Karl Barth

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 21.16 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 39 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q107473)

Karl Barth (10 Mei 188610 Desember 1968) adalah seorang teolog Kristen Hervormd yang berpengaruh. Ia juga seorang pendeta dan pemikir terkemuka dalam gerakan neo-ortodoks.

Masa muda dan pendidikan

Barth dilahirkan di Basel, Swiss dan menghabiskan masa kanak-kanaknya di Bern. Dari 1911 hingga 1921 ia melayani sebagai seorang pendeta Hervormd di desa Safenwil di kanton Aargau. Belakangan ia menjadi profesor teologi di Bonn (Jerman). Ia harus meninggalkan Jerman pada 1935 setelah ia menolak mengucapkan sumpah kesetiaan kepada Adolf Hitler. Barth kembali ke Swiss dan menjadi profesor di Basel.

Barth mulanya belajar dalam tradisi Liberalisme Protestan Jerman di bawah asuhan guru-guru seperti Wilhelm Herrmann, namun ia bereaksi terhadap teologi ini pada masa Perang Dunia I. Reaksinya didorong oleh sejumlah faktor, termasuk komitmennya terhadap gerakan Sosialis Religius Jerman dan Swiss di sekitar orang-orang seperti Herrmann Kutter, pengaruh gerakan Realisme Alkitab di sekitar orang-orang seperti Christoph Blumhardt, dan dampak dari filsafat skeptis dari Franz Overbeck.

Namun pendorong yang paling penting adalah reaksinya tehradap dukungan dari sebagian besar guru-guru liberalnya terhadap tujuan-tujuan perang Jerman.

"Manifesto dari 93 Intelektual Jerman kepada Dunia yang Beradab"[1] pada 1914 memuat tanda tangan dari bekas gurunya, Adolf von Harnack. Barth percaya bahwa guru-gurunya telah disesatkan oleh teologi yang mempertautkan Allah terlalu dekat dengan ungkapan yang paling indah dan terdalam serta pengalaman umat manusia yang berbudaya, hingga mengklaim bahwa Allah memberikan dukungan terhadap perang yang mereka yakini dilakukan dalam upaya mendukung budaya tersebut. Pengalaman awalnya muncul dalam peningkatan cinta kasih dan komitmen rakyat kepada budaya tersebut. Kebanyakan dari pemikiran Barth juga merupakan tanggapan langsung terhadap filsafat Hegel dan teologi Schleiermacher.

Surat Roma

Dalam tafsirannya atas Surat Roma (bahasa Jerman: Römerbrief; khususnya dalam edisi kedua yang ditulis ulang pada 1922) Barth berpendapat bahwa Allah yang dinyatakan pada salib Yesus menantang dan menggulingkan upaya apapun yang berusaha mempersekutukan Allah dengan budaya manusia, keberhasilan, ataupun harta miliknya. Banyak teolog yang percaya bahwa karya ini merupakan risalat teologis yang paling penting sejak buku Friedrich Schleiermacher On Religion: Speeches to its Cultured Despisers (Tentang Agama: Pidato kepada Para Pencemoohnya yang Beradab).

Pada dekade setelah Perang Dunia I, Barth terkait dengan sejumlah teolog lainnya, yang sesungguhnya sangat berbeda-beda pandangannya, yang bereaksi terhadap liberalisme guru-gurunya, dalam sebuah gerakan yang dikenal sebagai "Teologi Dialektis" (bahasa Jerman: Dialektische Theologie). Para anggota lain dari gerakan ini termasuk Rudolf Bultmann, Eduard Thurneysen, Emil Brunner, dan Friedrich Gogarten.

Deklarasi Barmen

Pada 1934, ketika Gereja Protestan berusaha berdamai dengan Reich Ketiga, Barth memainkan peranan besar dalam penulisan Deklarasi Barmen (bahasa Jerman: Barmer Erklärung) yang menolak pengaruh Naziisme terhadap Kekristenan Jerman—dengan mengatakan bahwa kesetiaan Gereja kepada Allah yang dikenal melalui Yesus Kristus harus memberikan kepada Gereja dorongan dan sumber-sumber untuk melawan pengaruh dari 'tuhan-tuhan' yang lain'—seperti misalnya Führer Jerman, Adolf Hitler. Ini adalah salah satu dokumen pendiri Gereja yang Mengaku dan Barth terpilih sebagai salah seorang anggota dewan pimpinannya, Bruderrat. Ia dipaksa mengundurkan diri dari kedudukannya sebagai profesor di Universitas Bonn karena menolak mengucapkan sumpah setia kepada Hitler dan kembali ke tanah airnya, Swiss. Di sana ia menerima jabatan sebagai profesor dalam bidang Teologi Sistematik di Universitas Basel. Dalam pengangkatannya ia diharuskan menjawab sebuah pertanyaan rutin yang diajukan kepada semua pegawai negeri Swiss, yaitu apakah ia mendukung pertahanan nasional. Jawabnya, "Ya, khususnya di perbatasan utara!" Pada 1938 ia menulis surat kepada seorang rekannya dari Ceko, Josef Hromádka, dan di situ ia menyatakan bahwa para tentara yang berjuang melawan Reich Ketiga sesungguhnya berjuang demi tujuan Kristen.

