Gereja Ortodoks Suriah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 23 April 2013 19.01 oleh Toonyf (bicara | kontrib)

Gereja Ortodoks Syria di Antiokhia (Suriah: ܥ ܕ ܬ ܐ ܣ ܘ ܪ ܝ ܝ ܬ ܐ ܬ ܪ ܝ ܨ ܬ ܫ ܘ ܒ ܚ ܐ) adalah Gereja Ortodoks Oriental otosefalus berbasis di Mediterania Timur, dengan anggota tersebar di seluruh dunia. Ini mempraktikan hidup liturgi tertua dalam kekristenan, Liturgi Rasul Santo Petrus, menggunakan Syriac, dialek Aram diucapkan oleh Yesus Kristus dan para Rasul-Nya, sebagai bahasa resmi dan liturgi. Gereja ini dipimpin oleh Patriark Ortodoks Syria Antiokhia. Gereja Ortodoks Syria jejak sejarahnya ke salah satu komunitas Kristen yang pertama, dijelaskan dalam Kisah Para Rasul (Perjanjian Baru, Kisah Para Rasul 11:26) dan didirikan oleh Rasul Santo Petrus.

Gereja milik keluarga Ortodoks Oriental , yang telah menjadi tubuh gereja yang berbeda sejak Konsili Khalsedon pada tahun 451. Perbedaan yang tepat dalam teologi yang menyebabkan perpecahan, "muncul karena perbedaan dalam terminologi dan budaya dan dalam berbagai formula diadopsi oleh sekolah-sekolah teologi yang berbeda untuk mengekspresikan hal yang sama", menurut sebuah deklarasi bersama oleh kepala gereja Ortodoks Suriah, Patriarch Mar Ignatius Zakka I Iwas, dan Katolik Roma Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1984. Gereja Ortodoks Syria terus memimpin diskusi ekumenis melalui keanggotaannya dalam Dewan Gereja Dunia sejak tahun 1960, di mana Patriark Mor Ignatius Zakka I Iwas menjabat sebagai presiden, dan di Timur Council of Churches Tengah sejak tahun 1974.

Gereja memiliki dua puluh enam keuskupan agung dan sebelas vikariat di Minadanao patriarki. Pada tahun 1959, Patriarkat dipindahkan ke Damaskus, Suriah modern. Patriark Mar Ignatius Zakka I Iwas dinobatkan kepala gereja pada tanggal 14 September 1980, pada hari besar Salib. Ortodoks Suriah di seluruh dunia mengambil bagian dalam pesta perak perayaan patriarkat pada tahun 2005. [1]

Lahirnya Gereja Syria

Gereja Syria diawali dari Yerusalem yang terdiri dari para Rasul Yesus Kristus, para penginjil dan orang-orang Yahudi yang telah menjadi Kristen. Gereja ini kemudian berpindah ke kota Antiokhia, dan kemudian ke Urhoy (Eddesa) ditambah dengan orang-orang Aramia yang sudah bertobat dan bangsa-bangsa non-Yahudi yang lain. Gereja ini pertama kali didirikan di Antiokhia oleh Rasul Petrus,[2] pemimpin para rasul, yang dianggap sebagai Patriarkh pertama dari Tahta Suci Rasuliah Antiokhia. Rasul Petrus sendiri menunjuk Mar Awwad (St. Avodius) dan Mar Ignatius Sang Pencerah sebagai para pengganti beliau. Mereka kemudian menggantikan tugas rasulinya setelah Rasul Petrus mati shahid di kota Roma. Kemudian, kota Antiokhia tidak saja menjadi Gereja Kristen yang pertama, tertua dan paling terkenal, tetapi juga menjadi dasar dari Kekristenan. Di kota Antiokhia-lah saat itu para rasul Yesus Kristus disebut sebagai orang-orang Kristen.

