Gempa bumi Lisboa 1755

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 04.28 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 39 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q191055)
Ukiran tembaga 1755 ini menunjukkan reruntuhan Lisbon dalam kebakaran dan tsunami yang menghempas perahu-perahu di pelabuhan.

Gempa Lisbon 1755, juga dikenal Gempa Besar Lisbon, terjadi pada 1 November 1755 pukul 9:40 pada pagl hari. Gempa tersebut diikuti oleh tsunami dan kebakaran, yang menyebabkan kerusakan mendekati total di Lisbon dan area sekitarnya. Ahli Geologis saat ini memperkirakan gempa Lisbon mencapai magnitudo 9 Skala Richter, dengan episentrum di Samudra Atlantik sekitar 200 km (120 mi) barat barat daya Tanjung St. Vincent. Diperkirakan total kematian antara 60.000 hingga 100.000 orang, yang menyebabkan gempa ini menjadi salah satu gempa paling merusak dalam sejarah.

Gempa tersebut menekankan ketegangan politik di Portugal dan sangat mengganggu ambisi kolonial abad kedelapan belas. Kejadian itu secara luas dibahas dan diminati oleh filsuf Pencerahan Eropa, dan mengispirasikan pengembangan utama dalam teodice dan dalam filosofi luhur. Pertama kali gempa dipelajari secara ilmiah terhadap dampakanya hingga area yang luas, hal ini membawa kelahiran seismologi modern.

Gempa

Reruntuhan Biara Carmo, yang rusak dalam gempa Lisbon.

Gempa mengguncang pada pagi 1 November, hari libur Katolik Hari Semua Orang Kudus. Laporan saat itu menyatakan bahwa gempa yang berlangsung antara tiga setengah hingga enam menit, menyebabkan rekahan besar selebar lima meter yang muncul di tengah kota. Orang yang selamat segera bergegas menuju ke dermaga untuk menyelamatkan diri dan ketika tampak air mulai menyusut, disebutkan di lantai samudra terdapat sampah kargo dan kapal tua. Sekitar empat puluh menit setelah gempa, tsunami besar menghantam pelabuhan dan masuk ke kota melalui sungai Tagus. Gempa itu disusul lebih dari dua gelombang. Di area yang tidak terkena tsunami, kebakaran hebat terjadi tiba-tiba, dan api membakar selama tiga hari.

Lisbon bukanlah satu-satunya kota di Portugal yang terkena bencana. Sepanjang bagian selatan kota, khususnya Algarve, kerusakan merajalela. Gelombang tiba-tiba dari gempa menjalar hingga seluruh Eropa sejauh Finlandia dan Afrika Utara. Tsunami setinggi 20 meter menyapu pantai Afrika Utara, dan menghantam Martinique dan Barbados yang menyebrangi Atlantik. Tsunami tiga meter menghantam pantai Inggris bagian selatan. Galway, pantai barat Irlandia, juga terkena, menyebabkan kerusakan parsial "Spanish Arch".

Perkiraan episentrum Gempa Lisbon 1755.

Populasi Lisbon adalah 275.000, sebanyak 90.000 tewas. 10.000 lainnya kehilangan tempat tinggal di Maroko.

Delapan puluh lima persen bangunan di Lisbon hancur, termasuk istana terkenal dan perpustakaan, seperti kebanyakan contoh perbedaan arsitektur Manueline abad ke-16 Portugal. Beberapa bangunan yang rusak ringan akibat gempa hancur akibat kebakaran yang merajalela. Gedung Opera baru, (Gedung Phoenix) yang dibuka hanya enam bulan sebelum, terrbakar rata dengan tanah. Istana Kerajaan Ribeira, yang berdiri disamping sungai Tagus di alun-alun modern modern Terreiro do Paço, hancur oleh gempa dan tsunami. Di dalam perpustakaan raja volume 70.000 sebanyak ratusan karya seni, seperti lukisan oleh Titian, Rubens, dan Correggio, hilang. Arsip raja hilang bersamaan dengan detail catatan eksplorasi bersejarah oleh Vasco da Gama dan navigator awal lain. Gempa juga menghancurkan gereja-gereja besar di Lisbon, seperti Katedral Lisbon, Basilika São Paulo, Santa Catarina, São Vicente de Fora, dan Gereja Misericordia. Rumah Sakit Kerajaan Semua Orang Kudus (rumah sakit publik terbesar saat itu) di alun-alun Rossio terlalap kebakaran dan ratusan pasien terbakar hingga tewas. Makam pahlawan nasional Nuno Álvares Pereira juga hilang. Pengunjung yang pergi ke Lisbon masih dapat mengunjungi reruntuhan Carmo Convent, yang dipelihara untuk mengenag kehancuran Lisbon.

