Gen reporter

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sebuah gambaran bagaimana gen reporter dapat menjadi suatu marka.

Gen reporter adalah gen yang digunakan sebagai indikator untuk membedakan organisme yang berhasil ditransformasi, dapat juga digunakan sebagai indikator keberhasilan kloning.[1] Gen reporter memiliki peran dalam berbagai penelitian biologi dan dapat memberikan evaluasi kualitatif maupun kuantitatif dari aktivitas suatu gen [1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Penggunaan gen reporter untuk sel mamalia pertama kali digunakan pada tahun 1982.[2] Pada penelitian tersebut digunakan vektor plasmid yang berisi gen pengkode enzim bakteri β-galaktosidase untuk mempelajari regulasi gen eukariot.[2]

Syarat[sunting | sunting sumber]

Syarat suatu gen untuk dipilih menjadi gen reporter, yaitu harus menunjukkan fenotipe yang tidak ditunjukkan inang pada umumnya.[3] Fenotipe yang ditunjukkan juga harus mudah dideteksi.[3] Cara analisis gen ini dapat dilakukan dengan cara melihat ekspresi dan delesi dari gen tersebut.[3] Gen ini juga tidak boleh menimbulkan sifat toksik bagi inangnya.[2]

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan tujuan investigasi[sunting | sunting sumber]

Biasanya akan dibentuk 2 tipe konstruksi gen, yaitu fusi gen dan fusi protein.[2] Fusi gen adalah penyisipan gen reporter ke sekuens umum yang mengatur ekspresi gen reporter tersebut.[2] Fusi protein berarti penyisipan gen penyandi pada suatu sekuens sehingga dapat dihasilkan protein ''chimeric'' yang berperan sebagai reporter.[2] Kedua tipe konstruksi ini tetap berbasis penyandian gen reporter.[2] Yang membedakan keduanya adalah tipe ekspresi gen yang diukur.[2]

Contoh[sunting | sunting sumber]

Contoh gen reporter adalah gfp, lacZ, dan cat.[4] Mekanisme kerja dari gen lacZ adalah menghasilkan enzim β-galaktosidase, yang akan memecah laktosa dan X-gal.[4] Koloni yang memecah X-gal akan berwarna biru, sehingga gen ini dapat digunakan untuk seleksi biru putih.[4] Gen cat mengkodekan enzim Chloramphenicol Acetyl Transferase (CAT).[5] Deteksi dapat dilakukan dengan memberikan substrat berupa chloramphenicol yang terikat fluorophore.[5] Bila koloni tersebut dapat memecah substrat, akan timbul pendaran dari fluorophore yang terlepas.[5]

Aplikasi[sunting | sunting sumber]

Salah satu contoh aplikasi gen reporter adalah dalam pembuatan plasmid vektor kloning pGEM-T.[6] Vektor pGEM-T memiliki promotor RNA polymerase T7 dan SP6.[6] Plasmid ini juga memiliki daerah multiple cloning site di antara gen penyandi peptida α dari enzim β-galaktosidase, sehingga dapat dilaksanakan seleksi biru putih untuk indikator keberhasilan kloning.[6] Pada bagian 3’ ada deoksitimidin yang membantu ligasi dari produk PCR dengan ujung 3’ deoksiadenosin yang akan ditambahkan saat amplifikasi dengan PCR oleh enzim Taq DNA polymerase.[6] Vektor ini digunakan karena dapat memudahkan seleksi sel yang berhasil dikloning atau tidak dengan seleksi biru putih.[7]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Anson DS. 2007. Reporter Genes: A Practical Guide. Totowa: Humana.
  2. ^ a b c d e f g h Makrides SC. 2003. Gene Transfer and Expression in Mammalian Cells. Danver: Elsevier.
  3. ^ a b c Brown TA. 2013. Gene Cloning and DNA Analysis: An Introduction. Hoboken: John Wiley & Sons.
  4. ^ a b c Müller-Hill B, Oehler S. 2013. The Lac Operon: A Short History of a Genetic Paradigm. Berlin: Walter De Gruyter.
  5. ^ a b c Acton QA. 2013. Luminescent Proteins—Advances in Research and Application. Atlanta: ScholarlyEditions.
  6. ^ a b c d Rampal JB. 2007. Microarrays. Totowa: Humana.
  7. ^ Fayyaz P. 2008. Effects of Salt Stress on Ecophysiological and Molecular Characteristics of Populus Euphratica Oliv., Populus X Canescens (Aiton) Sm. and Arabidopsis Thaliana L. Gottingen: Cuvillier.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]