Ignatius dari Loyola

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Santo Ignatius Loyola
Lukisan karya Peter Paul Rubens.
Confessor
Lahir1491
Loyola, Guipúzcoa, Spanyol
MeninggalJuly 31, 1556 – 1491; umur -66–-65 tahun
Rome, Papal States
Dihormati diGereja Katolik Roma
Komuni Anglikan
Beatifikasi27 Juli 1609 oleh Paus Paulus V
Kanonisasi12 Maret 1622 oleh Paus Gregorius XV
PestaJuly 31
AtributEkaristi, chasuble, buku, cross
PelindungKeuskupan San Sebastián dan Bilbao, Biscay & Guipúzcoa, negara Basque, taruna militer Filipina, Serikat Yesus, tentara, guru and pendidikan.

Ignatius Loyola (Bahasa Basque: Ignazio Loiolakoa, Bahasa Spanyol: Ignacio de Loyola) (1491-31 Juli 1556) adalah seorang mantan ksatria Spanyol yang berasal dari sebuah keluarga bangsawan Basque, biarawan, imam Katolik semenjak tahun 1537, dan teolog, yang mendirikan Serikat Yesus dan menjadi Superior Jendral pertamanya. [1] Ignatius muncul sebagai seorang pemimpin agama selama masa Kontra-Reformasi. Bakti Ignatius pada Gereja Katolik Roma memiliki ciri khas sikap taat total pada kekuasaan dan hierarki Gereja Katolik.[2]

Setelah terluka serius dalam Perang Pamplona pada tahun 1521, Ignatius melewati proses perubahan spiritual saat ia menjalani perawatan. Buku De Vita Christi karya Ludolph Saxony memberikan inspirasi padanya untuk meninggalkan semua kehidupan militer pada masa lalunya dan membaktikan seluruh dirinya untuk berkarya demi Tuhan, megikuti contoh-contoh para pemimpin rohani seperti Fransiskus dari Assisi. Ia memperoleh penampakan dari Bunda Maria dan bayi Yesus saat ia berada di tempat suci Ratu Montserrat di bulan Maret 1522. Setelah itu ia pergi ke Manresa di mana ia mulai berdoa tujuh jam sehari, seringkali di dalam sebuah gua yang berada dekat di sana, sembari membentuk dasar-dasar Latihan Rohani. Di bulan September 1523, Loyola tiba di Tanah Suci untuk tinggal di sana, namun tak lama kemudian ia dikirim kembali ke Eropa oleh para imam Fransiskan.

Antara tahun 1524-1537, Ignatius belajar teologi dan Bahasa Latin di Spanyol dan Paris, Perancis. Pada tahun 1534, ia tiba di kota Paris selama bergejolaknya sikap anti-Protestan yang memaksa John Calvin untuk meninggalkan Perancis. Igantius dan beberapa pengikutnya mengikat diri mereka pada sumpah kemiskinan, kesucian dan ketaatan demi Tuhan dan Gereja Katolik. Pada tahun 1539, mereka mendirikan Serikat Yesus, yang disetujui oleh Paus Paulus III pada tahun 1540. Latihan Rohani juga disetujui oleh paus yang sama pada tahun 1548. Loyola juga merancang Konstitusi Serikat Yesus. Ignatius meninggal di bulan Juli 1556. Ia kemudian dibeatifikasi oleh Paus Paulus V pada tahun 1609, dikanonisasi oleh Paus Gregorius XV pada tahun 1622, dan diangkat sebagai pelindung semua retret rohani oleh Paus Pius XI pada tahun 1922. Hari peringatan Ignatius Loyola dirayakan pada tanggal 31 Juli. Ignatius adalah santo pelindung para tentara, Serikat Yesus, wilayah Basque, dan propinsi-propinsi Guipuzcoa dan Biscay.[3]

Masa Muda

Tempat Suci Loyola, di kota Azpeitia, dibangun di atas rumah tempat kelahiran Ignatius.

