Hipnodontik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hipnodontik atau yang secara populer di masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah hipnodontia (inggris: hypnodontics), adalah suatu praktik di dalam kedokteran gigi yang memanfaatkan prosedur dan teknik komunikasi hipnosis untuk mendukung dan memudahkan praktik perawatan gigi pada pasien.[1] Untuk menguasai bidang ini, para dokter gigi tidak hanya dituntut untuk mahir dalam melakukan tindakan medis terkait tetapi juga perlu mahir dalam melakukan komunikasi interpersonal yang bersifat persuasif dan sugestif.[2]

Etimologi dan Definisi[sunting | sunting sumber]

Kata "hipnodontik" dari bahasa Inggris hypnodontics merupakan gabungan dari dua kata: hypnosis dan odontic. Hypnosis dari kata Yunani hypnos “tidur” + osis “kondisi”.[3] Sedangkan odontic dari kata dasar Yunani odon (genitive odontos) “gigi”.[4] Hipnodontik menjadi nama untuk ilmu dan praktik komunikasi yang bersifat sugestif dan/atau hipnosis di dalam praktik kedokteran gigi.[5]

Dalam konteks kedokteran, hipnosis sendiri dipahami sebagai sebuah keadaan dimana kesadaran pasien terhadap dunia sekitarnya, termasuk sensasi-sensasi somatik, berubah menjadi lebih nyaman di dalam pikirannya dan berefek pada sensasi di tubuhnya.[6]

Sejarah Hipnosis[sunting | sunting sumber]

Hipnosis diklaim sudah ada sejak manusia hidup di dunia.[7] Penggunaan hipnosis atau yang dulu secara umum dikenal dengan nama terapi trance dapat ditemukan di hampir setiap kebudayaan di berbagai suku di seluruh dunia.[8] Para Imam Yunani dan Mesir menggunakan hypnosis sejak ribuan tahun yang lalu untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Banyak kisah ajaib dalam berbagai kitab suci juga disinyalir sesungguhnya bentuk dari aktivitas hipnosis, dimana seseorang yang sugestif dan penuh kepercayaan mengalami kesembuhan.[7]

Pemahaman mengenai hipnosis dalam konteks ilmiah modern baru muncul di akhir tahun 1700-an, ketika seorang dokter Skotlandia bernama James Braid (1795-1860) memunculkan istilah hipnotisme.[8] Melalui bukunya Neurypnology (1843) ia juga menjauhkan hipnotisme dan kondisi trance dari segala hal yang berhubungan dengan hal supernatural.[9]

Informasi yang lebih mendetail tentang sejarah hipnosis dapat dibaca pada ulasan khusus mengenai hipnosis.

Hipnosis dan kedokteran[sunting | sunting sumber]

Sejak tercatat dalam sejarah peradaban manusia, hipnosis erat hubungannya dengan aktivitas pengobatan, seperti orang-orang Mesir dan India sudah mempraktikkan hypno-anesthesia sejak 5000 tahun yang silam.[10] Para meneliti dan pengembang hipnosis awal di Eropa maupun Amerika umumnya berprofesi sebagai dokter, termasuk James Braid. Efek dari ulasan Braid mengenai hypnotism begitu meluas sampai-sampai pada tahun 1893 lembaga British Medical Association (BMA) di Inggris membentuk badan khusus yang bertugas mempelajari fenomena parapsikologi dan hipnotisme. Nama lembaga yang mereka dirikan tersebut The Society for Physical Research (SPR). Dari hasil kerja badan SPR ini BMA lalu mengakui bahwa hipnosis dapat dijelaskan secara ilmiah dan dapat digunakan untuk membantu praktik kedokteran.[11]

Baru pada tahun 1955 BMA secara resmi menyetujui penggunaan prosedur hipnosis untuk membantu praktik kedokteran. Mulai periode ini hipnosis perlahan diakui di berbagai belahan dunia dan semakin banyak dimanfaatkan di dalam praktik kedokteran, kemudian pada 1958 American Medical Association (AMA) mengikuti langkah BMA tersebut.[11]

