Humanizing satellite

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Humanizing Satellite adalah berasal dari dua kata yang bersifat subjek dan objek. Humanizing sebagai subjek yang berarti menggambarkan dengan karakteristik manusia dan Satellite sebagai objek adalah elemen yang sangat penting dari sistem komunikasi kontemporer. Sehingga secara sederhana dapat dikatakan bahwa Humanizing Satellite adalah upaya menggambarkan satelit sebagai instrumen yang penting dari sistem komunikasi kontemporer yang berkarakter manusia (artinya: satelit dapat dimaknakan secara sosial sejajar dengan kebutuhan tradisional [makan, pakaian dan rumah] ).

Sejarah (awal mula interaksi manusia dan satelit)[sunting | sunting sumber]

Peluncuran satelit pertama Sputnik I yang dilakukan oleh Uni Soviet pada tanggal 4 Oktober 1957, menjadi tanda dimulailah interaksi manusia dengan satelit. Interaksi ini terus berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi dan tuntutan eko-teknologi. Seluruh aspek kehidupan masyarakat menjadi tergantung dengan satelit. Terjadi pergeseran yang signifikan atas kebutuhan hidup manusia. Kebutuhan primer tradisional manusia tidak saja berkisar pada pakaian, pangan dan rumah. Tetapi kebutuhan tersebut di era antariksa atau dikenal dengan space age saat ini adalah memerlukan daya koneksitas yang tinggi. Koneksitas tinggi menjadi syarat utama keberlangsungan hidup manusia untuk mendapatkan kebutuhan tradisional. Satellite communications is an ideal technology for overcoming the tyranny of distance and population dispersion.[1] Satelit telah menduduki posisi yang sejajar dengan kebutuhan pangan, pakaian dan rumah, sehingga keduanya telah menjadi dua sisi keping mata uang yang sulit terpisahkan. Satelit telah menyatu dengan kehidupan manusia.

Deskripsi interaksi yang terjadi[sunting | sunting sumber]

Gambaran detail tentang interaksi yang dimaksud adalah menyatunya kehidupan manusia dengan teknologi khususnya satelit banyak terlihat dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Bidang kehidupan yang terlihat dengan kasatmata adalah komunikasi. Komunikasi yang mampu mendekatkan seluruh kegiatan antar manusia atau mempermudah kehidupan manusia secara individu adalah komunikasi yang berbasiskan kinerja satelit. Satellite have played a pivotal role in the evolution and growth of global communications.[2]

Dengan satelit, teknologi komunikasi terus berkembang dan berevolusi. Pada dasarnya fungsi satelit adalah untuk mengkomunikasikan informasi dan data-data yang penting gunanya untuk kehidupan manusia. Beberapa jenis satelit yang besar perannya untuk kehidupan manusia adalah:

  1. Satelit komunikasi, berada di stasiun luar angkasa. Biasanya menggunakan geosynchronous orbits, Molniya orbits atau Low Earth Orbits.
  2. Satelit astronomi, yang digunakan untuk mengobservasi planet, galaxi dan segala objek di luar angkasa.
  3. Satelit navigasi, menggunakan sinyal radio yang ditransmisikan ke penerima dipermukaan bumi untuk menentukan titik lokasi yang dicari. GPS (Global Positioning System) adalah salah satu contoh teknologi navigasi yang telah digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Satelit militer atau satelit pengamat bumi, dioperasionalkan oleh pemerintah suatu negara untuk tujuan militer, termasuk berfungsi sebagai mata-mata.
  5. Satelit pengamat bumi, digunakan untuk keperluan non-militer seperti memonitor lingkungan, meteorologi, pembuatan peta, dll.
  6. Satelit cuaca, utamanya adalah untuk memonitor cuaca dan iklim di bumi.
  7. Stasiun luar angkasa, digunakan untuk tempat tinggal manusia di luar angkasa. Namun tidak ditujukan untuk mendarat dan dibuat untuk tempat tinggal jangka menengah selama mingguan, bulanan bahkan tahunan.