Ignacio López de Loyola (bukan Íñigo López de Recalde yang terkadang dipakai) [4] dilahirkan di wilayah Azpeitia di Kastil Loyola yang saat ini termasuk di dalam wilayah Gipuzkoa, di Basque, Spanyol. [5] Ia dibaptis denga nama Íñigo, dari nama Santo Innicus, biarawan dari Oña --- [4] sebuah nama Basque abad pertengahan yang kemungkinan besar bermakna “Si Kecilku”. [6] Tidak jelas kapan ia menggunakan nama “Ignatius” dan bukan Íñigo lagi(bahasa Latin: Enecus; bahasa Basque: Eneko; Spanyol: Íñigo).[7] Ignatius tidak berniat untuk mengganti namanya, namun kelihatannya ia melakukannya itu dengan menggunakan variasi sederhana dari nama aslinya supaya lebih bisa diterima di antara orang-orang berbagai bangsa di Perancis dan Italia.[8]

Anak bungsu dari 13 bersaudara, Íñigo baru berusia tujuh tahun ketika ibundanya meninggal dunia. Pada tahun 1506 Íñigo mengambil nama belakang “de Loyola” sebagai referensi pada kota Basque bernama Loyola tempat dia dilahirkan dan menjadi pegawai kerabat keluarganya, Juan Velázquez de Cuéllar, yang menjadi bendahara (contador mayor) Kerajaan Castile.

Pada tahun 1509 Íñigo mengangkat senjata membela Antonio Manrique de Lara, adipati Najera dan penguasa Navarre. Menurut Thomas Rochford, S.J., kualitas diplomasi dan kepemimpinannya menjadikannya seorang gentilhombre (prajurit terkemuka) yang sangat berguna bagi sang adipati. [9][10] Di bawah kepemimpinan sang adipati, Íñigo terlibat dalam banyak pertempuran tanpa menyebabkan luka pada dirinya. Namun ketika tentara Perancis yang mendukung Monarki Navarra yang digulingkan pada tahun 1512 menyerbu benteng Pamplona pada tanggal 20 Mei 1521, sebuah peluru meriam melukai salah satu kakinya, dan mematahkan kaki lainnya. [10] Dalam kondisi terluka parah, Íñigo dibawa kembali ke kastilnya. Ia sangat cemas akan luka-luka pada kakinya dan menjalani beberapa operasi bedah pada luka-lukanya tersebut, yang sangatlah menyakitkan pada masa-masa itu karena belum tersedianya anestesi.

Ignatius berpakaian perang.

Selama masa penyembuhan luka ini, Íñigo membaca buku De Vita Christi karya Ludolph Saxony edisi Catalan. Buku ini benar-benar mempengaruhi seluruh hidupnya. De Vita Christi merupakan hasil kerja Ludolph selama 40 tahun. Buku ini berisikan komentar-komentar mengenai kehidupan Yesus Kristus dan mengenai Injil-Injil dengan mengambil kutipan-kutipan dari karya-karya para Bapa Gereja. Ludolph terutama mengutip Santo Gregorius Agung, Santo Basilius, Santo Agustinus dan Bede Yang Terhormat. Dalam karyanya ini, Ludolph memberi-tahu para pembacanya bahwa ia menempatkan dirinya di tempat di mana cerita-cerita Injil itu terjadi; bahwa ia memvisualisasikan palungan di tempat kelahiran Kristus, dan yang lainnya. Hal ini dikenal sebagai sebuah metode doa dengan julukan Kontemplasi Sederhana dan adalah dasar dari metode doa yang Ignatius jabarkan di dalam Latihan Rohani-nya.[11]