Miskonsepsi kontraproduktif tentang hipnosis[sunting | sunting sumber]

Walaupun hipnosis telah diakui oleh BMA & AMA sejak lebih dari 50 tahun yang lalu, namun dalam perkembangannya masih banyak terjadi miskonsepsi di kalangan praktisi kedokteran mengenai hipnosis ini. Milton H. Erickson yang dikenal sebagai Bapak Hipnosis Modern dalam buku The Practical Application of Medical and Dental Hypnosis menyebutkan beberapa contoh miskonsepsi tersebut:[12]

  • Hipnosis medis ataupun dental dapat dipelajari dari teknik hipnosis panggung. Faktanya kedua jenis praktik hipnosis ini cukup berbeda prosedurnya.
  • Dokter yang ingin menggunakan hipnosis harus memiliki kekuatan yang sangat khusus, pengetahuan khusus dan kemampuan khusus. Faktanya, hipnosis adalah fenomena yang banyak terjadi dalam semua kehidupan manusia. Setiap orang dapat mempelajari hipnosis.
  • Hipnosis membuat mujizat atau keajaiban. Padahal hipnosis adalah sebuah ilmu mempengaruhi pikiran seseorang yang berefek pada tubuhnya.
  • Hipnosis adalah aktivitas melepaskan kehendak dan membiarkan diri dikendalikan oleh orang lain. Faktanya, hipnosis adalah sebuah kerjasama antara hipnosis dengan klien atau pasiennya.
  • Hipnosis dapat melemahkan pikiran dan sel-sel otak. Padahal kenyataannya hipnosis hanya menstimulasi proses kerja pikiran untuk mempengaruhi tubuh.
  • Hipnosis bekerja dengan cara membohongi atau membodohi orang. Faktanya hipnosis membantu klien atau pasien untuk mampu mengalahkan kebodohan tak beralasan seperti fobia dan kecemasan yang tidak rasional.
  • Hipnosis dapat membuat rahasia pribadi terbongkar. Padahal faktanya hipnosis tidak dapat memaksa seseorang untuk mengatakan rahasia dirinya jika tidak ada kerelaan.
  • Kuatir tidak dapat keluar dari kondisi trance. Faktanya untuk masuk dan keluar dari kondisi trance adalah hal yang mudah. Klien dapat setiap saat keluar dari kondisi tersebut dengan kehendak bebasnya sendiri.
  • Kuatir jika saat klien atau pasien sedang dalam kondisi deep trance lalu sang hipnoterapis mengalami kematian mendadak -misalnya karena serangan jantung- lalu pasien tidak dapat bangun lagi. Padahal ketika seseorang masuk ke dalam kondisi deep trance dan tidak mendapat instruksi selanjutnya, akan mudah terbangun dengan sendirinya seperti ketika terbangun dari tidur di pagi hari.

Hipnodontik[sunting | sunting sumber]

Menurut William S. Kroger, seorang dokter Amerika yang menjadi pelopor penggunaan hipnosis dan dunia medis, kata hypnodontics sebagai istilah untuk aktivitas hipnosis di dalam praktik kedokteran gigi mulai dipakai dalam konteks ilmiah pada sekitar tahun 1948.[13] Namun sejarah mencatat bahwa penggunaan teknik hipnosis dalam dunia kedokteran gigi sesungguhnya sudah berlangsung jauh lebih lama. Dokumentasi pertama mengenai aktivitas ini diketahui berasal dari tahun 1763.[14]

Manfaat Hipnodontik[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1992, seorang psikolog, Berggren Ulf, membuat riset mengenai rasa takut masyarakat Amerika terhadap perawatan gigi di dental klinik. Besaran prosentase yang mengejutkan ditemukan karena ternyata 93% masyarakat memiliki setidaknya satu ketakutan yang kuat. Kemudian 50% masyarakat memiliki sejumlah kecemasan tambahan lainnya sehingga menghalangi mereka untuk datang ke dokter gigi. Ditemukan juga bahwa ketakutan terkait dengan aktivitas perawatan gigi sesungguhnya cenderung ilusif dan belum tentu benar.[15]

