Kebakaran KM Levina I

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 21.52 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q6719732)

Kebakaran KM Levina I adalah musibah di Indonesia yang melibatkan sebuah kapal feri yang terbakar pada 22 Februari 2007 yang menewaskan 51 orang. Tiga hari kemudian, 25 Februari 2007, kapal feri tenggelam ketika awak media dan petugas investigasi berada di kapal, kejadian ini menewaskan satu orang dan tiga orang lainnya hilang.

Latar belakang

KM Levina I adalah kapal feri dengan berat total 2000 ton.[1] Kapal ini telah berumur 27 tahun,[2] dan dimiliki dan dioperasikan oleh PT Praga Jaya Sentosa.[3] Kapal ini sendiri merupakan kapal buatan Jepang.[4] Pada hari kejadian , kapal feri melakukan pelayaran dari Jakarta menuju Pulau Bangka[2]

Kebakaran

Kapal mengalami kebakaran beberapa jam setelah meninggalkan pelabuhan,[1] sebelum fajar,[5] pada lokasi 60 mil laut (110 km) dari Pelabuhan Tanjung Priok.[6] Ratusan penumpang dapat selamat dari kebakaran kapal dengan melompat ke Laut Jawa.[1] Lebih dari 290 orang dapat diselamatkan.[1] Setidaknya 51 orang tewas dalam musibah iniA,[7] tapi Palang Merah Indonesia menyatakan korban tewas bisa mencapai 89 orang..[8] Catatan penumpang kapal mencatat kapal feri membawa 228 orang, 42 truk dan delapan mobil, tapi angkatan laut menyatakan penumpang yang berada di kapal lebih dari 350 orang.[2] Hal ini umum terjadi di Indonesia, dimana catatan penumpang dibiarkan tidak sesuai dengan keadaan nyata dan melebihi jumlah kapasitas kapal.[2] Kapal pada umumnya mencatat penumpang yang dapat dibawa sebanyak 300-330 orang.[9][3] Berdasarkan kesalahan catatan penumpang yang tidak lengkap, Menteri Perhubungan Hatta Rajasa mengatakan, "Ini adalah kesalah besar dari perusahaan feri yang tidak mendaftar identitas penumpang anak-anak. Saya akan memberi mereka sanksi berat untuk itu."[10]

Usaha penyelamatan

Kapal feri dari perusahaan yang sama, "KM Levina II", menyelamatkan banyak penumpang sama seperti kapal berbendera Filipina "Princess Vanessa".[11] Total, dua kapal perang, tiga helikopter, sebuah kapal tunda dan sembilan kapal kargo berpartisipasi dalam operasi pencarian dan penyelamatan.[2] Orang-orang yang terluka langsung dibawa ke rumah sakit, atau mendapat pertolongan pertama di pusat penyelamatan darurat di pelabuhan.[5] 60 orang yang dapat berenang, berenang menuju pulau terdekat.[12]

Kapal tenggelam

Setelah kebakaran dapat dipadamkan, kapal tunda "TB Jayakarta III" membawa kapal ke perairan Tanjung Priok pada 24 Februari 2007.[3] Hari berikutnya, grup yang terdiri dari empat petugas investigasi dan duabelas jurnalis naik ke kapal dengan menggunakan kapal polisi.[1][8] Reporter berasal dari Indosiar, Metro TV, ANTV, Lativi (sekarang TvOne), RCTI dan SCTV dari stasiun televisi dan stasiun radio Elshinta.[8] Banyak dari reporter naik ke kapal tanpa menggunakan baju pelampung; walaupun reporter bersedia memakai baju pelampung tetapi tidak mewajibkan mreka menggunakannya.[1] Kapal feri masih berada di perairan pada saat itu, kira-kira tujuh nautikal mil (13 km) dari pelabuhan.[8][6] Grup yang menaiki kapal sudah diperingatkan bahwa kapal tidak aman untuk dinaiki.[8] Lembaga investigasi transportasi Indonesia, Komite Nasional Keselamatan Transportasi, tidak memberikan izin grup untuk menaiki kapal, tapi mereka melihat jurnalis naik ke kapal, dan kemudian mengikutinya.[7] Ketika berada di kapal, jurnalis menuju ke dek tiga disana mereka mewawancarai Kepala Kepolisian Air Jakarta, Kombes Frederik Kalembang.[8] Tak lama setelah grup menaiki kapal, kapal mulai akan tenggelam.[1] Petugas kepolisian yang memonitor kapal dari kapal terdekat segera memberitahu dengan pengeras suara agar meninggalkan kapal. [8] Kebanyakan dari mereka di kapal bergegas ke dek dua, di mana mereka melarikan diri melalui jendela di ujung geladak.[8] Kapal tenggelam dalam lima menit.[1] Kapal sekoci penyelamt hampir terbalik karena kelebihan beban.[8] Satu kemeramen "Lativi" meninggal di rumah sakit,[6] dan tiga orang lainnya belum ditemukan.[1] Mereka yang belum ditemukan adalah dua orang polisi forensik dan seorang kameramen "SCTV".[8][9] Empat orang lainnya mengalami luka serius.[13] Operasi penyelaman gagal untuk menemukan mayat, orang yang hilang.[13]