Tempat-tempat Aspirasi Kerohanian

Selama masa penyembuhannya pada tahun 1521, Ignatius membaca banyak tulisan-tulisan religious mengenai kehidupan Yesus [12][13] dan kehidupan para orang-orang suci (santo/santa). Hatinya membara dengan ambisi untuk hidup berkarya tanpa memikirkan diri sendiri dan mengikuti jejak tindakan-tindakan kepahlawanan Fransiskus dari Assisi dan para biarawan lainnya. Ia memutuskan untuk mengabdikan dirinya pada usaha penyebaran Injil pada kaum non-Kristiani di tanah suci. Setelah sembuh, ia mengunjungi sebuah biara Benediktin, Santa Maria de Montserrat (25 Maret 1522) di mana ia menanggalkan jubah militernya dan mempersembahkannya pada lukisan Sang Perawan Maria. Ia kemudian pergi ke kota Manresa, Catalunya, dan selama beberapa bulan tinggal di sebuah gua di dekat kota itu di mana ia bertapa dengan keras. Ignatius juga mengalami beberapa penampakan di tengah-tengah hari selama di rumah sakit. Penampakan-penampakan yang terjadi berulang kali ini tampil sebagai “suatu wujud yang mengambang di udara yang berada di dekatnya dan wujud ini memberinya rasa ketenangan yang amat mendalam karena wujud itu sangatlah indah … wujud itu entah bagaimana terlihat memiliki bentuk mengular dan memiliki banyak benda yang bersinar seperti mata, tapi bukanlah mata. Ia menjadi bahagia dan mengalami ketenangan hanya dengan menatap wujud ini … namun ketika wujud ini hilang ia menjadi sedih.” [14] Pada tahun 1523, ia melakukan perjalanan ibadah ke Tanah Suci dengan melakukan penolakan diri sendiri dan pengorbanan. Ia tinggal di sana secara singkat dari tanggal 3 hingga 23 September tapi tidak diperkenankan untuk menetap. Dua belas tahun kemudian, berdiri di hadapan Sri Paus bersama rekan-rekannya, ia kembali mengajukan diri untuk mengirimkan para rekannya itu sebagai utusan Sri Paus di Yerusalem.[15]

Penampakan pada Ignatius.

Sekembalinya ke Spanyol, Ignatius dan rekan-rekannya sibuk dengan tugas untuk mengubah para perempuan yang berstatus sebagai saksi oleh Pihak Inkuisisi di bawah perintah Hakim Alonso Mejias menjadi murid-murid Tuhan. Walaupuan kaum alumbrados (Illuminati, Yang Telah Dicerahi) Spanyol secara semangat dan spiritualitas memiliki keterkaitan dengan gerakan reformasi Fransiskan di mana Cardinal de Cisneros adalah penggeraknya, “para pejabat Inkuisisi memiliki kecurigaan yang besar. Murid-murid wanita ini, Dona Leo, Dona Maria, dan Dona Beatriz bertindak-tanduk terlalu fanatik sampai-sampai “salah satunya jatuh terbanting, seorang lainnya terkadang berguling-guling di tanah, sementara yang lainnya pernah terlihat sedang kejang-kejang atau gemetaran dan berkeringat berlebihan.” Kegiatan mencurigakan ini saat Ignatius dan rekan-rekannya sedang secara teratur berkhotbah di depan publik. Oleh karena “pidato pojok jalannya” dianggap sama dengan “aktivitas kaum alumbrados,” Ignatius otomatis diperiksa atas tuduhan sebagai salah satu “nabi” kaum tersebut, walau kemudian ia dibebaskan. [16] Setelah melewati berbagai kegiatan yang penuh petualangan ini, ia kemudian masuk ke Kolese Montaigu di Universitas Paris untuk menjalani kehidupan sebagai biarawan selama lebih dari tujuh tahun. Di masa tuanya, ia seringkali dipanggil “Master Ignatius”. Gelar ini diperolehnya karena ia memperoleh gelar Master dari universitas tersebut di atas pada usia empat puluh tiga tahun.[17]