Sementara dewasa ini, menurut Sheela Raja, PhD, direktur ilmu perilaku klinis di Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi dan Kedokteran di university of Illinois di Chicago, sekitar 50% orang Amerika takut jika harus melakukan rawat gigi. Dan sekitar 10% bahkan benar-benar takut dan mereka menghindari pemeriksaan gigi.[16]

Untuk mengatasi masalah kecemasan yang parah pada pasien, para dokter gigi umumnya harus memberikan pasien obat antidepresan ataupun nitrous oxide dan oksigen agar mereka kooperatif dalam menjalani proses pengobatan atau rawat gigi.[17] Namun penggunaan bahan kimia tersebut tidak diperlukan ketika dokter memiliki kemampuan komunikasi yang baik khususnya menguasai prosedur dan teknik hipnosis. Hipnodontik membuat dokter lebih mampu menghindari atau menjauhkan bantuan obat-obatan untuk menenangkan pasien mereka. Dengan hipnosis pasien dapat dibimbing untuk mengalami dan merasakan ketenangan, kenyamanan bahkan kegembiraan di tengah dan setelah proses perawatan gigi mereka.[18]

Penggunaan Hipnodontik[sunting | sunting sumber]

Penggunaan hipnosis dalam praktik perawatan gigi menurut dokter Albrecht Schmierer dari University of Stuttgart[19] dan menurut Mike A. Gow, president British Society of Medical and Dental Hypnosis[18] antara lain untuk tujuan:

  • Komunikasi sugestif
  • Mengatasi alergi
  • Mengontrol pendarahan
  • Mengatasi Bruxism (menggesek-gesek gigi)
  • Mengubah kebiasaan (misalnya malas menyikat gigi)
  • Mengarahkan anak-anak
  • Menghilangkan rasa sakit kronis
  • Pengendalian abreaction (luapan emosi akibat pengalaman masa lalu)
  • Pengendalian sirkulasi darah
  • Tekanan darah dan pendarahan
  • Pengendalian refleks tersedak
  • Mengatasi gangguan cranio-mandibular (CMD)
  • Anestesi tanpa obat
  • Bimbingan Diet
  • Ketidakmampuan menggunakan prostesis dan peralatan prostodontik
  • Memelihara ketekunan mengikuti perawatan jangka panjang
  • Memotivasi agar mau memakai peralatan prostodontik, splints, kebersihan mulut
  • Saran hipnosis setelah pengobatan
  • Mengatasi gangguan Psychosomatic tentang kedokteran gigi
  • Mengurangi penggunaan obat
  • Membangun relaksasi
  • Mengontrol Saliva (air liur)
  • Mengatasi nyeri wajah kronis maupun psikosomatis
  • Mengatasi kebiasaan anak menggigit kuku dan menghisap jari
  • Mengurangi gejala sindrom mulut terbakar
  • Mengatasi berbagai fobia di seputar perawatan gigi (misalnya takut jarum, darah, bor, dll)

Hipnodontik untuk Anak-anak[sunting | sunting sumber]

Merawat ataupun mengobati gigi atau mulut anak-anak tidaklah mudah bagi kebanyakan dokter gigi. Ketimbang harus menggunakan farmakologi atau anestesi lebih baik menggunakan hipnosis.[20] Dalam riset yang dibuat oleh Al-Harasi S dan timnya dari The Cochrane Collaboration pada tahun 2010, ditemukan data bahwa pasien rawat gigi anak-anak yang mengikuti proses hipnosis menunjukkan perilaku yang tidak diinginkan lebih sedikit (seperti menangis, gerakan tangan, perlawanan fisik dan gerakan kaki) dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menjalani hipnosis. Secara khusus penurunan menangis dengan hipnosis adalah satu-satunya perilaku ditemukan secara statistik signifikan (P = 0,02): yang dihipnosis hanya 17% yang menangis, sementara yang tidak dihipnosis 41% menangis.[21]

