dan dilengkapi rumah teater dengan tambahan televisi di dalamnya. Kereta ini hanya dapat memuat 22 orang.[1]

Kereta wisata Jawa[sunting | sunting sumber]

Kereta wisata Jawa dibuat dengan nuansa khas budaya Jawa. Kereta ini terinspirasi dari pengembangan interior kereta wisata Nusantara. Kereta wisata Jawa hanya dapat memuat 20 penumpang. Bagian dalamnya dilengkapi dengan fasilitas kamar tidur, ruang keluarga, serta ruang makan yang bersebelahan dengan bar berukuran kecil. Ruang utama dengan sofa hanya dapat memuat 14 orang. Sementara itu, enam kursi di ruang makan dapat difungsikan sebagai ruang rapat.[1]

Kereta wisata Imperial[sunting | sunting sumber]

Kereta wisata terbaru milik PT KAI ini didesain hanya untuk 21 penumpang dengan formasi 2-1 sebanyak tujuh baris yang menargetkan penumpang pola FIT (Free and Independent Tourism). Kursi dapat diputar 45 derajat menghadap jendela sehingga dapat melihat pemandangan selama perjalanan.[1]

Berikut ini kereta wisata Imperial yang sudah dioperasikan kereta api antarkota tersebut:

Kereta wisata Priority[sunting | sunting sumber]

Kereta ini adalah kereta pertama di Indonesia yang memiliki audio/video on demand (AVOD) seperti pesawat terbang.[1]

Berikut ini kereta wisata Priority yang sudah dioperasikan kereta api antarkota tersebut:

Keterangan:

  • Tanda * merujuk pada rangkaian kereta api tersebut akan ditambahkan 1 hingga 2 rangkaian Priority dan akan diberangkatkan setiap hari Jumat dan Minggu saja. Namun, khusus kereta api Manahan hanya pada jadwal pagi pada relasi Gambir–Solo Balapan, sedangkan sebaliknya pada jadwal malam.

Kereta wisata Panoramic[sunting | sunting sumber]

Kereta Wisata Panoramic.
Kereta Wisata Panoramic

Kereta wisata Panoramic diperkenalkan pada tanggal 25 September 2022 ajang Open House Balai Yasa Surabaya Gubeng. Kereta Panoramic merupakan satu-satunya di Indonesia yang memiliki kaca yang sangat lebar dan atap memiliki kaca layak seperti Sunroof.

Kereta ini memiliki kapasitas 38 tempat duduk dengan jendela kaca tembus pandang berdimensi lebar di kedua sisi dan atap yang dipasang memanjang dari depan sampai belakang dengan sistem buka tutup otomatis, agar dapat lebih leluasa untuk menikmati pemandangan. Fasilitas yang didapatkan di kereta ini seperti rak bagasi, mini bar, penyejuk udara (AC), televisi, colokan listrik, selimut, bantal, kursi empuk yang bisa diatur sesuai keinginan, serta gratis satu kali makanan berat dan cemilan.

Taksaka Tambahan Panoramic.
Kereta wisata Panoramic pada Kereta api Taksaka Tambahan

Rangkaian Panoramic sekarang dilayani setiap hari pada layanan kereta api antarkota, yakni Argo Parahyangan relasi GambirBandung, Papandayan relasi Gambir–Garut, Pangandaran relasi Gambir–Banjar, Argo Wilis, dan Turangga dengan relasi Bandung–Surabaya Gubeng di lintas selatan Jawa beserta lintas tengah seperti kereta api Manahan dengan relasi Gambir–Solo Balapan.