Pada tahun 1534 ia telah mengumpulkan enam rekanan pentingnya, di mana semuanya ia temui saat menjadi teman kuliah di Universitas ParisFransiskus Xaverius, Alfonso Salmeron, Diego Laynez dan Nicolas Bobadilla (semuanya orang Spanyol); Peter Faber, orang Perancis; dan Simão Rodrigues dari Portugal. Nantinya Ignatius dan rekan-rekannya ini akan diikuti oleh Fransisco de Borja, seorang anggota dari klan Borgia yang menjadi pembantu utama Kaisar Charles V serta bangsawan-bangsawan lainnya. “Pada pagi hari tanggal 15 Agustus 1534, di ruang bawah tanah Gereja Bunda Para Martir di kota Montmartre, Ignatius beserta keenam rekannya – yang hanya satu di antara mereka pada saat itu yang telah ditahbiskan menjadi imam – bertemu dan mengambil sumpah suci atas karya hidup mereka.” [17] Ignatius Loyola adalah pendiri dan pemegang pertama jabatan Superior Jendral Serikat Yesus, sebuah organisasi religius Gereja Katolik yang anggota-anggotanya, dikenal sebagai Kaum Yesuit, melayani Sri Paus sebagai misi utama mereka. Ignatius diingat sebagai seorang pengarah spiritual yang sangat berbakat. Ia menjadi salah satu tokoh terkemuka yang menentang gerakan Reformasi Protestan dan memajukan gerakan Kontra Reformasi. Ia dibeatifikasi dan kemudian dikanonikasi serta menerima gelar Santo pada tanggal 12 Maret 1622. Ia adalah santo pelindung propinsi Guipuscoa dan Biscay bersamaan dengan organisasi Serikat Yesus. Ignatius Loyola menulis Latihan Rohani, sebuah kumpulan sederhana dari 200 halaman mengenai meditasi, doa, dan berbagai latihan rohani lainnya, dari tahun 1522 hingga tahun 1524. Latihan-latihan di dalam buku ini dirancang untuk dilakukan selama 28-30 hari.

Pater Jendral Kaum Yesuit

Ignatius terpilih sebagai Superior Jendral pertama dari ordonya, dianugerahi dengan gelar Pater Jendral oleh kaum Yesuit. Ia mengirimkan rekan-rekannya sebagai misionaris ke seluruh Eropa untuk mendirikan sekolah, perguruan tinggi dan seminari. Juan de Vega, duta besar Kaisar Charles V di Roma pernah bertemu dengan Ignatius di kota tersebut. Atas rasa hormatnya yang tinggi terhadap Ignatius dan Kaum Yesuit, ketika Vega diangkat sebagai wakil kuasa Sisilia ia membawa orang-orang Yesuit bersamanya. Sebuah perguruan tinggi Yesuit dibuka di Messina; kesuksesan institusi ini memperoleh perhatian besar sehingga aturan dan metodenya kemudian ditiru oleh perguruan-perguruan tinggi lainnya. [18] Pada tahun 1548 buku Latihan Spiritual akhirnya dicetak. Ia sempat diajukan ke depan Inkuisisi Romawi, namun kemudian dibebaskan.

Ignatius sebagai Superior Jendral.

Ignatius menulis Konstitusi Yesuit, yang diadopsi pada tahun 1540 oleh Serikat Yesuit, yang menciptakan organisasi yang bergaya monarki dan menekankan pada penyerahan diri dan ketaatan pada Sri Paus dan para pemimpin ordo secara mutlak (perinde ac cadaver, “berdisiplin tinggi seperti sesosok mayat” sebagaimana digambarkan oleh Ignatius). Prinsip utamanya menjadi motto kaum Yesuit: Ad maiorem Dei gloriam (“demi keagungan Allah yang lebih besar”). Kaum Yesuit merupakan pemeran utama dalam gerakan Kontra Reformasi. Antara tahun 1553-1555, Ignatius mendikte cerita hidupnya kepada sekretarisnya, Romo Gonçalves da Câmara. Otobiografi ini merupakan kunci yang sangat berharga untuk memahami karya tulisan Latihan Rohani-nya. Otobiografi ini disimpan di dalam arsip selama kurang-lebih 150 tahun sebelum kaum Bollandis menerbitkannya di Acta Sanctorum. Sebuah edisi penting hadir di volume pertama Fontes Narrativi (1943) yang merupakan bagian dari serial tulisan Monumenta Historica Societatis Iesu. Ignatius wafat di Roma pada tanggal 31 Juli 1556 sebagai akibat dari “demam Romawi”, semacam penyakit malaria yang berulang-ulang terjadi di kota Roma, Italia, di beberapa periode dalam sejarah.

