Geografi Kota Padang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Geografi kota Padang)
Wilayah administratif kota Padang.

Secara geografi kota Padang terletak di pesisir pantai barat pulau Sumatra, dengan garis pantai sepanjang 84 km. Luas keseluruhan Kota Padang adalah 694,96 km², dan lebih dari 60% dari luas tersebut, sekitar ± 434,63 km² merupakan daerah perbukitan yang ditutupi hutan lindung, sementara selebihnya merupakan daerah efektif perkotaan. Sedangkan keadaan topografi kota ini bervariasi, 49,48% luas wilayah daratan Kota Padang berada pada wilayah kemiringan lebih dari 40% dan 23,57% berada pada wilayah kemiringan landai.

Wilayah daratan[sunting | sunting sumber]

Wilayah daratan kota Padang ketinggiannya sangat bervariasi, yaitu antara 0 m sampai 1.853 m di atas permukaan laut. Ketinggian wilayah Kota Padang berada antara 0–>1.000 meter dpl (di atas permukaan laut) membujur dari barat ke timur. Di bagian paling barat adalah wilayah pesisir dengan ketinggian 0 meter dpl dan di bagian timur adalah wilayah pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian >1.000 meter dpl. Wilayah ketinggian antara 0–25 meter dpl luasnya ± 22% dari total wilayah daratan sedangkan wilayah ketinggian >1.000 meter dpl luasnya ± 17%.

Hampir seluruh dataran (ketinggian 0-25 mdpl) dengan luas hampir 22% dari total luas Kota Padang, merupakan daerah terbangun (build-up area). Relatif di bagian selatan dan timur yang masih terbentang luas daerah belum terbangun. Di bagian selatan, khusus di Kecamatan Bungustelukkabung, umumnya masih merupakan daerah pertanian. Sedangkan di bagian timur di dominasi oleh kawasan hutan yang berada pada daerah perbukitan dengan kemiringan yang cukup curam. Wilayah timur ini terdiri dari beberapa kecamatan yaitu mulai utara ke selatan berturut-turut dari Kecamatan Kototengah, Pauh, Kuranji, dan Lubukkilangan.

Kota Padang dilalui oleh banyak aliran sungai besar maupun kecil yang terbagi dalam 6 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Air Dingin, DAS Air Timbalun, DAS Batang Arau, DAS Batang Kandis, DAS Batang Kuranji, dan DAS Sungai Pisang. Terdapat tidak kurang dari 23 aliran sungai yang mengalir di wilayah Kota Padang dengan total panjang mencapai 155,40 km (10 sungai besar dan 13 sungai kecil). Umumnya sungai-sungai besar dan kecil yang ada di wilayah Kota Padang ketinggiannya tidak jauh berbeda dengan tinggi permukaan laut. Kondisi ini mengakibatkan cukup banyak bagian wilayah Kota Padang yang rawan terhadap banjir atau genangan.

Panorama pelabuhan Muara pada sehiliran Batang Arau tempo dulu
Panorama pelabuhan Muara pada sehiliran Batang Arau tempo dulu

Wilayah perairan[sunting | sunting sumber]

Perairan Kota Padang merupakan bagian dari Samudra Hindia memiliki karakteristik tipe pasang surut campuran yang didominasi tipe ganda dimana pada daerah ini terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut dalam sehari. Tipe ini dipengaruhi oleh kondisi kedalaman perairan atau geomorfologi pantai setempat. Luas wilayah perairan Kota Padang sekitar 720 km², terdiri dari pantai sepanjang 84 km dan 19 pulau kecil. Pesisir pantai Kota Padang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu pesisir landai di Padang Sarai–Batang Arau dan Labuhan Tarok–Teluk Kabung; dan pesisir curam dan sempit di Batang Arau–Labuhan Tarok, Teluk Kabung–Sungai Pisang–Pantai Padang.

Pantai Kota Padang memanjang dari arah barat laut ke tenggara membentuk garis pantai yang relatif lurus, bagian Utara landai dan ke arah Selatan mempunyai gradasi perairan pantai yang curam. Kawasan Utara di daerah Padang Sarai garis isobath 15 m ditemui sampai 1 kilometer ke arah laut sedangkan di bagian Selatan di Pantai Air Manis sampai kawasan Pulau Sironjong kedalaman mencapai 20–50 meter. Kedalaman rata-rata perairan antara Kota Padang dengan pulau-pulau kecil mencapai 80 meter, sementara di luar jajaran pulau tersebut kedalaman mencapai 300 m. Kondisi perairan di sekitar pulau-pulau kecil berupa karang (fringing reef) sampai jarak 50 meter dari pantai dengan kedalam mencapai 3 meter, kemudian perairan berubah secara tajam dengan kedalaman mencapai 30–60 meter.

Iklim[sunting | sunting sumber]

Kota Padang
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
340
 
30
24
 
 
250
 
30
24
 
 
300
 
30
24
 
 
370
 
30
24
 
 
300
 
30
24
 
 
270
 
30
23
 
 
270
 
29
23
 
 
320
 
29
23
 
 
380
 
29
23
 
 
480
 
29
24
 
 
510
 
29
23
 
 
460
 
29
24
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: Weatherbase [1]

Suhu udara di Kota Padang cukup tinggi, yaitu antara 23 °C–32 °C pada siang hari dan 22 °C–28 °C pada malam hari, dengan kelembabannya berkisar antara 78%–81%. Untuk suhu di perairan relatif stabil sepanjang tahun berkisar antara 28 °C–29 °C, sedangkan pada kedalaman laut 7–10 meter suhu berkisar 25 °C. Begitu juga suhu perairan pulau-pulau kecil rata-rata mencapai 28 °C–30 °C.