Dikatakan bahwa banyak binatang yang merasakan bahaya dan menyelamatkan diri ke dataran yang lebih tinggi sebelum tsunami menerjang. Gempa Lisbon adalah dokumentasi pertama yang melaporkan fenomena di Eropa.

Usaha pembangunan dan rekonstruksi

Renruntuhan Lisbon. Orang yang selamat hidup di tenda pinggiran kota setelah gempa bumi, seperti yang ditinjukkan dalam ukiran Jerman 1755 yang fantastis ini.
Detail dari atas: Eksekusi akibat gempa Lisbon. Sedikitnya 34 perampok digantung akibat kekacauan bencana. Sebagai peringatan terhadap perampokan, Raja Joseph I dari Portugal memerintahkan agar tiang gantungan dibangun beberapa bagian kota.

Keluarga kerajaan terbebaskan dari siksaan bencana; Raja Joseph I dari Portugal dan keluarganya meninggalkan kota setelah menghadiri massa saat matahari terbit, karena putrinya ingin menghabiskan liburan jauh dari Lisbon. Setelah bencana, Joseph I membangun ketakutan hidup di dalam dinding, dan keluarganya diakomodasikan dalam kompleks tenda dan paviliun luas di bukit Ajuda, dan juga di tepi Lisbon. Claustrofobia raja tidak pernah hilang, dan hanya setelah kematian Joseph bahwa putrinya Maria I dari Portugal mulai membangun Istana Ajuda kerajaan, yang masih berdiri pada lokasi tenda pengungsian. Seperti raja, Perdana Mentri Sebastião de Melo (Marquis dari Pombal) terselamatkan dari gempa bumi. Laporan mengatakan "Sekarang? Kubur yang mati, dan rawat yang masih hidup,", dia mengatur poengorganisasian usaha pembangunan dan rehabilitasi.Pemadam kebakaran dikirimkan untuk memadamkan amukan api, dan tim pekerja dan warga biasa berkelompok untuk memindahkan ribuan mayat sebelum penyakit menyebar. Bertentangan dari kebiasaan dan terhadap berbagai keinginan Gereja, banyak mayat dimasukkan ke dalam tongkang dan dikubur di laut di luar mulut Tagus. Untuk mencegah kekacauan di kota yang hancur, Tentara Portugis disebarkan dan tiang gantungan dibangun pada titik yang tinggi di sekitar kota untuk menakut-nakuti perampok; sedikitnya 34 orang dieksekusi di depan umum. Tentara tersebut mencegah banyak warga sehat dari pelarian, yang menekan mereka dalam kerja rekonstruksi dan pembangunan.

Raja dan perdana mentri meluncurkan usaha pembangunan ulang kota, merekrut arsitek, insinyur dan memerintahkan untuk bekerja keras. Kurang dari setahun, kota bebas dari puing-puing. Ketekunan menjadikan kota menjadi baru dan sempurna, raja mengawasi konstruksi alun-alun besar, jalan lurus, jalan luas dan gang lebar — motto baru Lisbon. Ketika Marquis dari Pombal ditanyai tentang kebutuhan tentang gang lebar, dia mengatakan memiliki jawaban: "suatu hari jalan-jalan itu akan lebih kecil."

Bangunan Pombaline adalah konstruksi yang tahan secara seismik pertama di dunia. Model kayu kecil dibangun untuk percobaan, dan gempa disimulasikan dengan pasukan berbaris di sekitarnya. Pusat keramaian "baru" Lisbon, yang saat ini dikenal sebagai Pusat Keramaian Pombaline (Baixa Pombalina), adalah salah satu pusat atraksi terkenal di kota. Bagian kota di Portugal yang lain, seperti Vila Real de Santo António di Algarve, juga dibangun ulang menurut prinsip Pombaline.

Dampak pada masyarakat dan filosofi

Voltaire.