Berikut ini rangkaian kereta wisata Panoramic yang sudah dioperasikan:

Keterangan:

  • Tanda * merujuk pada rangkaian kereta api tersebut dilayani pada hari Senin-Jumat
  • Tanda ** merujuk pada rangkaian kereta api tersebut akan dilayani kereta Panoramic untuk relasi Jakarta-Bandung setiap hari, namun relasi Bandung–Surabaya hanya dilayani setiap hari Jumat dan akhir pekan.[4]

Ragam Kereta Wisata[sunting | sunting sumber]

Awalnya PT KA Wisata diberikan kepercayaan oleh induk perusahaan untuk mengelola 3 Kereta kepresidenan yaitu Kereta Wisata Toraja, Kereta Wisata Nusantara, dan Kereta Wisata Bali. Lambat laun, bersamaan dengan reputasi perusahaan yang semakin baik, dilakukan penambahan kereta wisata untuk mendongkrak pendapatan seperti Kereta Wisata Jawa, Kereta Wisata Sumatra, Kereta Wisata Priority (Prioritas), dan Kereta Wisata Imperial. Tahun ini perusahaan direncanakan akan menambahkan 3 lagi armada yaitu 1 Kereta Wisata Retro dan 2 Kereta Wisata Panoramic.

Berikut ini merupakan ragam Kereta Wisata:

  • Kereta Wisata Nusantara
    • Tersedia ada 1 Kereta
    • Kapasitas tempat duduk ada 19 kursi Penumpang
    • Fasilitas ada karaoke, tempat tidur, mini bar, restorasi, dan toilet
  • Kereta Wisata Bali
    • Tersedia ada 1 Kereta
    • Kapasitas tempat duduk ada 20 kursi Penumpang
    • Fasilitas ada karaoke, mini bar, restorasi, dan toilet
  • Kereta Wisata Toraja
    • Tersedia ada 1 Kereta
    • Kapasitas tempat duduk ada 22 kursi Penumpang
    • Fasilitas ada karaoke, mini bar, restorasi, dan toilet
  • Kereta Wisata Sumatra
    • Tersedia ada 1 Kereta
    • Kapasitas tempat duduk ada 22 kursi Penumpang
    • Fasilitas ada karaoke, mini bar, restorasi, dan toilet
  • Kereta Wisata Jawa
    • Tersedia ada 1 Kereta
    • Kapasitas tempat duduk ada 20 kursi Penumpang
    • Fasilitas ada karaoke, tempat tidur, mini bar, restorasi, dan toilet
  • Kereta Wisata Priority
    • Tersedia ada 11 Kereta
    • Kapasitas tempat duduk ada 28 kursi Penumpang
    • Fasilitas ada karaoke, AVOD, mini bar, restorasi, dan toilet
  • Kereta Wisata Imperial
    • Tersedia ada 3 Kereta
    • Kapasitas tempat duduk ada 20 kursi Penumpang
    • Fasilitas ada karaoke, kursi penumpang yang dilengkapi dengan sandaran yang bisa diatur (reclining seat), mini bar, restorasi, dan toilet
  • Kereta Wisata Panoramic
    • Tersedia ada 6 Kereta
    • Kapasitas tempat duduk ada 38 kursi penumpang yang dilengkapi dengan sandaran yang bisa diatur (reclining seat) dan pijakan kaki (foot rest).
    • Fasilitas ada kursi yang dapar diputar menghadap ke jendela, tiral yang dapat dioperasikan menggunakan remote, toilet yang luas, televisi, papan informasi LED.
    • Rak bagasi khusus untuk di ujung kereta.
    • Penambahan mini bar yang terletak di pintu masuk ruangan penumpang kereta ini.
    • Tersedia Meja untuk berkaraoke (untuk Kereta Panoramic Generasi 2).
    • Tersedia Tombol Pintu Otomatis (untuk Kereta Panoramic Generasi 2).
  • Kereta Wisata Retro
    • Tersedia ada 1 Kereta
    • Untuk spesifikasi resmi masih menunggu tahap peresmian (launching) yang akan dilakukan pada tahun ini.

Catatan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Kecuali KA 34

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g h i j Majalah KA Edisi Oktober 2014
  2. ^ Kereta api Express Malam Bima
  3. ^ Majalah KA Edisi Juli 2014
  4. ^ Rahman Hakim, Arief (7 Juni 2023). "Kereta Panoramic Jakarta-Bandung Beroperasi Setiap Hari, Tarif Rp 400.000". Liputan 6. Jakarta: Surya Citra Media. Diakses tanggal 10 Juni 2023. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]