Konsep Gereja Syria

Holy Mass being celebrated at St. Mark's Syrian Orthodox Monastery

Asas keimanan Gereja Orthodox Syria dapat diringkas sebagai berikut: Gereja ini percaya sepenuhnya akan Satu pribadi ganda Tuhan Yesus, dan satu sifat ganda yang terdiri dari dua sifat: yaitu ilahi dan manusiawi, yang tidak dapat bercampur, tak dapat dipisahkan dan tak berganti-ganti. Dengan kata lain, dua sifat (ilahi dan manusiawi) tergabung dalam satu sifat yang tanpa bercampur, tak terlebur dan tak berubah-ubah, tak berganti dan tak rancu. Batasan ini berlaku bagi semua sifat keilahian dan kemanusiaanNya. Berdasarkan definisi ini, keilahianNya menyatu dengan kemanusiaanNya, atau dengan tubuhNya, ketika Almasih disalibkan tidak pernah keilahianNya meninggalkan tubuhNya. Karena itu, salah besar dan sangat menyimpang dari iman Kristen yang universal bila orang mengatakan, “Kristus itu disalibkan tubuhNya saja.” Tetapi, sebaiknya dikatakan, “Firman Allah yang telah menjelma itu adalah Tuhan Yang Mahamulia yang telah disalibkan,” namun, kami mengatakan, “Ia telah menderita dan wafat dalam daging (dalam keadaannya sebagai manusia),” sebab keilahianNya tidak pernah tersentuh penderitaan dan kematiaan. Sebagai konsekuensinya, Maria adalah “Ibu dari Dia (Firman Allah yang telah menjelma) Yang Ilahi,” dan ungkapan “Engkau yang telah disalibkan bagi kami” adalah benar sebagaimana diucapkan dan diyakini dalam Trisagion, yang dialami oleh sifat kedua dariNya, yaitu Kristus. Asas iman inilah yang dipegang teguh oleh Gereja Syria Antiokhia dan Gereja Koptik Aleksandria yang telah menolak Konsili Kalsedonia dan dokumen Leo dari Roma (Buku besar yang disebut Surat Paus Leo), karena kami hanya mengakui dasar-dasar iman yang ditetapkan tiga konsili ekumenikal di Nicea tahun 325 Masehi, Konsili Konstantinopel tahun 381 Masehi dan Konsili Efesus 431 Masehi. “Orthodox” berarti “Iman Yang Benar” yang dikenal oleh umat Syrian, Koptik, Armenia dan Ethiopia. Gereja-gereja itulah yang disebut sebagai “sister Churches” (Gereja-gereja saudari mereka). Mereka bersama-sama telah mengalami berbagai penderitaan dan penganiayaan-penganiayaan yang kejam yang ditujukan kepada mereka oleh Kaisar Byzantium panganut Konsili Kalsedon tersebut.

Ibadah

Sembahyang

Pendeta Ortodoks Syria dan beberapa awam yang taat mengikuti rejimen tujuh doa sehari, sesuai dengan Mazmur 119 [3]. Menurut Tradisi Syriac, hari gerejawi dimulai saat matahari terbenam:

  • Malam atau Ramsho doa (Vesper)
  • Shalat malam atau shalat Sootoro (Compline)
  • Tengah malam atau Lilyo doa (Matins)
  • Pagi atau Saphro doa (Prime atau misa subuh, 06:00)
  • Jam Ketiga atau tloth sho `dalam doa (Terce, 09:00)
  • Jam keenam atau sheth sho `dalam doa (Sext, siang)
  • Jam Kesembilan atau tsha `sho'in doa (Nones, 15:00)

Liturgi

Misa, yang disebut Kudus Qurbono dalam bahasa Syriac Aram dan berarti 'Ekaristi', dirayakan pada hari Minggu dan acara-acara khusus. Ekaristi Kudus terdiri dari membaca Injil, Bacaan Alkitab, Doa, dan Lagu. Selama perayaan Ekaristi, imam dan diakon mengenakan jubah rumit yang unik untuk Gereja Ortodoks Syria. Di Mediterania Timur, India, Eropa, Amerika atau Australia, jubah yang sama yang dikenakan oleh semua ulama.

Selain pembacaan tertentu, semua doa yang dibawakan dalam bentuk nyanyian dan melodi. Ratusan melodi tetap dan ini yang diawetkan dalam buku yang dikenal sebagai Beth Gazo. Ini adalah referensi utama untuk musik gereja Ortodoks Suriah. [4]

Alkitab dalam tradisi Suriah

Gereja Ortodoks Suriah menggunakan Peshitta (Syria: sederhana, umum) sebagai Alkitabnya. Buku-buku Perjanjian Lama Alkitab ini diterjemahkan dari bahasa Yunani ke Suriah antara abad ke-1 akhir abad ke-3 Masehi awal. [5]

Perjanjian Lama dari Peshitta diterjemahkan dari bahasa Ibrani, mungkin di abad ke-2. Perjanjian Baru dari Peshitta, yang awalnya dikecualikan dan didiskusikan, telah menjadi standar pada awal abad ke-5, menggantikan dua versi