Gempa bumi memiliki efek berkepanjangan pada kehidupan masyarakat dan intelegensi. Gempa bumi terjadi pada hari libur penting Katolik dan menghancurkan hampir setiap gereja penting di kota, menyebabkan ketakutan dan ketertarikan antar masyarakat dari nagara dan kota Katolik yang tulus dan setia, yang awalnya merupakan pelindung utama Gereja. Teologs dan filsuf memfokuskan dan mempertimbangkan pada penyebab dan pesan keagamaan, melihat gempa bumi sebagai manifestasi kemarahan Tuhan.

Gempa bumi dan kehancurannya sangat mempengruhi intelegensi Zaman Pencerahan Eropa. Catatan filsuf-penulis Voltaire menggunakan gempa dalam Candide dan dalam Poème sur le désastre de Lisbonne ("Puisi bencana Lisbon") miliknya. Candide Voltaire menyerang dugaan bahwa semua yang terbaik dalam ini, "terbaik dari semua kemungkinan dunia", dunia diawasi ketat oleh dewa yang baik. Bencana Lisbon menunjukkan pusat contoh sehat. Seperti tulisan Theodor Adorno, "gempa bumi Lisbon cukup memulihkan Voltaire dari teodice Leibniz" (Dialektis Negatif 361). Dalam abad ke-20 kemudian, mengikuti Adorno, gempa bumi 1755 kadang dibandingkan dengan Holocaust seperti bencana yang mengubah kebudayaan dan filosofi Eropa. Jean-Jacques Rousseau juga terpengaruh oleh kehancuran akibat gempa bumi, kekejamannya yang dipercayainya meliputi terlalu banyak orang yang hidup dekat dengan kota. Rousseau menggunakan gempa bumi sebagai argumen terhadap kota sebagai bagian keinginannya terhadap jalan kehidupan yang lebih alami.

Immanuel Kant.

Kosep luhur, meskipun muncul sebelum 1755, dikembangkan dalam filosofi dan diangkat menjadi arti lebih penting oleh Immanuel Kant, dalam bagian sebagai hasil usahanya untuk memahami kekejaman gempa dan tsunami Lisbon. Kant menerbitkan tiga teks terpisah untuk gempa bumi Lisbon. Kant muda, yang terpesona oleh gempa bumi, mengumpulkan semuan informasi yang tersedia untuknya dalam pamflet berita, dan menggunakannya untuk merumuskan teori penyebab gempa bumi. Teori Kant, yang melibatkan pergeseran gua besar bawah tanah yang terisi gas panas, merupakan (meskipun akhirnya salah) satu dari usaha sistematis modern pertama yang menjelaskan gempa bumi dengan sebab kedudukan alam daripada supernatural. Menurut Walter Benjamin, buku awal Kant pada gempa bumi "kemungkinan menunjukkan awal geografi ilmiah di Jerman. Dan tentunya awal sismologi."

Werner Hamacher mamiliki klaim bahwa konsukweansi gempa bumi diperluas dalam kosa kata filosofi, menjadikan metafora umum pengelompokkan "dasar" untuk kegoyahan dan ketidakpastian argumen filsuf: "Dibawah kesan yang digunakan untuk gempa Lisbon, yang menyentuh pikiran Eropa dalam suatu jangka waktu yang lebih sensitif, metafora dasar dan ringan sepenuhnya kehilangan kenyataan benarnya; yang tidak lagi menggambarkan percakapan" (263). Klaim Hamacher bahwa kepastian fondasional filosofi Descartes mulai menggoyahkan terkait gempa bumi Lisbon.

Gempa bumi memiliki dampak penting dalam politik Portugis. Perdana mentri merupakan kebanggaan raja, namun aristokrasi meremehkannya sebagai putra orang kaya dari alun-alun kota (meskipun Perdana Mentri Sebastião de Melo saat ini dikenal sebagai Marquis dari Pombal, jabatan yang hanya digunakan tahun 1770, lima belas tahun setelah gempa bumi). Perdana mentri pada masanya membenci kaum tua kaya, yang ia anggap korupsi dan tidak mampu dalam tindakan praktis. Sebelum 1 November 1755 terdapat perjuangan konstan terhadap kekuasaan dan kebaikan raja, namun tanggapan kompeten Marquis dari Pombal secara efektif memotong kuasa fraksi aristokratis tua. Namun, oposisi diam dan kemarahan Raja Joseph I mulai muncul, yang akan memuncak dalam percobaan pembantaian raja, dan eliminasi kekuasaan Adipati Aveiro dan keluarga Távora.