Prosedur Hipnodontik[sunting | sunting sumber]

Prosedur umum proses hipnodontik menurut Milton H. Erickson terangkai sebagai berikut:[22]

  • Persiapan
  • Induksi trance cahaya
  • Trance deepening
  • Hand levitation untuk semakin memperdalam trance
  • Trance utilization
  • Stimulating recall
  • Testing of the cure
  • Reinduction cues dan transference of rapport
  • Posthypnotic testing of results

Kontra-indikasi Hipnodontik[sunting | sunting sumber]

Hipnodontik tidak dapat digunakan ketika:[19]

  • Pasien memiliki penyakit mental yang berat
  • Terdapat diagnosa medis tak tersembuhkan
  • Tidak cukup waktu untuk melakukan komunikasi interpersonal
  • Tidak ada keakraban antara dokter dengan pasien
  • Dokter merasakan atau bersikap negatif kepada pasien

Selain itu, menurut Erickson konsepsi pasien dan keluarganya tentang hipnosis serta kesediaan pasien untuk dihipnosis juga turut mempengaruhi efektivitas penggunaan hipnodontik.[23]

Hipnodontik di Era Teknologi Komunikasi[sunting | sunting sumber]

Selama beberapa abad terakhir, tradisi komunikasi lisan yang pernah berjaya di era masyarakat preagricultural dan agricultural[24] perlahan-lahan terpinggirkan karena kemajuan pesat teknologi komunikasi. Penemuan alat cetak oleh Johannes Gutenberg pada abad ke-15 menjadi awal tradisi tulisan/cetak dan penutup kejayaan era tradisi lisan.[25] Kemudian ketika era Gutenberg berakhir pada abad ke-20 dan masyarakat memasuki era digital, kemampuan komunikasi lisan masyarakat ternyata semakin tereduksi. Belinha S. De Abreu, Ph.D., seorang media literacy educator dan penulis buku Media Literacy, Social Networking, and the Web 2.0 Environment for the K-12 Educator menyatakan bahwa kemampuan berkomunikasi lisan semakin teramputasi karena dianggap kalah penting dibandingkan dengan kemahiran berkomunikasi melalui perangkat digital seperti chatting, emailing, twitting, dsb.[26] Thomas Pettit, Professor of English dari University of Southern Denmark, sampai menyatakan bahwa mailing dan twitting bagaikan telah menarik kembali peradaban masyarakat saat ini ke zaman Gutenberg Parenthesis, yaitu era ketika alat cetak mulai ditemukan dan berkembang. Di era ini tradisi lisan seperti pertunjukan drama klasik semacam Shakespeare mulai ditinggalkan masyarakat.[27]

Namun dengan perkembangan hipnosis yang teraplikasi secara efektif di berbagai bidang profesi dewasa ini, masyarakat modern mulai disadarkan kembali pentingnya kemampuan berkomunikasi lisan. Misalnya praktik hipnosis dalam dunia kedokteran gigi, walaupun penanganan medisnya menggunakan teknologi tinggi, namun penggunaan hipnosisnya harus disampaikan secara lisan dan langsung. Nyaris mustahil jika disampaikan melalui teknologi komunikasi digital seperti telepon, CD, voice mail, dsb. Hal ini terjadi karena untuk dapat menghipnosis seseorang perlu dipertimbangkan berbagai kondisi spontan yang bersifat personal dan temporer. Untuk itulah dibutuhkan perjumpaan dan komunikasi lisan yang personal. Dibandingkan dengan komunikasi tulisan baik yang analog dan digital, komunikasi lisan memiliki fleksibilitas dan adaptabilitasnya yang tinggi. Inilah kunci sukses sebuah komunikasi hipnosis seperti hipnodontik. (fb)