Liturgi Bahasa Arami

Bahasa yang digunakan oleh Yesus dan Kekristenan mula-mula adalah bahasa Aramic (Syriac). Orang Yahudi juga telah menulis beberapa bagian kitab suci dengan bahasa Aram, seperti dalam gulungan kitab dari Laut Mati. Gulungan kitab itu ditemukan pada tahun 1974 oleh Yang Mulia Mar Athanasius Yashu Samuel sebagai Uskup di Yerusalem (sekarang sebagai Uskup untuk Amerika Serikat dan Canada). Para murid Yesus, pengikut-Nya dan ibadah yang dilakukan memakai bahasa Aram. Sebab para penginjil yang memberitakan Injil di Anthiokhia yang berasal dari Yerusalem itu beribadah dalam bahasa Syria (Arami), maka sudah tentu bahasa Syria (Arami) itu menjadi bahasa Liturgi gereja Anthiokhia, dan gereja ini memakai liturgi dalam bahasa Syria (Arami) yang disusun oleh Rasul Yakobus, saudara Tuhan Yesus sekaligus sebagai uskup pertama di Yerusalem. Semua orang tahu bahwa gereja di Yeruselam menggunakan Liturgi Rasul Yakobus sampai berakhirnya ketujuh-belas uskup Syria yang pertama. Namun, ketika para duta dari Konstantinopel mulai merebut kepemimpinan gereja di Antiokhia, mereka menggantikan Liturgi Rasul Yakobus dengan Liturgi Basilius dari Kaisarea (379 Masehi) dan Liturgi John Chrysostom (407 Masehi), yang diterjemahkan dalam bahasa Arami. Tetapi, Liturgi Rasul Yakobus sendiri tetap ada di gereja Antiokhia. Itu sebabnya maka Liturgi Syria (Arami) disebut sebagai Liturgi Antiokhia. Dari Liturgi ini maka dapat dilacak kembali asal-muasal semua liturgi gereja. Gereja Antiokhia sangat bangga bahwa Liturgi mereka menggunakan bahasa Syria (Arami), yaitu bahasa yang telah dikuduskan oleh lidah suci Tuhan kita, dan yang dihormati oleh lidah Maria, IbuNya dan oleh para rasulNya yang kudus. Dalam bahasa inilah Rasul Matius menuliskan Injil, dan dalam bahasa inilah Injil diwartakan pertama kali di Yudea, Syria dan daerah-daerah sekitarnya.

Sejarah terhadap Kitab

Gereja Syria menjalankan peranan penting dalam bidang literatur Alkitab. Para sarjana mereka mengakar dalam lautan misteri Alkitab yang begitu luas dan tak terungkapkan. Merekalah yang pertama kali menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Syria (Arami), bahasa mereka sendiri. Kemudian, mereka melakukan pengkajian-pengkajian yang mendalam yang memperkaya perpustakaan-perpustakaan di Timur dan Barat dengan berjilid-jilid buku pelajaran dan tafsir Alkitab yang tak terhitung jumlahnya sekalipun malapetaka dan nasib buruk menimpa tanah kelahiran mereka, sehingga menyebabkan banyak kerugian karena Perang Dunia I, dan karena pemusnahan ribuan buku manuskrip kitab-kitab suci yang tak ternilai harganya itu oleh para musuh mereka. Setelah mereka mempelajari Alkitab dalam bahasa Arami mereka sendiri, maka mereka melakukan usaha-usaha tanpa lelah dengan menterjemahkan karya-karya tulis mereka itu ke dalam bahasa-bahasa lain. Maka sekitar tahun 404 Masehi, Malphan Daniel orang Syria serta Mesroph orang Armenia itu bekerja sama menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Armenia. Sarjana bahasa Arami yang berasal dari Arabia dari banu Thayy, Tanukh dan banu Aqula (Al-Kuufa) menterjemahkan Injil ke dalam bahasa Arab atas perintah Patriarkh Syria, Mar Yuhanna II, demi memenuhi permintaan Umair Ibnu Saad ibn Abi Waqqass Al-Anshari, raja di Jaziratul Arabia. Yuhanna bar Yawsef, seorang imam Syria dari kota Taphliss (selatan Rusia), menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Persia pada tahun 1221 Masehi. Pada dasawarsa pertama di abad ke-19, Raban Philipos orang Syria dari Malabar, India, telah menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Malayalam, bahasa yang dipakai di India Selatan. Pada abad lalu, abad ke-20, Chorepiscopus Mattay Konat orang Syria dari Malabar, telah menterjemahkan seluruh Perjanjian Baru kecuali kitab Wahyu, ke dalam bahasa Malabar.