Kutipan Terkenal dari Ignatius Loyola:

Kanonisasi dan Warisan

Ignatius dibeatifikasi oleh Paus Paulus V pada tanggal 27 Juli 1609 dan dikanonisasi oleh Paus Gregorius XV pada tanggal 13 Maret 1622. Hari rayanya dirayakan tiap tahun pada tanggal 31 Juli, tanggal wafatnya. Santo Ignatius dihormati sebagai santo pelindung prajurit Katolik, Taruna militer Filipina, negara Basque and berbagai kota di kawasan tempat lahirnya.

Dari semua institusi yang didedikasikan pada Santo Ignatius, salah satu yang terkenal adalah Basilika Santo Ignatius Loyola yang dibangun di samping rumah kelahirannya di kota Azpeitia, negara Basque. Rumah keluarganya itu sekarang telah dimasukkan ke dalam kompleks Basilika sebagai museum.

Warisan Ignatius di antaranya adalah sekolah-sekolah dan berbagai institusi pendidikan Yesuit di seluruh penjuru dunia. Di Amerika Serikat saja terdapat 28 perguruan tinggi dan universitas serta lebih dari 50 sekolah menengah yang dikelola oleh kaum Yesuit. Di Indonesia, belasan institusi pendidikan Yesuit telah berdiri dan melayani bangsa Indonesia selama berpuluh-puluh tahun, seperti Universitas Sanata Dharma dan Kolese De Britto di Yogyakarta serta Kolese Kanisius dan Kolese Gonzaga di Jakarta.

Lambang Keluarga Oñaz-Loyola

Lambang Keluarga Oñaz-Loyola adalah simbol garis keturunan Oñaz dalam keluarga Ignatius, dan dipergunakan oleh banyak insitusi Yesuit di berbagai penjuru dunia.

Lambang Keluarga Oñaz-Loyola

Bibliografi

Patung Ignatius of Loyola, di Belo Horizonte, Brasil.

Primer

  • Loyola, (St.) Ignatius (1964). The Spiritual Exercises of St. Ignatius. Anthony Mottola. Garden City: Doubleday. ISBN 9780385024365. 
  • Loyola, (St.) Ignatius (1900). Joseph O'Conner, ed. The Autobiography of St. Ignatius. New York: Benziger Brothers. OCLC 1360267. [20]
  • Loyola, (St.) Ignatius (1992). John Olin, ed. The Autobiography of St. Ignatius Loyola, with Related Documents. New York: Fordham University Press. ISBN 082321480X. 
  • Foss, Michael (1969). The Founding of the Jesuits, 1540. Turning Points in History Series. London: Hamilton. ISBN 0241015138. 