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Amarta, Chairunnisa: Hypnodontia: Wawasan Baru Perawatan Gigi, Raih Asa Sukses, 2012
  2. ^ Putra, Yovan P: Rahasia di Balik Hipnosis Ericksonian dan Metode Pengembangan Pikiran Lainnya, hlm. xii. Elex Media Komputindo, 2010
  3. ^ Harper, Douglas: “hypnosis”. Online Etymology Dictionary
  4. ^ Harper, Douglas: “odontos”. Online Etymology Dictionary
  5. ^ Kroger, William S: Clinical and Experimental Hypnosis in Medicine, Dentistry, and Psychology, hlm. 314. Lippincott Williams & Wilkins, 2008
  6. ^ “The Effect Of Hypnotism On Behavior Control Of Children During Local Anesthetic Injection”, Indian Journal of Dental Sciences. March 2014, Issue:1, Vol.:6
  7. ^ a b Erickson, Milton H, Hershman, Seymour, Secter, Irving I: The Practical Application of Medical and Dental Hypnosis, hlm. 8. OTC Publishing Corp, 2005
  8. ^ a b Robertson, Donald: "Special Report: The Medical & Scientific Status of Hypnotherapy", http://www.ukhypnosis.com/, hlm. 8. 2005
  9. ^ Braid, James: Neurypnology, hlm. 4-9. 1843
  10. ^ Dubner, Ken & Goodman, Don: Pain Management with Hypnosis in Medicine and Dentistry, hlm. 5. American Hypnosis Association, 2009
  11. ^ a b Robertson, Donald: "Special Report: The Medical & Scientific Status of Hypnotherapy", http://www.ukhypnosis.com/, hlm. 1. 2005
  12. ^ Erickson, et al: hlm. 36-39.
  13. ^ Kroger: hlm. 313.
  14. ^ Rauch, Christian & Panek, Halina: “Hypnosis in Daily Dental Practice”, Reviews, hlm. 301–306. Dent. Med. Probl. 2008, 45,3
  15. ^ Berggren, Ulf: General and specific fears in referred and self-referred adult patients with extreme dental anxiety. Behav Res Ther. 1992;30(4):395-401
  16. ^ Iliades, Chris: “The Scariest Dental Procedures, Explained”, http://www.everydayhealth.com/
  17. ^ Little, James W: "Anxiety disorders: Dental implications", Dental Article Review & Testing, hlm. 562-567. Dec 31, 2002
  18. ^ a b Gow, Mike: "Hypnosis at Work", Dentistry Clinical, hlm. 30. Sep 18, 2008
  19. ^ a b Schmierer, Albrecht: "Chapter 9. Dental Care", http://www.drdgoodman.com/, Diarsipkan 2014-10-06 di Wayback Machine.University of Stuttgart
  20. ^ Al-Harasi, S, Ashley, PF, Moles, DR, Parekh, S, Walters, V: Hypnosis for Children Undergoing Dental Treatment (Review), hlm. 2. John Wiley & Sons, 2010
  21. ^ Al-Harasi, et al: hlm. 8.
  22. ^ Erickson, et al: hlm. 285-304.
  23. ^ Erickson, et al: hlm. 272-273.
  24. ^ Straubhaar J, Larose R, Davenport L: Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, hlm. 13. Update Seventh Edition. Thomson-Wadsworth, 2011
  25. ^ Straubhaar J, et al: hlm 57-58
  26. ^ De Abreu, B: The Importance of Oral Communication, http://www.ikeepsafe.org/educational-issues/the-importance-of-oral-communication/ Diarsipkan 2014-10-17 di Wayback Machine.
  27. ^ “The Gutenberg Parenthesis: Oral Tradition and Digital Technologies”, Comparative Media Studies Forum, MIT, 1 April 2010. http://web.mit.edu/comm-forum/forums/gutenberg_parenthesis.html Diarsipkan 2014-10-15 di Wayback Machine.