Investigasi

Penyelidikan penuh dilakukan setelah terjadi dua musibah oleh KNKT dan Laboratorium Forensik Kepolisian.[6] Hingga saat ini, penyelidikan telah menghasilkan kesimpulan bahwa kebakaran dimulai dari truk di dek mobil.[2] Truk itu diyakini membawa bahan kimia, kru kapal melaporkan ketika mereka berusaha memadamkan api dengan menutup menggunakan terpal air, api tetap membesar.[7] Agen tiket untuk truk memperlihat catatan bahwa salah satu truk membawa Premix (minyak).[7] Kapten kapal di wawancarai sebagai bagian dari prosedur investigasi.[3] laporan awal menunjukkan bahwa kelalaian dari operator memberikan kontribusi besar menyebabkan musibah.[3] Penyelidikan ini juga mengungkapkan bahwa tidak ada pemeriksaan dokumen kapal sebelum keberangkatan.[3] Nahkoda kapal dan empat orang awak kapal menjadi subyek investigasi kelalalian yang dapat berujung pada tindak pidana.[14]

Setelah kejadian

Setyo Rahardho, kepala KNKT, menyatakan "Jurnalis tidak akan diizinkan kembali untuk mengikuti petugas investigasi," setelah kejadian ini.[1] Hatta Radjasa, Menteri Perhubungan Indonesia, memerintahkan Direktorat Perhubungan Laut untuk mencabut lisensi operator, karena melakukan kesalahan pencatatan dokumen.[3] Direktorat Perhubungan Laut juga menghukum Syahbandar J. Karelantang atas tanggung jawabnya terhadap keslahan dokumen.[3] Kapten kapal, Andi Kurniawan dan petugas utama, Sunaryo ditangkap setelah musibah terjadi dengan tuduhan kelalaian yang menyebabkan musibah terjadi.[6]

Organisasi Maritim Internasional (IMO) menegaskan kembali untuk menawarkan bantuan kepada Indonesia untuk meningkatkan keselamatan kapal feri yang pernah ditawarkan pada akhir 2006 akibat musibah Musibah KM Senopati Nusantara dan Musibah KM Tri Star 1 yang menewaskan 400 orang lebih. Saat ini Indonesia menerima bantuan dan IMO membuat sejumlah rekomendasi untuk menghasilkan rencana aksi.[15]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j Indonesia to probe why reporters were allowed on fire-gutted ferry - WHDH-TV - Obtained March 1, 2007.
  2. ^ a b c d e f 16 dead on blazing ferry as passengers jump into sea - The Scotsman - Obtained March 25, 2007.
  3. ^ a b c d e f g h Death toll reaches 20 in ferry inferno - The Jakarta Post - Obtained March 25, 2007.
  4. ^ "Spotlight intensifies on ferries after Levina 1 disaster". Seatrade Asia. 2007-02-27. Diakses tanggal 2008-06-28. 
  5. ^ a b Indonesian Passenger Ferry Fire Kills 16 - Fox News - Obtained March 25, 2007.
  6. ^ a b c d e 1 dead, 3 missing as gutted Indonesian ferry wreck sinks - Death toll from fire now 42 - Inquirer.net - Obtained March 27, 2007.
  7. ^ a b c d Investigators to carry on query despite sinking evidence - The Jakarta Post - Obtained March 26, 2007.
  8. ^ a b c d e f g h i j Death toll rises as charred ferry sinks - The Jakarta Post - Obtained March 25, 2007.
  9. ^ a b Wrecked Indonesian ferry sinks with investigating police, reporters on board - cnews - Obtained March 25, 2007.
  10. ^ Huge search for 120 missing in Indonesia ferry blaze - Inquiror - Obtained March 27, 2007.
  11. ^ 17 dead, including 3 children, in Indonesian ferry inferno - Inquirer - Obtained March 27, 2007.
  12. ^ 16 dead in fatal fire on Indonesian ferry - CBC - Obtained March 25, 2007.
  13. ^ a b Wrecked Indonesian Ferry Sinks; 1 Dies - TownHall.com - Obtained March 26, 2007.
  14. ^ Rescuers search for ferry survivors - MWC News - Obtained March 27, 2007.
  15. ^ "Maritime Safety Committee, 83rd session: 3-12 October 2007". International Maritime Organization. 2007-10-03. Diakses tanggal 2008-06-28.