Jeddah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Jiddah)
Jeddah
Luas
 • Luas daratan100 km2 (40 sq mi)
Zona waktuUTC+3 (AST)

Jeddah adalah kota pelabuhan utama di Arab Saudi baik pelabuhan laut maupun pelabuhan udara. Terletak di tepi Laut Merah dan sebagaimana kota-kota lainnya di Arab Saudi, Jeddah memiliki iklim gurun.

Jeddah sebelumnya hanyalah sebagai desa nelayan pada 2500 tahun yang lalu[butuh rujukan]. Didirikan pada tahun 647 M oleh Khalifah Utsman bin Affan yang akhirnya digunakan sebagai pelabuhan untuk kepentingan jamaah haji terutama pada masa-masa perjalanan jamaah haji dilakukan melaui laut, bukan melalui udara seperti sekarang ini.

Sebagai kota dagang, Jeddah memiliki fasilitas kota yang cukup memadai. Pelabuhan lautnya merupakan pelabuhan utama yang merupakan sentral perdagangan menuju berbagai negara khususnya negara-negara di pesisir timur Afrika, serta Yaman. Pelabuhannya merupakan pelabuhan bebas.

Di Jeddah terdapat Bandar udara yang cukup terkenal yakni Bandar Udara Internasional Raja Abdul Aziz yang memiliki tingkat kesibukan tinggi terutama pada musim haji. Selain digunakan untuk melayani penerbangan haji, bandara Jeddah digunakan untuk kepentingan komersial biasa selain Dammam dan Riyadh.

Belum jelas asal usul Jeddah, tetapi dari sumber sumber yang umumnya dibawa oleh jamaah haji, kata Jeddah berasal dari kata dalam bahasa Arab Jaddah yang berarti "nenek", sebab disana ada makam yang diyakini sebagai makam Hawa istri Nabi Adam yang merupakan nenek moyang manusia. Sumber lain mengatakan bahwa Jeddah berasal dari kata Jiddah dalam bahasa Arab yang berarti lepas pantai.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Masa Kekhalifahan Rasyidin[sunting | sunting sumber]

Pada masa pemerintahan Utsman bin 'Affan sebagai khalifah, Jeddah diubah fungsinya sebagai pelabuhan bagi Makkah. Ketetapan ini dimulai sejak tahun 26 Hijriah atau 647 Masehi. Tujuan dari penetapan ini untuk mengadakan perdagangan regional. Selain itu, Jeddah dijadikan pelabuhan untuk menjadi lokasi penerimaan bagi jamaah haji dan umrah.[1]

Abad ke-15 dan 16 Masehi[sunting | sunting sumber]

Pada abad ke-15 Masehi, terjadi peningkatan perdagangan di wilayah laut India. Karena itu, banyak pedagang dan pelayar dari Nusantara yang berlabuh di Jeddah. Tujuan lain kedatangan pedagang dan pelayar adalah untuk melaksanakan haji. Dalam catatan sumber Venesia, terdapat lima kapal dari Kesultanan Aceh yang berlabuh di Pelabuhan Jeddah pada tahun 1565 dan 1566 M.[2]

Fasilitas publik[sunting | sunting sumber]

Bandara King Abdul Aziz[sunting | sunting sumber]

Sejak penemuan ladang minyak di Arab Saudi pada tahun 1933, Pemerintah Arab Saudi membangun banyak fasilitas publik, termasuk maskapai penerbangan internasional. Salah satunya dibangun di Jeddah.[3] Nama bandar udara yang dibangun di Jeddah adalah Bandar Udara Internasional Raja Abdul Aziz.[4] Fungsinya sebagai salah satu miqat dalam ibadah haji.[5]

Markas haji[sunting | sunting sumber]

Markas haji di Jeddah merupakan tempat berkumpulnya perwakilan haji dari seluruh negara penyelenggara haji.[6] Kedudukan Jeddah sebagai salah satu bagian dari rute penghubung maskapai penerbangan bagi jemaah haji dan umrah, mulai berkurang. Karena jemaah haji dan umrah mulai memilih Dubai di Uni Emirat Arab dan Doha di Qatar sebagai rute penghubung maskapai penerbangan.[7]

Penerangan[sunting | sunting sumber]

Kota Jeddah telah menggunakan energi listrik untuk penerangan kota. Pada tahun 1991, kota ini telah memiliki penerangan jalan yang memadai.[8]

Pelabuhan[sunting | sunting sumber]

Pada awalnya, kota Makkah belum mempunyai pelabuhan, meskipun letaknya dekat dengan laut merah. Setelah hijrah kaum muslim pertama ke Abessinia, seorang muslim Abessinia yang bernama Shu'aiba berlabuh di pantai yang kemudian disebut dengan nama Jiddah.[9] Beberapa orang pedagang lainnya ikut singgah di situ. Pada akhirnya, pada masa khalifah Utsman, Jiddah dibangun menjadi pelabuhan Makkah.

Kota kembar[sunting | sunting sumber]

Markah tanah[sunting | sunting sumber]

Jeddah memiliki beberapa tempat yang ternama dan penting.

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Ahmadi, Farid (Juli 2020). Mentari di Sudut Jeddah. Semarang: CV. Pilar Nusantara. hlm. 11. ISBN 978-602-53992-9-9. 
  2. ^ Hamid, Noor (Mei 2020). Hasyim, Wahid, ed. Manajemen Haji dan Umrah: Mengelola Perjalanan Tamu Allah ke Tanah Suci (PDF). Bantul: Semesta Aksara. hlm. 11. ISBN 978-623-7108-66-5. 
  3. ^ Maryanto, E., dkk. (Maret 2018). Hamdanah dan Hartati, Z., ed. Bunga Rampai Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (PDF). Yogyakarta: Penerbit K-Media. hlm. 14. 
  4. ^ Arifin, Gus (2021). Arwati, S. T., dan Bestari, D., ed. Peta Perjalanan Haji dan Umrah: Panduan Lengkap dan Praktis Menjalankan Ibadah Haji dan Umrah Sejak dari Rumah hingga Kembali Lagi. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. hlm. 3. ISBN 978-623-00-1340-9. 
  5. ^ Tuntunan Manasik Haji dan Umrah (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah. 2020. hlm. 72. 
  6. ^ Afrizal M. (Mei 2013). Dari Piramid ke Baitullah (PDF). Suara Umat. hlm. 53. ISBN 978-602-97295-5-9. 
  7. ^ Ghafur, Muhammad Fakhry, ed. (2019). Politik Islam: Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab (PDF). Jakarta: LIPI Press. hlm. 25. ISBN 978-602-496-073-5. 
  8. ^ Tebba, Sudirman (1999). Haji Pasca Perang Teluk. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hlm. 9. ISBN 979-421-716-6. 
  9. ^ Nina M. Armando (2005) "Ensiklopedi Islam 5" Jakarta : Ichtiar Baru van Hoeve
  10. ^ Burak Sansal (2006-11-20). "Sister cities of Istanbul". Greatistanbul.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-01-17. Diakses tanggal 2011-04-17. 
  11. ^ "Sister cities of Taipei". Protocol.taipei.gov.tw. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-18. Diakses tanggal 2011-04-17.