Sekunder

Karya-karya Lainnya

Biografi

Referensi

Templat:Christian Mysticism

  1. ^ Idígoras Tellechea, José Ignacio (1994). "When was he born? His nurse's account". Ignatius of Loyola: The Pilgrim Saint. Chicago: Loyola University Press. hlm. 45. ISBN 0829407790. 
  2. ^ "The Counter-Reformation". Washington State University. Diakses tanggal 2010-03-28. 
  3. ^ "Summer Fiestas" (PDF). euskadi.net. Diakses tanggal 2008-07-24. 
  4. ^ a b  John Hungerford Pollen (1913). "St._Ignatius_Loyola". Dalam Herbermann, Charles. Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company. 
  5. ^ The southern part of the Pyrenees of the Kingdom of Navarre, having been absorbed by the Kingdom of Castile in 1499, became part of the unified Kingdom of Spain
  6. ^ "Nombres: Eneko". Euskaltzaindia (The Royal Academy of the Basque Language). Diakses tanggal 2009-04-23.  Article in Spanish
  7. ^ Verd, Gabriel María (1976). "El "Íñigo" de San Ignacio de Loyola". Archivum Historicum Societatis Iesu (dalam bahasa Spanish). Roma: Institutum Historicum Societatis Iesu. 45: 95–128. ISSN 0037-8887. 
  8. ^ Verd, Gabriel María (1991). "De Iñigo a Ignacio. El cambio de nombre en San Ignacio de Loyola". Archivum Historicum Societatis Iesu (dalam bahasa Spanish). Roma: Institutum Historicum Societatis Iesu. 60: 113–160. ISSN 0037-8887. That St. Ignatius of Loyola's name was changed is a known fact, but it cannot be said that it is widely known in the historiography of the saint — neither the characteristics of the names Iñigo and Ignacio nor the reasons for the change. It is first necessary to make clear the meaning of the names; they are distinct, despite the persistently held opinion in onomastic (dictionaries) and popular thought. In Spain Ignacio and Iñigo are at times used interchangeably just as if they were Jacobo and Jaime. With reference to the name Iñigo, it is fitting to give some essential notions to eliminate ambiguities and help understand what follows. This name first appears on the Ascoli brome (dated November 18, 90 B.C.), in a list of Spanish knights belonging to a Turma salluitana or Saragossan. It speaks of Elandus Enneces f[ilius], and according to Menéndez Pidal the final «s» is the «z» of Spanish patronymics, and could be nothing other than Elando Iñiguez. It is an ancestral Hispanic name. Ignacio, on the other hand, is a Latin name. In classical Latin there is Egnatius with an initial E. It appears only twice with an initial I (Ignatius) in the sixty volumes of the Corpus Inscriptionum Latinarum. This late Latin and Greek form prevailed. In the classical period Egnatius was used as a nomen (gentilitial name) and not as a praenomen (first name) or cognomen (surname), except in very rare cases. (...) The most important conclusion, perhaps unexpected, but not unknown, is that St. Ignatius did not change his name. That is to say, he did not intend to change it. What he did was to adopt for France and Italy a name which he believed was a simple variant of his own, and which was more acceptable among foreigners. That Ignacio ended up replacing Iñigo does not change his intention. If he had remained in Spain, he would have, without doubt, remained Iñigo. 
  9. ^ Gentilhombre should be understood as servant of the court. By contrast, the English term Gentleman denotes a man of good family. In this sense the word equates with the French Gentilhomme (nobleman), which latter term was in Great Britain long confined to the peerage.(see Spanish Wikipedia article Gentilhombre.)
  10. ^ a b Rochford, Thomas. "St. Ignatius Loyola: the pilgrim and man of prayer who founded the Society of Jesus". Society of Jesus. Diakses tanggal 2007-11-15. 
  11. ^ Sr Mary Immaculate Bodenstedt, "The Vita Christi of Ludolphus the Carthusian", a Dissertation, Washington: Catholic University of America Press 1944 British Library Catalogue No. Ac2692.y/29.(16).
  12. ^ "The Vita Christi" by Charles Abbot Conway Analecta Cartusiana 34
  13. ^ "Ludolph's Life of Christ" by Father Henry James Coleridge in The Month Vol 17 (New Series VI) July — Dec 1872 pages 337-370
  14. ^ Jesuits, A Multibiography by Jean Lacouture, p. 18, Washington, D.C.: Counterpoint, 1995
  15. ^ Jesuits, A Multibiography by Jean Lacouture, p. 24, Washington, D.C.: Counterpoint, 1995
  16. ^ Jesuits, A Multibiography by Jean Lacouture, pp. 27-29, Washington, D.C.: Counterpoint, 1995
  17. ^ a b History of The World by John Clarke Ridpath, Vol. V, pp.238, New York: Merrill & Baker, 1899
  18. ^  J.H. Pollen (1913). "History_of_the_Jesuits_Before_the_1773_Suppression". Dalam Herbermann, Charles. Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company. 
  19. ^ Ignatius Loyola, Spiritual Exercises, Rule 13 Henry Bettenson, ed., Documents of the Christian Church, 2nd ed. (London: Oxford University Press, 1963), p. 260.
  20. ^ For information on the O'Conner and other translations, see notes in A Pilgrim's Journey: The Autobiography of Ignatius of Loyola Page 11-12.

Pranala Luar