Kabupaten Banyuwangi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 5 Mei 2013 13.16 oleh Relly Komaruzaman (bicara | kontrib) (Menolak 4 perubahan teks terakhir dan mengembalikan revisi 6793397 oleh Aryphrase)
Kabupaten Banyuwangi
Daerah tingkat II
Motto: 
Satya Bhakti Praja Mukti (Setia pada bakti untuk masyarakat makmur)
Peta
Peta
Kabupaten Banyuwangi di Jawa
Kabupaten Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi
Peta
Kabupaten Banyuwangi di Indonesia
Kabupaten Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi (Indonesia)
Koordinat: 8°13′07″S 114°22′01″E / 8.2186111111111°S 114.36694444444°E / -8.2186111111111; 114.36694444444
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
Tanggal berdiri18 Desember 1771
Dasar hukum-
Ibu kotaBanyuwangi
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 24
  • Kelurahan: -
Pemerintahan
 • BupatiDR. Abdullah Azwar Anas
Luas
 • Total5.782,50 km2 (223,260 sq mi)
Populasi
 ((2012))
 • Total2.100.000
 • Kepadatan266/km2 (690/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam, Hindu, Khatolik dan Agama lainya
 • BahasaIndonesia, Osing, Jawa
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
3510
Kode area telepon0333
Kode Kemendagri35.10
DAURp. 1.154.495.171.000.-
Flora resmiBambu Manggong
Fauna resmiBanteng Jawa
Situs webwww.banyuwangikab.go.id


Kabupaten Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Banyuwangi. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur Pulau Jawa, berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di barat. Pelabuhan Ketapang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pelabuhan Gilimanuk di Bali.

Geografi

Banyuwangi adalah kabupaten terluas di Jawa Timur bahkan di Pulau Jawa. Luasnya 5.782,50 km^2.[1] Wilayahnya cukup beragam, dari dataran rendah hingga pegunungan. Kawasan perbatasan dengan Kabupaten Bondowoso, terdapat rangkaian Dataran Tinggi Ijen dengan puncaknya Gunung Raung (3.282 m) dan Gunung Merapi (2.800 m) terdapat Kawah Ijen, keduanya adalah gunung api aktif.[butuh rujukan]

Bagian selatan terdapat perkebunan, peninggalan sejak zaman Hindia Belanda. Di perbatasan dengan Kabupaten Jember bagian selatan, merupakan kawasan konservasi yang kini dilindungi dalam sebuah cagar alam, yakni Taman Nasional Meru Betiri. Pantai Sukamade merupakan kawasan pengembangan penyu. Di Semenanjung Blambangan juga terdapat cagar alam, yaitu Taman Nasional Alas Purwo.

Pantai timur Banyuwangi (Selat Bali) merupakan salah satu penghasil ikan terbesar di Jawa Timur. Di Muncar terdapat pelabuhan perikanan.

Administratif

Kabupaten Banyuwangi terdiri atas 24 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi terdiri dari:

  1. Pesanggaran
  2. Siliragung
  3. Bangorejo
  4. Purwoharjo
  5. Tegaldlimo
  6. Muncar
  7. Cluring
  8. Gambiran
  9. Tegalsari
  10. Glenmore
  11. Kalibaru
  12. Genteng
  13. Srono
  14. Rogojampi
  15. Kabat
  16. Singojuruh
  17. Sempu
  18. Songgon
  19. Glagah
  20. Licin
  21. Banyuwangi
  22. Giri
  23. Kalipuro
  24. Wongsorejo

Perkotaan Banyuwangi meliputi Kecamatan:

  • Banyuwangi
  • Giri
  • Glagah
  • Kalipuro
  • Kabat.