Sejak tahun 1976, Indonesia telah memiliki lebih dari 15 satelit. Selama lebih dari 35 tahun kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia telah menyatu dengan satelit. Satelit yang dimiliki oleh Indonesia dalam mengembangkan teknologi komunikasi dan informasi untuk masyarakat Indonesia adalah: Satelit Palapa A1 dan A2, Palapa B1, Palapa B2, Palapa B2R, Palapa B2P, Palapa B4, Palapa C1 dan C2, Palapa D, Satelit Indostar I (Cakrawarta 1) dan Indostar II (Cakrawarta II), Satelit Telkom-1, Telkom-2 dan Telkom-3, Satelit Garuda-1, Satelit INASAT-1, Satelit LAPAN-TUBSAT. Satelit-satelit ini merupakan salah satu perangkat teknologi yang penting dalam mentransmisi atau memancarkan data dan informasi bagi masyarakat Indonesia yang dioperasionalkan oleh LAPAN dan perusahan telekomunikasi seperti Telkom dan Telkomsel, Indosat, dan Indovision.

Jenis interaksi[sunting | sunting sumber]

Kehidupan sosial manusia yang sangat tergantung dengan keberadaan satelit ini adalah

  • Satellite now provide capabilities for broadcasting and entertainment services
  • Satellite have sustainable advantages for communications
  • Technology becomes a more powerful directing force in the whole social process[1]

Keberadaan satelit telah berperan besar mengubah dan membentuk kehidupan sosial manusia. Dengan berkembangnya teknologi komunikasi dan ditambah dengan inovasi teknologi yang menggunakan jasa satelit, telah mempengaruhi nilai sosial dan budaya dalam masyarakat. Hubungan antara perkembangan teknologi dan berubahnya kehidupan sosial masyarakat menjadi semakin modern ini merupakan Determinisme Teknologi. Merupakan salah satu teori komunikasi yang dapat membuktikan bahwa satelit telah memberikan dampak besar bagi nilai sosial dan budaya masyarakat. Berdasarkan hal ini juga teknologi satelit merupakan kunci penting dalam kekuatan untuk menguasai dan mengendalikan masyarakat, sehingga dapat dipastikan inovasi teknologi yang terjadi mampu mengendalikan perubahan sosial dalam masyarakat yang terus berubah.[3]

Satelit sebagai kunci penting untuk menguasai dan mengendalikan masyarakat melalui berbagai medium atau alat penting yang masing-masing memiliki kegunaannya. Medium atau alat ini yang menerima informasi dari satelit untuk selanjutnya disebarkan ke masyarakat. Berbagai macam data dan informasi dengan mudah dapat menggapai masyarakat diseluruh pelosok Indonesia, hingga ke daerah terpencil di kepulauan Nusantara. Segala bentuk informasi dari kota besar di Indonesia termasuk di belahan dunia manapun telah mengubah kehidupan dan perilaku masyarakat Indonesia. Perubahan perilaku ini tidak hanya terhadap sosial, namun budaya, politik, maupun ekonomi. Terjadi evolusi perilaku yang disebabkan oleh hadirnya satelit dikehidupan sehari-hari masyarakat.

Interaksi masyarakat dengan satelit dikehidupan sehari-hari saat ini hadir dalam berbagai bentuk teknologi. Jika dikategorikan dalam bidang-bidang ilmu, satelit telah berjasa dalam:

Interaksi masyarakat Indonesia dengan satelit[sunting | sunting sumber]

Satelit sangat penting artinya bagi negara Indonesia yang terdiri dari kepulauan dan perairan dengan total luas wilayah sebesar 1.990.250km2 dan dengan jumlah penduduk kurang lebih sebanyak 250juta manusia. Penting artinya karena pembangunan negara Indonesia sangat bergantung pada jasa satelit. Pembangunan dalam konteks ini berupa pembangunan infrastruktur, perekonomian, politik, dan termasuk masyarakatnya. Kebutuhan terhadap teknologi satelit untuk menopang kehidupan masyarakat telah sejajar dengan kebutuhan makan, pakaian dan rumah. Satelit dibutuhkan untuk menunjang kebutuhan fundamental dalam bermasyarakat yaitu komunikasi, karena masyarakat dan komunikasi tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Tanpa komunikasi masyarakat tidak akan terbentuk dan sebaliknya tanpa masyarakat komunikasi tidak mungkin berkembang.[4] Dengan komunikasi membuka akses untuk sebuah penemuan dan solusi yang menandakan suatu peradaban manusia untuk kemudian dibagi dan diteruskan ke generasi berikutnya.[5]

Selama hampir 40 tahun Indonesia telah menggantungkan kehidupan masyarakatnya pada satelit, sebagai pendukung infrastruktur media komunikasi. Masyarakat Indonesia yang merupakan masyarakat modern bergantung pada media untuk memahami dan mengerti tentang dunia di sekitarnya. Ketergantungan ini yang disebut juga sebagai teori Ketergantungan atau Dependency theory, bahwa ada jaringan yang kompleks antara media, dalam hal ini media masa dengan masyarakat luas.