Sejumlah besar manuskrip dari warisan gereja ini yang tak ternilai artinya masih tetap dilestarikan. Manuskrip-manuskrip itu termasuk yang tertua di dunia, khususnya yang dipindahkan dari perbendaharaan Biara Gereja Syria di Mesir dan kemudian dibawa ke perpustakaan-perpustakaan Vatican, London, Milan, Berlin, Paris, Oxford, Cambridge dan perpustakaan-perpustakaan lain. Beberapa di antara manuskrip-manuskrip itu ditulis pada abad kelima dan keenam Masehi. Kemudian versi Injil yang tertua adalah manuskrip Injil dalam bahasa Syria (Arami) yang ditulis oleh seorang rahib dari kota Eddesa (Urhoy atau Urfa), yaitu Ya’qub Al-Urfa, di Urhoy pada tahun 411 Masehi. Injil dalam bahasa Arami ini masih disimpan di British Museum. Dalam kaitan ini, Abuna Martin telah menghimpun 55 manuskrip Injil berbahasa Arami yang berasal dari abad kelima, keenam dan ketujuh Masehi, jumlah yang cukup besar bila dibandingkan dengan 22 manuskrip Injil dalam bahasa Latin dan hanya 10 buah manuskrip Injil dalam bahasa Yunani. Gereja Syria Orthodox sangat teguh dalam kecintaan mereka akan Alkitab sehingga mereka berusaha menuliskan dan menghiasi Alkitab itu seindah mungkin. Mereka menggunakan huruf kaligrafi Estrangela dan Serta Barat. Di antara manuskrip terbaik yang terkenal adalah Injil yang ditulis oleh Patriarkh Rabuula dari Urhoy (Eddesa atau Urfa) yang diselesaikannya pada tahun 586 Masehi.

Populasi global

Diperkirakan bahwa gereja memiliki sekitar 7.000.000 anggota termasuk sekitar 5.600.000 anggota di India. [6] Namun artikel tentang Gereja Yakobit Suriah daftar 1,2 juta dan artikel di St Thomas Kristen 1,750,000. Ada 680,000 anggota Syria Ortodoks di Suriah dan 5.000 di Turki, 2.000 di Israel (500 di Yerusalem dan Betlehem 1.500) (nomor di Irak tidak diketahui). Di Lebanon jumlah mereka sampai 50.000. Dalam diaspora, ada sekitar 80.000 anggota di Amerika Serikat, 80.000 di Swedia, 50.000 di Jerman, 15.000 di Belanda, dan ribuan anggota di Brazil, Swiss, dan Austria. [7]

A Syriac Orthodox church in Midyat, Turkey.

Orang-orang Kristen Syria telah membawa obor Injil pertama kali ke seluruh daerah Timur. Bangsa-bangsa di Timur telah dibimbing oleh terang Injil untuk mengenal Kristus, sehingga beribu-ribu orang dari berbagai bangsa dan negara, yaitu bangsa-bangsa Arab dari berbagai suku, bangsa Persia, Afghanistan, India dan China. Mereka telah mengambil bagian dalam mewartakan Injil kepada bangsa Armenia. Pada abad keenam, orang-orang Suryani itu telah membawa kepada penggembalaan Kristus sejumlah besar warga bangsa Ethiopia dan Nubia melalui jerih lelah Abuna Yulian, dan sejumlah 70 – 80 ribu orang dari Asia Kecil, Qarya, Phrygia, dan Lydia melalui jerih lelah Mar Yuhanna dari Amed, yaitu uskup termasyhur dari Efesus. Syria (Arami) adalah bahasa liturgi dari seluruh gereja Timur selain digunakan bahasa-bahasa berbagai asal kebangsaan mereka. Gereja Armenian, misalnya, selain memakai bahasa Syriac (Arami) sehingga karena menggunakan bahasa ini mereka telah dikucilkan (oleh Gereja-gereja Byzantium), mereka menulis bahasa Armenia mereka dalam aksara Syria (Arami), sampai akhirnya Meshrope, salah seorang dari sarjana mereka, bekerja sama dengan Malfan Daniel orang Syria itu, akhirnya ia menjadi penemu aksara Armenia.

Referensi

  1. ^ The Syriac Orthodox Church Today
  2. ^ " History of Christianity in Syria ", Catholic Encyclopedia
  3. ^ http://bible.cc/psalms/119-164.htm
  4. ^ Beth Gazo D-ne`motho http://sor.cua.edu/bethgazo
  5. ^ Brock, Sebastian P. The Bible in Syriac Bible. Kottayam: SEERI.
  6. ^ Gall, Timothy L. (ed). Worldmark Encyclopedia of Culture & Daily Life: Vol. 3 – Asia & Oceania. Cleveland, OH: Eastword Publications Development (1998); pg. 720–721.
  7. ^ Adherents.com

Pranala luar

Malankara Syriac Orthodox Church / Jacobite Syrian Church, AD 52
Media