Selain itu terdapat daerah di Kabupaten Banyuwangi yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi adalah

  • Genteng (Kec. Genteng) Pusat Perdagangan
  • Rogojampi (Kec. Rogojampi) Pusat Agronomi
  • Muncar (Kec.Muncar) Pusat Industri Perikanan

Transportasi

Berkas:Pendopo banyuwangi.jpg
Pendopo Kabupaten Banyuwangi

Ibukota Kabupaten Banyuwangi berjarak 239 km sebelah timur Surabaya. Banyuwangi merupakan ujung paling timur jalur pantura serta titik paling timur jalur kereta api Pulau Jawa yaitu Stasiun Banyuwangi Baru.[butuh rujukan]

Pelabuhan Ketapang terletak di kota Banyuwangi bagian utara, menghubungkan Jawa dan Bali dengan kapal ferry, LCM, roro dan tongkang.[butuh rujukan]

Dari Surabaya, Kabupaten Banyuwangi dapat dicapai dari dua jalur jalan darat, jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara merupakan bagian dari jalur pantura yang membentang dari Anyer hingga pelabuhan Panarukan dan melewati kabupaten Situbondo. Sedangkan jalur selatan merupakan pecahan dari jalur pantura dari Kabupaten Probolinggo melewati Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember di kedua jalur tersebut tersedia bus eksekutif (pattas) maupun ekonomi.

Terdapat pula moda transportasi darat lainnya, yaitu jalur kereta api Surabaya - Pasuruan - Probolinggo - Jember dan berakhir di Banyuwangi. Stasiun Banyuwangi Baru terletak di Kota Banyuwangi tidak jauh dari Pelabuhan Penyeberangan Ketapang. Stasiun Kereta Api yang cukup besar di Banyuwangi adalah Stasiun Banyuwangi Baru, Karang Asem (Kota Banyuwangi), Rogojampi, Kalistail (Kec. Sempu), dan Kalibaru. Selain itu ada juga stasiun yang lebih kecil seperti Singojuruh, Temuguruh, Glenmore dan Halte Krikilan.

Untuk transportasi wilayah perkotaan terdapat moda angkutan mikrolet, taksi Using Transport serta colt yang melayani transportasi antar kecamatan dan minibus yang melayani trayek Banyuwangi dengan kota-kota kabupaten di sekitarnya.

Bandar Udara Blimbingsari di kecamatan Rogojampi dalam pembangunannya sempat tersendat akibat kasus pembebasan lahan, dan memakan korban 2 bupati yang menjabat dalam masa pembangunannya yaitu Bupati Samsul Hadi dan Bupati Ratna Ani Lestari. Dan pada tanggal 28 Desember 2010, Bandar Udara Blimbingsari telah dibuka untuk penerbangan komersial Banyuwangi (BWW) - Denpasar (DPS) - Banyuwangi (BWW) dan Banyuwangi (BWW) - Surabaya (SUB) - Banyuwangi (SUB), per tanggal 24 Agustus 2011 Maskapai Merpati Airlines membuka penerbangan dari Banyuwangi dengan tujuan Surabaya, Semarang, dan Bandung.[butuh rujukan]

Penduduk

Penduduk Banyuwangi cukup beragam. Mayoritas adalah Suku Osing, namun terdapat Suku Madura (kecamatan Muncar, Wongsorejo, Bajulmati, Glenmore dan Kalibaru) dan Suku Jawa yang cukup signifikan, serta terdapat minoritas Suku Bali, Suku Mandar dan Suku Bugis. Suku Bali banyak mendiami desa - desa di kecamatan Rogojampi, bahkan di desa Patoman, Kecamatan Rogojampi seperti miniatur desa Bali di Pulau Jawa. Suku Osing merupakan penduduk asli kabupaten Banyuwangi dan bisa dianggap sebagai sebuah sub-suku dari suku Jawa. Mereka menggunakan Bahasa Osing, yang dikenal sebagai salah satu ragam tertua Bahasa Jawa. Kesenian asal Banyuwangi adalah kuntulan, gandrung , jaranan, barong, janger dan seblang. Suku Osing Banyak mendiami di Kecamatan Rogojampi, Songgon, Kabat, Glagah, Giri, Kalipuro, Kota serta sebagian kecil di kecamatan lain.[butuh rujukan]

Bahasa dan budaya suku Osing banyak dipengaruhi oleh bahasa dan budaya Bali.