Sementara kondisi iklim perairan pesisir Kota Padang juga dipengaruhi oleh Samudera Hindia yang dicirikan dengan adanya Angin Muson dan curah hujan yang tinggi sekitar 2.816,7–4.487,9 mm per tahun. Angin yang berembus didominasi oleh angin Barat, Barat Daya, Barat Laut dengan kecepatan 1,6–5,6 knot bahkan kadang-kadang mencapai 5–40 knot. Sedangkan arah angin dipengaruhi oleh angin musim maka arus permukaan di wilayah perairan Kota Padang sepanjang tahun mengalir ke arah Tenggara hingga Barat Daya (Musim Barat) dengan kekuatan arus antara 1–45 cm/detik. Kecepatan arus mencapai puncaknya bulan Desember. Sedangkan arus Musim Timur antara bulan April hingga Oktober, melemah dengan kekuatan antara 1 cm/detik hingga 36 m/detik. Pada bulan Juli arus mencapai kekuatan minimum antara 1 cm/detik hingga 5 cm/detik. Selain itu di perairan Kota Padang juga terjadi arus pantai yang diakibatkan oleh gelombang. Arus ini berpengaruh terhadap abrasi dan sedimentasi pantai, sehingga menjadikan tinggi gelombang laut yang terjadi berkisar antara 0,5–2,0 meter.

Potensi bencana alam[sunting | sunting sumber]

Gempa bumi[sunting | sunting sumber]

Kemungkinan gempa di Kota Padang umumnya berkaitan dengan gempa tektonik dan sebagian kecil gempa vulkanik. Kondisi ini menyebabkan Kota Padang menjadi kawasan rawan bencana dengan sumber gempa merusak.

Lokasi pusat-pusat gempa di perairan Kota Padang tersebar cukup merata, berada pada kawasan sepanjang jalur gempa mengikuti zona subduksi sepanjang 6.500 km di sebelah Barat Pulau Sumatra. Tumbukan Lempeng Samudera Hindia dan Lempeng Australia yang menyusup di bawah Lempeng Eurasia membentuk Zona Benioff, yang secara terus menerus aktif bergerak ke arah barat–timur yang merupakan zona bergempa dengan seismisitas cukup tinggi. Kebanyakan sumber-sumber gempa tersebut berada pada kedalaman 33 hingga 100 Km, dengan magnitude lebih besar dari 5 skala Richter. Gempa berkekuatan lebih besar dari 6,5 skala Richter di permukaan, berpeluang besar menyebabkan deformasi di daratan dan di dasar laut.

Zona tektonik aktif yang terbentuk dari penujaman lempeng di sebelah Barat Pulau Sumatra juga dapat dilihat dari adanya gunung api aktif yang muncul di sepanjang jalur patahan aktif di bagian sisi Barat Pulau Sumatra yang bergerak geser kanan (dextral strike slip fault). Jalur patahan Sumatra yang juga biasa disebut dengan Patahan Semangko sepanjang 1.650 Km, menyebabkan blok sebelah kiri pulau Sumatra bergerak ke Utara sedangkan yang di sebelah kanan bergerak ke Selatan serta melahirkan kepulauan busur dalam (inner island arc) seperti Pulau Nias, Mentawai, Enggano, Pisang dan sebagainya.

Sementara gempa vulkanik di Kota Padang disebabkan posisi Kota Padang yang berada di dekat 3 gunung api aktif, yaitu Gunung Talang, Marapi dan Tandikek.

Tsunami[sunting | sunting sumber]

Letak Kota Padang yang berada di Pantai Barat Sumatra, yang berbatasan langsung dengan laut terbuka (Samudera Hindia) dan zona tumbukan aktif dua lempeng menjadikan Padang salah-satu kota paling rawan bahaya gelombang Tsunami. Gempa tektonik sepanjang daerah subduksi dan adanya seismik aktif, dapat mengakibatkan gelombang yang luar biasa dahsyat. Pusat gempa, umumnya menunjukkan tipe sesar naik. Sumber patahan seperti ini jika mempunyai magnitude lebih besar dari atau sama dengan 7 Skala Richter sangat berpotensi sebagai pembangkit gelombang tsunami. Dari catatan sejarah bencana, gelombang tsunami pernah melanda Sumatera Barat pada 1797 dan 1833.

Banjir[sunting | sunting sumber]

Tingkat curah hujan kota Padang mencapai rata-rata 405,58 mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 17 hari per bulan. Tingginya curah hujan membuat kota ini cukup rawan terhadap banjir, dan pada November 1986 tercatat dalam rekor MURI sebagai kota dengan tingkat curah hujan yang tinggi yaitu 5.254 mm.[2]

Sementara pada tahun 1980 2/3 kawasan kota ini pernah terendam banjir karena saluran drainase kota yang bermuara terutama ke Batang Arau tidak mampu lagi menampung limpahan air tersebut.[3], Daerah ini juga sering mengalami longsor di sertai banjir bandang setelah hujan lebat yang melanda kawasan pegunungan.[4]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Weatherbase: Weather for Padang, Indonesia". Weatherbase. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-20. Diakses tanggal 2012-06-28.  Retrieved on 23 November 2011.
  2. ^ Sarwono, Aylawati (2009). Rekor-rekor Muri. Elex Media Komputindo,. hlm. 34. ISBN 979-27-4180-1. 
  3. ^ Tempo. 10. Badan Usaha Jaya Press Jajasan Jaya Raya. 1980. 
  4. ^ Pelly, Dandi Arianto; et al. (2013). Banjir Bandang di DAS Batang Kuranji Kec. Kuranji Kota Padang. e-proceeding. http://artikel.dikti.go.id. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]