Ibu kota Jepang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Maket kompleks istana kaisar (Daidairi) di Heian-kyō

Ibu kota Jepang yang sekarang secara de facto berada di Tokyo. Di Jepang, istilah "ibu kota" (shuto) baru dikenal orang setelah Perang Dunia II berakhir. Sebelumnya, Tokyo sejak tahun 1868 merupakan ibu kota kekaisaran (teito). Istilah "ibu kota" baru dikenal secara luas setelah ditetapkan Undang-undang Pembangunan Ibu Kota (Shuto kensetsu-hō) tahun 1950 yang tidak berlaku lagi setelah dikeluarkannya Undang-undang Konsolidasi Daerah Metropolitan (Shutoken seibi-hō) tahun 1959.

Hingga kini, kedudukan Tokyo sebagai ibu kota Jepang tidak memiliki dasar hukum yang sah.[1] Namun pada praktiknya, Tokyo diperlakukan sebagai ibu kota Jepang dalam penulisan hukum dan undang-undang.

Tokyo diperlakukan secara de facto sebagai ibu kota karena menurut Konstitusi Jepang, Kaisar Jepang sebagai "lambang negara Jepang dan simbol pemersatu rakyat Jepang" dan istana kaisar berkedudukan di Tokyo. Selain itu, lembaga-lembaga pemerintah seperti Parlemen Jepang, Kantor Perdana Menteri (Kantei) dan Mahkamah Agung Jepang yang ditetapkan konstitusi sebagai "lembaga tertinggi negara" berada di distrik Chiyoda, Tokyo.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Secara historis, ibu kota Jepang adalah tempat berkedudukannya istana kaisar dan kota tempat tinggal Kaisar Jepang. Sejak Zaman Kofun, kota untuk penduduk bermukim dibangun secara terencana di sekeliling istana kaisar sehingga kota tersebut pantas disebut "ibu kota".

Hingga zaman Nara, bangunan istana dan rumah kediaman bangsawan masih berupa konstruksi hottatebashira[1] (bangunan dari tiang-tiang yang didirikan di atas tanah yang digali) sehingga bangunan tidak bertahan lama. Kuil Ise yang juga menggunakan konstruksi hottatebashira dibangun kembali setiap 20 tahun sekali.

Di zaman kuno, ibu kota dan istana kaisar sering sekali dipindah-pindah dan dibangun di tempat yang baru. Menurut perkiraan, hal ini dilakukan akibat usia bangunan yang umumnya relatif singkat. Walaupun perencanaan pembangunannya mengambil model tata kota di Tiongkok, rakyat menolak untuk pindah ke lokasi permukiman di ibu kota Fujiwara-kyō, Heijō-kyō, dan Heian-kyō seperti direncanakan sebelumnya. Alasannya, kawasan yang ditetapkan sebagai permukiman adalah tanah dengan kelembaban tinggi akibat permukaan air tanah yang tinggi, dan daerah-daerah yang mudah banjir di pinggir sungai. Akibatnya, rumah yang masih dibuat dengan konstruksi hottatebashira mudah menjadi rusak.

Sebelum zaman Asuka, tidak ada kota di Jepang yang dapat disebut "ibu kota". Menurut Kojiki dan Nihon Shoki asal zaman Nara, selain berada di Shiki, Iware (sekarang kota Sakurai, Prefektur Nara), istana kaisar didirikan di beberapa tempat lain, antara lain di Namba, Provinsi Kawachi (Osaka). Kota-kota diperkirakan ikut dibangun dengan kediaman keluarga kekaisaran sebagai pusatnya.

Antara zaman Asuka dan zaman Nara, Jepang mengenal ibu kota kedua yang berfungsi sebagai pusat ekonomi dan transportasi. Pada zaman Kaisar Temmu dikenal ibu kota kedua di Naniwanomiya (Osaka). Sementara itu pada zaman Kaisar Junnin dikenal ibu kota kedua di Horanomiya (kota Otsu, Prefektur Osaka, 761-764), sedangkan pada zaman Kaisar Kōken dikenal ibu kota kedua di Yugenomiya (kota Yao, Prefektur Osaka, 769-770). Walaupun Horanomiya dan Yugenomiya hanya berusia singkat, Naniwanomiya tetap bertahan sebagai ibu kota kedua hingga ibu kota dipindahkan ke Nagaoka-kyō.

Pada zaman Nanboku-cho (1336-1392, tidak termasuk masa damai 1351-1352), ibu kota Istana Utara berada di Heian-kyō sedangkan Istana Selatan berkedudukan di sejumlah istana sementara. Semasa Perang Tiongkok-Jepang Pertama, Kaisar Meiji memindahkan Markas Besar Kekaisaran ke kota Hiroshima. Parlemen Kekaisaran masa itu juga bersidang di Hiroshima.

Pada tahun 2017, Pemerintah Jepang memutuskan untuk memindahkan Badan Urusan Budaya ke Kyoto.[2][3]

Ibu kota Jepang dari zaman ke zaman[sunting | sunting sumber]

Nama ibu kota Lokasi sekarang Periode Ibu kota kedua, kedudukan lain istana kaisar
Asukanomiya Desa Asuka, Prefektur Nara 592-645 Toyuranomiya, Oharidanomiya, Okamotonomiya, Itabukinomiya
Naniwanomiya Osaka 645-655 Naniwanagara no Toyosaki no miya
Asukanomiya Desa Asuka, Prefektur Nara 655-667 Kawaranomiya, Go-Okamotonomiya
Ōtsu-kyō Otsu, Prefektur Shiga 667-672 Ōminomiya
Asukanomiya Desa Asuka, Prefektur Nara 672-694 Asuka Kiyomiharanomiya
Fujiwara-kyō Kashihara 694-710  
Heijō-kyō Nara, Prefektur Nara 710-740  
Kuni-kyō Kizugawa, Prefektur Kyoto 740-744  
Naniwa-kyō Osaka 744-744  
Shigarakinomiya Shigaraki, Kōka, Prefektur Shiga 745 (bulan 1-bulan 5)  
Heijō-kyō Nara, Prefektur Nara 745-784  
Nagaoka-kyō Mukō, Kyoto, Nagaoka-kyō, 784-794  
Heian-kyō Kyoto 794-1180  
Fukuhara-kyō Kobe 1180 (bulan 6-bulan 11)  
Heian-kyō Kyoto 1180-1868  
Istana Selatan: Yoshino Distrik Yoshino, Prefektur Nara 1336-1348, 1373 istana sementara Anō (Gojō, Prefektur Nara)
istana sementara Amano (Kongō-ji, Kawachinagano, Prefektur Osaka)
istana sementara Sumiyoshi (distrik Sumiyoshi, Osaka)
Tokyo Tokyo Mei 1868 - sekarang  

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Dai 142-kai kokkai, kokkai-tō no iten ni kansuru tokubetsu iin-kai dai 2-go (第142回国会 国会等の移転に関する特別委員会)". Kokkai kaigiroku kensaku system. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-11-14. Diakses tanggal 11 Mei. 
  2. ^ "文化庁の機能強化・京都移転" [Enhancement of the Agency for Cultural Affairs and relocation to Kyoto] (dalam bahasa Jepang). Diakses tanggal 2018-06-22. 
  3. ^ Hiroshi Kajiyama (August 7, 2018). 5th meeting of the Agency for Cultural Affairs Relocation Council (Speech) (dalam bahasa Jepang). MEXT. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-11. Diakses tanggal August 11, 2018. 文化首都とも言われる京都 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]