Sejarah

Sejarah Banyuwangi tidak lepas dari sejarah Kerajaan Blambangan. Pada pertengahan abad ke-17, Banyuwangi merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Blambangan yang dipimpin oleh Pangeran Tawang Alun. Pada masa ini secara administratif VOC menganggap Blambangan sebagai wilayah kekuasannya, atas dasar penyerahan kekuasaan jawa bagian timur (termasuk blambangan) oleh Pakubuwono II kepada VOC. Padahal Mataram tidak pernah bisa menguasai daerah Blambangan yang saat itu merupakan kerajaan hindu terakhir di pulau Jawa. Namun VOC tidak pernah benar-benar menancapkan kekuasaanya sampai pada akhir abad ke-17, ketika pemerintah Inggris menjalin hubungan dagang dengan Blambangan. Daerah yang sekarang dikenal sebagai "kompleks Inggrisan" adalah bekas tempat kantor dagang Inggris.[butuh rujukan]

VOC segera bergerak untuk mengamankan kekuasaanya atas Blambangan pada akhir abad ke-18. Hal ini menyulut perang besar selama lima tahun (1767-1772). Dalam peperangan itu terdapat satu pertempuran dahsyat yang disebut Puputan Bayu sebagai merupakan usaha terakhir Kerajaan Blambangan untuk melepaskan diri dari belenggu VOC. Pertempuran Puputan Bayu terjadi pada tanggal 18 Desember 1771 yang akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Banyuwangi. Sayangnya, perang ini tidak dikenal luas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kompeni Belanda. Namun pada akhirnya VOC-lah yang memperoleh kemenangan dengan diangkatnya R. Wiroguno I (Mas Alit) sebagai bupati Banyuwangi pertama dan tanda runtuhnya kerajaan Blambangan. Tetapi perlawanan sporadis rakyat Blambangan masih terjadi meskipun VOC sudah menguasai Blambangan. Itu bisa terlihat dengan tidak adanya pabrik gula yang dibangun oleh VOC saat itu, berbeda dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur.

Tokoh sejarah fiksi yang terkenal adalah Putri Sri Tanjung yang di bunuh oleh suaminya di pinggir sungai karena suaminya ragu akan janin dalam rahimnya bukan merupakan anaknya tetapi hasil perselingkuhan ketika dia ditinggal menuju medan perang. Dengan sumpah janjinya kepada sang suami sang putri berkata: "Jika darah yang mengalir di sungai ini amis memang janin ini bukan anakmu tapi jika berbau harum (wangi) maka janin ini adalah anakmu". Maka seketika itu darah yang mengalir ke dalam sungai tersebut berbau wangi, maka menyesalah sang suami yang dikenal sebagai Raden Banterang ini dan menamai daerah itu sebagai Banyuwangi.

Tokoh sejarah lain ialah Minak Djinggo, seorang Adipati dari Blambangan yang memberontak terhadap kerajaan Majapahit dan dapat ditumpas oleh utusan Majapahit, yaitu Damarwulan. Namun sesungguhnya nama Minak Djinggo bukanlah nama asli dari adipati Blambangan. Nama tersebut diberikan oleh sebagian kalangan istana Majapahit sebagai wujud olok-olok kepada Brhe Wirabumi yang memang putra prabu hayam wuruk dari selir. Bagi masyarakat Blambangan, cerita Damarwulan tidak berdasar. Cerita ini hanya bentuk propaganda Mataram yang tidak pernah berhasil menguasai wilayah Blambangan yang saat itu disokong oleh kerajaan hindu Mengwi di Bali.