Ketergantungan terhadap satelit telah mengangkat nilai sosial dan budaya dari masyarakat Indonesia. Taraf hidup masyarakat di segala penjuru nusantara meningkat, kebutuhan akan teknologi komunikasi juga berkembang. Semua ini berkat adanya satelit yang tanpa disadari berada ditengah masyarakat sehari-hari.

Interaksi masyarakat Indonesia terhadap satelit dalam kehidupan sehari-hari:

  • Komunikasi dan telekomunikasi

Televisi, radio, telepon seluler, telepon satelit, internet

  • Ekonomi (Perbankan)

Mobile banking, e-banking

  • Lingkungan (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika)

Pengendalian bencana, prakiraan cuaca dan iklim untuk pelayaran, penerbangan udara

  • Navigasi

GPS, telepon seluler

Satelit dan taraf hidup Masyarakat Indonesia[sunting | sunting sumber]

Manifestasi interaksi masyarakat Indonesia dengan satelit yang telah terbukti meningkatkan nilai kehidupan dan mengubah perilaku sebagiannya melalui komunikasi media masa dan internet. Melalui media masa dan internet suatu informasi atau kampanye dapat dikomunikasikan ke masyarakat diseluruh pelosok nusantara.

Salah satu contoh kampanye yang mengubah perilaku kehidupan masyarakat adalah Gerakan cuci tangan pakai sabun yang dicanangkan pemerintah melalui produk sabun Lifebuoy. Kampanye ini menggunakan media masa berbasis satelit seperti televisi dan radio untuk menggapai masyarakat Indonesia secara luas. Upaya dari komunikasi kampanye ini telah berhasil mengurangi penyakit yang disebabkan oleh kuman seperti diare, infeksi saluran pernapasan (ISPA), pneumonia, infeksi cacing, infeksi mata, dan penyakit kulit di hampir seluruh provinsi di Indonesia. Terbukti jasa satelit dalam komunikasi telah mengubah perilaku masyarakat Indonesia, khususnya seperti masyarakat di Papua dan daerah terpencil lainnya.

Sama halnya dengan pendidikan dan kegiatan politik, saat ini seluruh masyarakat Indonesia didaerah terpencil di provinsi Papua Barat pun telah berpartisipasi dalam pesta demokrasi untuk pemilihan presiden. Jika biasanya kegiatan sehari-hari berburu dalam hutan, maka dengan adanya media masa masyarakat dengan mudah mengakses informasi mengenai para calon presiden.

Kebebasan untuk memperoleh informasi bagi setiap orang adalah kebutuhan dasar dan hak asasi manusia yang telah dijamin oleh undang-undang internasional dan negara. Di dunia Internasional dijamin oleh Deklarasi Universal HAM (Declaration of Human Right) 10 Desember 1948 mengenai Freedom of Information (FOI), pasal 19. Sementara di tingkat nasional, dijamin oleh Ketetapan MPR XVII/MPR/1999 mengenai Hak Asasi Komunikasi, pasal 21. Juga oleh undang-undang tambahan (amendemen) pasal 28, khususnya pasal 28F UUD 45: “Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan berbagai macam saluran yang tersedia”.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Direct-to-Home-Satellite Broadcasting for Canada Information Service, Department of Communication, Government of Canada, June, 1980
  2. ^ Neil Blackley/Tom Watts. The Global Satellite Marketplace. Global Securities Research Group. April 1997. 3
  3. ^ Merrit Roe Smith & Leo Marx. 1994. Does Technology Drive History? The Dilemma of Technological Determinism, Massachussets Institute of Technology.
  4. ^ The story of human communication: Cave painting to microchip by Schramm, W. (1988). New York: Harper & Row
  5. ^ Theories of Mass Communication: Fifth Edition by DeFleur, M & Ball-Rokeach, 1989, Longman, New York