Dogmatika Gereja

Teologi Barth menemukan ungkapannya yang paling kuat dan meyakinkan melalui magnum opusnya (karya besar) yang terdiri dari 13 jilid, yaitu Dogmatika Gereja (bahasa Jerman: "Die Kirchliche Dogmatik"). Rangkaian tulisan ini dianggap sebagai salah satu karya teologis yang terpenting dari segala zaman. "Dogmatika Gereja" merupakan puncak dari keberhasilan Barth sebagai seorang teolog. Barth mulai menulis Dogmatika itu pada 1932, dan terus mengerjakannya hingga ajalnya pada 1968, ketika panjangnya sudah mencapai 6 juta kata. Karya yang sangat kontekstual ini ditulis secara kronologis, dimulai dengan Vol. I.1, dan membahas masalah-masalah politik serta pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa-mahasiswanya setelah kuliah. Barth menjelajahi seluruh doktrin Kristen, dan apabila perlu menantang dan menafsirkannya kembali sehingga setiap bagian daripadanya menunjuk kepada tantangan yang radikal dari Yesus Kristus, dan ketidakmungkinan untuk mempertautkan Allah dengan budaya, keberhasilan, atau harta kekayaan manusia. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh T. F. Torrance dan G. W. Bromiley.

Kehidupan di kemudian hari

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, Barth memainkan peranan penting karena ia menyatakan dukungannya bagi pertobatan Jerman dan rekonsiliasi dengan gereja-gereja di luar negeri. Bersama-sama dengan Hans-Joachim Iwand, ia menyusun Pernyataan Darmstadt pada 1947, yang merupakan pernyataan yang lebih konkret tentang kesalahan dan tanggung jawab Jerman atas munculnya Reich Ketiga dan Perang Dunia II daripada Deklarasi Stuttgart pada 1945. Di situ ia menegaskan bahwa kesediaan Gereja untuk berpihak dengan kekuatan-kekuatan anti sosialis dan konservatif telah membuatnya terjebak dalam ideologi Nazi. Dalam konteks perkembangan Perang Dingin, pernyataan yang kontroversial ini ditolak oleh pihak anti Komunis di Barat, yang mendukung langkah CDU yang melakukan militerisasi kembali, maupun oleh pembangkang-pembangkang Jerman Timur yang percaya bahwa pernyataan itu tidak cukup menggambarkan bahaya Komunisme. Pada 1950-an, Barth bersimpati dengan gerakan perdamaian dan menentang persenjataan kembali Jerman.

Pada 1962, Barth berkunjung ke AS, dan memberikan kuliah di Seminari Teologi Princeton dan di Universitas Chicago. Ia diundang untuk menjadi tamu pada Konsili Vatikan II, tetapi ia tidak dapat menghadirinya karena sakit.

Teologi

Seorang wartawan pernah meminta kepada Dr. Barth agar ia meringkaskan apa yang telah dikatakannya dengan panjang lebar dalam bukunya "Dogmatika Gereja". Dr. Barth berpikir sejenak dan kemudian berkata: "Yesus cinta padaku, itulah yang kutahu, karena Alkitab berkata demikian." Kata-kata ini dikutipnya dari sebuah nyanyian anak-anak di Sekolah Minggu.

Barth berusaha memulihkan Doktrin Tritunggal yang telah hilang dari teologi karena liberalisme. Argumennya didasarkan pada gagasan bahwa Allah adalah obyek dari pengetahuan diri sendiri Allah, dan penyataan di dalam Alkitab berarti pengungkapan diri-Nya kepada umat manusia yang tidak dapat tidak disingkapkan kepada manusia.


Tulisan-tulisan oleh Karl Barth

The Church Dogmatics dalam terjemahan bahasa Inggris

Pranala luar

Templat:Link GA Templat:Link GA