Seni budaya

Kabupaten Banyuwangi selain menjadi perlintasan dari Jawa ke Bali, juga merupakan daerah pertemuan berbagai jenis kebudayaan dari berbagai wilayah. Budaya masyarakat Banyuwangi diwarnai oleh budaya Jawa, Bali, Madura, Melayu, Eropa, Tionghoa dan budaya lokal yang saling isi mengisi dan akhirnya menjadi tipikal yang tidak ditemui di wilayah manapun di Pulau Jawa.[butuh rujukan]

Kesenian tradisional

Berkas:Penari gandrung.jpg
Penari Gandrung di depan Rumah Adat Osing Desa Kemiren

Kesenian tradisional khas Banyuwangi antara lain :

Jenis kesenian tadi merupakan sebagian dari kesenian khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.

Musik khas Banyuwangi

Berkas:Gamelan Banyuwangi.jpg
Gamelan Banyuwangi yang mengiringi Tari Gandrung

Gamelan Banyuwangi khususnya yang dipakai dalam tari Gandrung memiliki kekhasan dengan adanya kedua biola, yang salah satunya dijadikan sebagai pantus atau pemimpin lagu. Menurut sejarahnya, pada sekitar abad ke-19, seorang Eropa menyaksikan pertunjukan Seblang (atau Gandrung) yang diiringi dengan suling. Kemudian orang tersebut mencoba menyelaraskannya dengan biola yang dia bawa waktu itu, pada saat dia mainkan lagu-lagu Seblang tadi dengan biola, orang-orang sekitar terpesona dengan irama menyayat yang dihasilkan biola tersebut. Sejak itu, biola mulai menggeser suling karena dapat menghasilkan nada-nada tinggi yang tidak mungkin dikeluarkan oleh suling.

Selain itu, gamelan ini juga menggunakan "kluncing" (triangle), yakni alat musik berbentuk segitiga yang dibuat dari kawat besi tebal, dan dibunyikan dengan alat pemukul dari bahan yang sama.

Kemudian terdapat "kendhang" yang jumlahnya bisa satu atau dua. Kendhang yang dipakai di Banyuwangi hampir serupa dengan kendhang yang dipakai dalam gamelan Sunda maupun Bali. Fungsinya adalah menjadi komando dalam musik, dan sekaligus memberi efek musical di semua sisi.

Alat berikutnya adalah "kethuk". Terbuat dari besi, berjumlah dua buah dan dibuat berbeda ukuran sesuai dengan larasannya. "Kethuk estri" (feminine) adalah yang besar, atau dalam gamelan Jawa disebut Slendro. Sedangkan "kethuk jaler" (maskulin) dilaras lebih tinggi satu kempyung (kwint). Fungsi kethuk disini bukan sekedar sebagai instrumen ‘penguat atau penjaga irama’ seperti halnya pada gamelan Jawa, namun tergabung dengan kluncing untuk mengikuti pola tabuhan kendang.

Sedangkan "kempul" atau gong, dalam gamelan Banyuwangi (khususnya Gandrung) hanya terdiri dari satu instrumen gong besi. Kadang juga diselingi dengan "saron bali" dan "angklung".

Selain Gamelan untuk Gandrung ini, gamelan yang dipakai untuk pertunjukan Angklung Caruk agar berbeda dengan Gandrung, karena ada tambahan angklung bambu yang dilaras sesuai tinggi nadanya. Untuk patrol, semua alat musiknya terbuat dari bambu. Bahkan untuk pertunjukan Janger, digunakan gamelan Bali, dan Rengganis gamelan Jawa lengkap. Sedang khusus kesenian Hadrah Kunthulan, digunakan rebana, beduk, kendhang, biola dan kadang bonang (atau dalam gamelan Bali disebut Reong).