Perkembangan seismologi

Tanggapan perdana mentri tidak dibatasi dengan praktikalitas rekonstruksi. Dia mengelompokkan pertanyaan-pertanyaan untuk dikirimkan ke semua Paroki provinsi untuk menangani gempa bumi dan dampaknya. Pertanyaan-pertanyaannya meliputi:

  • berapa lama gempa terjadi?
  • berapa banyak guncangan terasa?
  • apa macam-macam dampak yang disebabkan?
  • apakah binatang berperilaku aneh? (pertanyaan ini penelitian antisipasi oleh seismolog China modern tahun 1960an)
  • apa yang terjadi dalam saluran air dan sumur?

Jawaban untuk ini dan pertanyaan lain masih tersimpan di Torre do Tombo, penyimpanan sejarah nasional. Penelitian dan referensi silang akun imam, ilmuwan modern mampu merekonstruksi peristiwa dari prespektif ilmiah. Tanpa desain pertanyaan oleh Marquis dari Pombal, ini hampir tidak mungkin. Karena marquis merupakan yang pertama menguji deskripsi ilmiah objektif dari bidang penyebab dan konsukwensi gempa bumi, dia dihormati sebagai tanda ilmuwan seismologi modern.

Penyebab geologi gempa bumi ini dan aktivitas seismik di wilayah itu berlanjut menajdi perbincangan dan debat oleh ilmuwan kontemporer.

Lihat pula

Referensi

  • Benjamin, Walter. "The Lisbon Earthquake." In Selected Writings vol. 2. Belknap, 1999. ISBN 0-674-94586-7. The often abstruse critic Benjamin gave a series of radio broadcasts for children in the early 1930s; this one, from 1931, discusses the Lisbon earthquake and summarizes some of its impact on European thought.
  • Braun, Theodore E. D., and John B. Radner, eds. The Lisbon Earthquake of 1755: Representations and Reactions (SVEC 2005:02). Oxford: Voltaire Foundation, 2005. ISBN 0-7294-0857-4. Recent scholarly essays on the earthquake and its representations in art, with a focus on Voltaire. (In English and French.)
  • Brooks, Charles B.. Disaster at Lisbon: The Great Earthquake of 1755. Long Beach: Shangton Longley Press, 1994. (No apparent ISBN.) A narrative history.
  • Chase, J. "The Great Earthquake At Lisbon (1755)". Colliers Magazine, 1920.
  • Dynes, Russell Rowe. "The dialogue between Voltaire and Rousseau on the Lisbon earthquake: The emergence of a social science view." University of Delaware, Disaster Research Center, 1999.
  • Fonseca, J. D.. 1755, O Terramoto de Lisboa, The Lisbon Earthquake. Argumentum, Lisbon, 2004.
  • Hamacher, Werner. "The Quaking of Presentation." In Premises: Essays on Philosophy and Literature from Kant to Celan, pp. 261–293. Stanford University Press, 1999. ISBN 0-8047-3620-0.
  • Kendrick, T.D.. The Lisbon Earthquake. Philadelphia and New York: J. B. Lippincott, 1957.
  • Neiman, Susan. Evil in Modern Thought: An Alternative History of Modern Philosophy. Princeton University Press, 2002. This book centers on philosophical reaction to the earthquake, arguing that the earthquake was responsible for modern conceptions of evil.
  • Ray, Gene. "Reading the Lisbon Earthquake: Adorno, Lyotard, and the Contemporary Sublime." Yale Journal of Criticism 17.1 (2004): pp. 1–18.
  • Seco e Pinto, P.S. (Editor). Earthquake Geotechnical Engineering: Proceedings of the Second International Conference, Lisbon, Portugal, 21–25 June, 1999. ISBN 90-5809-116-3
  • Weinrich, Harald. "Literaturgeschichte eines Weltereignisses: Das Erdbeben von Lissabon." In Literatur für Leser, pp. 64–76. Stuttgart: Kohlhammer, 1971. ISBN 3-17-087225-7. In German. Cited by Hamacher as a broad survey of philosophical and literary reactions to the Lisbon earthquake.

Pranala luar

36°N 11°W / 36°N 11°W / 36; -11


Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link GA