Hubungan Belanda dengan Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hubungan Indonesia – Belanda
Peta memperlihatkan lokasiIndonesia and Netherlands

Indonesia

Belanda

Hubungan Belanda dengan Indonesia mengacu pada hubungan antara Indonesia dan Belanda. Hubungan yang dimulai selama perdagangan rempah-rempah dan Belanda mulai membuat pos perdagangan di Hindia Belanda sebelum menjajah Indonesia

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Pada 1602, Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC mulai beroperasi di Indonesia di mana ia memonopoli dagangan rempah-rempah. Meskipun sejarah Indonesia menampilkan rezim kolonial Eropa lainnya, Belanda menjadi negara yang paling lama menguasai Indonesia. Setelah kebangkrutan VOC pada 31 Desember 1799, Belanda mulai menguasai Indonesia pada tahun 1800. Belanda juga berperang melawan pribumi dan kemudian ditegakkan periode kerja paksa dan perbudakan sampai tahun 1870. ketika pada tahun 1901, kolonial Belanda mengadopsi "Kebijakan Etis dan Kebangkitan Nasional," yang termasuk investasi yang meningkat dalam pendidikan adat dan reformasi politik yang sederhana hanya dalam abad ke-20. Setelah kekalahan Jepang selama Perang Dunia II dan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Belanda mencoba untuk membangun kembali kekuasaan mereka, di tengah perjuangan bersenjata dan diplomatik pahit yang berakhir dengan pengkuan kedaulatan Republik Indonesia pada Desember 1949. Tekanan internasional kemudian memaksa Belanda untuk memerdekaan Indonesia yang diakui secara resmi.

Hubungan Politik[sunting | sunting sumber]

Ratu Juliana dan Presiden Soeharto di Jakarta saat kunjungan resmi sang ratu ke Indonesia pada tahun 1971.

Hubungan antara keduanya telah dirusak oleh niat separatis Gerakan Papua Merdeka. Selain itu, Republik Maluku Selatan juga merupakan populasi Kristen yang berusaha memisahkan diri dari mayoritas-Muslim Indonesia. Dalam lapisan ini, mereka telah menyerang target di Belanda pada 1970-an dan 1980-an, berusaha untuk memaksa negara itu untuk menekan Indonesia menjadi memungkinkan untuk memisahkan diri dari bangsa mereka. Hubungan politik kemudian tegangnya seperti pejabat Indonesia menolak untuk mengunjungi Belanda, sementara kelompok itu diizinkan untuk membawa kasus ke pengadilan terhadap mereka Pada tahun 2010., Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, membatalkan kunjungan ke Belanda setelah aktivis kelompok meminta pengadilan Belanda untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan baginya. langkah itu dikecam oleh aktivis pro-Indonesia Maluku di Jakarta. [5]

Namun, kunjungan Menteri Luar Negeri Belanda, Bernard Bot ke Indonesia pada tahun 2005 untuk merayakan ulang tahun kemerdekaan ke-60 ditandai dengan momen bersejarah dalam hubungan antara kedua negara. Setelah berkunjung, hubungan antara Indonesia dan Belanda lebih lanjut ditingkatkan dan diperkuat oleh perluasan kerjasama dalam berbagai bidang.

Kemiliteran[sunting | sunting sumber]

Militer Indonesia kadang-kadang masih membeli peralatan dari Belanda. Meski saat ini Indonesia telah menjadi Negara yang berdaulat, Indonesia telah memfokuskan kedepan untuk bidang Militer yang jauh lebih kuat karena masa kelamnya dijajah oleh bangsa barat dan juga Jepang, Militer Indonesia telah mencapai angka peringkat 14 dunia dari GFP(GLOBAL FIRE POWER) data yang telah dikumpulkan, bahkan telah menjadi negara dengan bidang militer paling maju di ASEAN .[1]

Hubungan Kebudayaan[sunting | sunting sumber]

Meskipun hubungan budaya tidak lagi kuat, Kristen di Indonesia adalah hasil bagi para misionaris Belanda.

Lain warisan dari pemerintahan kolonial di Indonesia adalah sistem hukum yang diwariskan dari Belanda. Pada tahun 2009, Menteri Kehakiman Belanda Ernst Hirsch Ballin mengunjungi Indonesia dalam apa yang dianggap sebagai batu loncatan untuk mereformasi sistem hukumnya.

Ada juga penduduk Indonesia yang tinggal di Belanda, dan banyak mendirikan gereja-gereja mereka sendiri dalam apa yang telah mengistilahkan "misi terbalik," yang mengacu kepada para misionaris Belanda pada saat berkoloni.

Kunjungan kepala negara[sunting | sunting sumber]

Ratu Juliana[sunting | sunting sumber]

Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard pernah ke Indonesia pada tahun 1971[2] sambil membawa "oleh-oleh", antara lain naskah manuskrip Kakawin Nagarakretagama. Naskah lontar ini berasal dari Lombok dan sampai ke Belanda karena dijarah oleh KNIL pada tahun 1894, sewaktu tentara Belanda menaklukkan Lombok.

Pada kunjungan kenegaraan Ratu Belanda ke Indonesia yang pertama tersebut, Ratu Juliana juga mengunjungi Yogyakarta, Danau Toba, dan Bali.

Ratu Beatrix[sunting | sunting sumber]

Ratu Beatrix dan Pangeran Claus mengunjungi Indonesia pada tahun 1995, bertepatan dengan 50 tahun kemerdekaan Indonesia dari Belanda.

Raja Willem-Alexander[sunting | sunting sumber]

Raja Willem-Alexander (cucu Ratu Juliana) dan Ratu Maxima mengunjungi Indonesia pada tahun 2020. Ini merupakan kunjungan kedua Willem-Alexander setelah sebelumnya mengunjungi Indonesia bersama Ratu Beatrix dan ayahnya, Pangeran Claus pada tahun 1995.[3]

Tokoh Indonesia-Belanda[sunting | sunting sumber]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]