Modernisasi pun tidak terelakkan dalam seni musik Banyuwangi, muncul berbagai varian musik yang merupakan paduan tradisional dan modern, seperti Kunthulan Kreasi, Gandrung Kreasi, Kendhang Kempul Kreasi dan Janger Campursari yang memasukkan unsure elekton kedalam musiknya, dan menjadi kesenian popular di kalangan masyarakat. Namun demikian, sebagian pakar kebudayaan mengkhawatirkan seni kreasi ini akan menggeser kesenian klasik yang sudah berkembang selama berratus-ratus tahun.[butuh rujukan]

Even

Kabupaten Banyuwangi mempunyai beberapa even tahunan, yaitu:

  • Banyuwangi Ethno Carnival
  • Festival Kuwung
  • Parade Gandrung Sewu
  • Banyuwangi Jazz Festival
  • Musik Indie Banyuwangi
  • Banyuwangi Tour De Ijen (Bapal Sepeda)
  • Banyuwangi Endog-Endogan Festival (Peringatan Maulid Nabi Muhammad
  • Kebo-Keboan Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh
  • Petik Laut Muncar, Pelabuhan Perikanan Kecamatan Muncar

Kuliner

Masakan

Kabupaten Banyuwangi mempunyai beberapa masakan khas, diantaranya:

adalah perpaduan Rujak Uleg Jawa Timur yang disiram dengan kuah Soto Babat serta ditaburi emping mlinjo serta sego tempong nasi campur kas Banyuwangi.

adalah nasi dengan sayur-sayuran atau Kulupan(jawa) dengan sambal super pedas biasanya dengan ikan asin. dinamakan sego tempong karena sensasi sambalnya seperti di tampar atau tempong dalam bahasa Osing.

adalah nasi dengan sayur yang terbuat dari kelapa diparut dengan sambal/gecok, konon ini adalah menu favorit Syekh Siti Jenar.

adalah Rujak buah yang di pasah dan diberi kuah cuka tradisional Banyuwangi

  • Ikan bakar banyuwangi

ikan laut dengan bumbu merah dibakar dipadu dengan sambal yang pedas

  • Jangan Tombol

sejenis dengan sayur lodeh dengan isi nangka muda yang biasanya dicampur dengan tulang sapi.

  • Ayam Pedes

Ayam kampung yang dimasak dengan santan kental dan sangat pedas. Kecamatan Genteng terkenal dengan masakan ini.

  • Pindang Koyong

Masakan ikan laut berkuah kuning dan segar karena dipadu dengan tomat / ranti.

  • Asem Lala

Masakan ayam berkuah dengan bumbu minimalis. Di beberapa desa Using, menu ini sering disajikan saat terdapat anggota keluarga yang meninggal dunia

  • Boboan

Sayur khas banyuwangi yang dimasak berjam-jam dengan rasa asam dan pedas. Namun jenis tanaman ini jarang ditemui saat ini.

Oleh-Oleh

Kabupaten Banyuwangi mempunyai beberapa masakan khas, diantaranya:

terbuat dari sari pati tepung pati

yang banyak diproduksi di kecamatan Songgon serta kue bagiak kue kering yang berbahan dasar tepung sagu.[butuh rujukan]

  • Kue Pia (Pia Glenmore)

Objek Wisata

Kawah Ijen

Julukan

Banyuwangi memiliki beberapa julukan, yaitu

  • Kota Pisang

Sebutan itu diberikan karena saat itu, sejak tahun 1980-an, di Banyuwangi banyak pohon pisang.

  • The Sunrise of Java

Sebutan itu diberikan karena matahari terbit pertama kali di Pulau Jawa adalah di Banyuwangi.

  • Kota Vokasi

Sebutan itu diberikan karena Banyuwangi memiliki banyak sekolah kejuruan (SMK), diantaranya SMK Negeri 1 Glagah, SMK Negeri 1 Banyuwangi, SMK 17 Agustus 1945 Cluring, SMK Muhammadiyah 1 Genteng, SMK Muhammadiyah 9 Gambiran, SMK Muhammadiyah 2 Genteng.

Olahraga

Kabupaten Banyuwangi merupakan markas utama salah satu klub sepak bola profesional Indonesia yang kini bermain di Divisi Utama Liga Indonesia, yaitu Persewangi Banyuwangi. Persewangi memainkan pertandingan kandangnya di Stadion Diponegoro.[butuh rujukan]

Catatan Kaki

  1. ^ Potensi Pariwisata dan Produk Unggulan Jawa Timur

Pranala luar