Elizabeth Bowes-Lyon

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 2 April 2013 15.26 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 41 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q10633)
Elizabeth Bowes-Lyon
Ibu Suri; sebelumnya Sri Ratu
Berkas:Queen elizabethqm.jpg
Foto oleh Cecil Beaton, 1948
Periode11 Desember 19366 Februari 1952
Penobatan12 Mei 1937
Pemakaman9 April 2002
WangsaDinasti Windsor
Nama lengkap
Elizabeth Angela Marguerite Windsor
AyahClaude, Earl of Strathmore
IbuCecilia, Countess of Strathmore
PasanganGeorge VI
AnakElizabeth II
Margaret, Countess of Snowdon

Elizabeth Angela Marguerite Bowes-Lyon (4 Agustus 1900 – 30 Maret 2002), adalah Ratu dari George VI Raja Britania Raya dari 1936 sampai kematian George VI pada 1952. Setelah kematian suaminya, ia dikenal sebagai Ratu Elizabeth, Ibu Suri, untuk menghindarkan kebingungan dengan anandanya Ratu Elizabeth II. Sebelum suaminya naik takhta, dari 1923 sampai 1936, ia dikenal sebagai Duchess of York.

Elizabeth adalah Ratu Irlandia dan Ratu India yang terakhir. Sebagai istri raja, Elizabeth terkenal karena perannya dalam memberikan dukungan moril kepada rakyat Inggris selama Perang Dunia II, sehingga Adolf Hitler menggambarkannya sebagai "perempuan paling berbahaya di Eropa."[1] Pada tahun-tahun terakhirnya, ia adalah anggota Keluarga Kerajaan Britania Raya yang tetap populer, sementara anggota-anggota lainnya banyak tidak disukai masyarakat.

Masa kecil

Berkas:Queen mum.jpg
Detail "The Duchess of York" oleh Philip de László, 1925

Elizabeth Bowes-Lyon adalah anak perempuan keempat dan anak ke-9 dari 10 anak dari Claude George Bowes-Lyon, Lord Glamis, (belakangan Earl of Strathmore and Kinghorne ke-14), dan istrinya, Cecilia Nina Cavendish-Bentinck. Tempat kelahirannya tetap tidak diketahui dengan pasti, namun konon ia dilahirkan di rumah orangtuanya di London di Belgrave Mansions, Grosvenor Gardens, atau di sebuah ambulans yang sedang membawa ibunya ke rumah sakit.[2] Kelahirannya didaftarkan di Hitchin, Hertfordshire,[3] dekat rumah pedesaan keluarga Strathmore St. Paul's Walden Bury, dan ia dibaptiskan di sana pada 23 September 1900, di sebuah gereja setempat. Masa kecilnya banyak dilewatinya di St. Paul's Walden dan di Kastil Glamis, rumah nenek moyang Earl ini di Glamis, Angus, Skotlandia.

Pada hari ulangtahunnya yang ke-14, Britania menyatakan perang terhadap Jerman (lihat Perang Dunia I). Abangnya, Fergus, seorang perwira di Resimen Black Watch, terbunuh dalam pertempuran di Loos, Perancis pada 1915. Seorang abangnya yang lain, Michael, dilaporkan hilang dalam pertempuran pada Mei 1917. Namun demikian, sesungguhnya ia ditangkap setelah terluka dan tetap mendekam di sebuah kamp tahanan perang hingga perang berakhir. Glamis berubah menjadi rumah perawatan untuk para serdadu yang terluka, dan Elizabeth ikut membantu mengelolanya. Salah seorang serdadu yang dirawatnya menulis dalam buku otografnya bahwa ia akan "Digantung, ditarik, dan ... ditahan ... digantung dengan intan permata, ditarik dalam sebuah kereta, dan ... ditahan di rumah terbaik di negeri ini."[4]

Menikah dengan Pangeran Albert

Ketika Pangeran Albert, atau yang biasa dipanggil "Bertie" oleh keluarganya, anak kedua dari George V dan yang belakangan dikenal sebagai George VI, melamar Elizabeth pada 1921, ia menolaknya karena "takut bahwa ia tidak akan pernah lagi bebas berpikir, berbicara dan bertindak seperti yang saya rasa harus saya lakukan."[5] Ketika Albert memutuskan bahwa ia tidak akan menikahi orang lain, ibunya, Ratu Mary, berkunjung ke Glamis untuk melihat sendiri gadis yang telah mencuri hati anaknya. Mary menjadi yakin bahwa Elizabeth adalah "gadis satu-satunya yang dapat membuat Bertie bahagia", tetapi meskipun demikian ia tetap menolak ikut campur.[6] Ada yang mengatakan bahwa Elizabeth bermaksud menikahi abang dari Bertie, yaitu Edward. Bahkan koran-koran menyebarkan gosip bahwa mereka telah bertunangan, namun para sejarahwan menyimpulkan bahwa ini semata-mata hanyalah laporan yang keliru.[7] Kebebasan Albert dalam memilih Putri Elizabeth, seorang rakyat jelata, sebagai istrinya adalah sangat tidak lazim karena warga kerajaan diharapkan menikah dengan bangsawan yang lainnya. Dikatakan pada waktu itu bahwa pernikahan Albert dengan seorang rakyat jelata dianggap sebagai sebuah sikap modernisasi secara politik.[8]

Akhirnya, Elizabeth bersedia menikah dengan Bertie, meskipun ia ragu-ragu mengenai kehidupan di lingkungan kerajaan.[9] Mereka menikah pada 26 April 1923, di Westminster Abbey. Elizabeth meletakkan karangan bunganya di Makam Pahlawan Tak Dikenal dalam perjalanannya ke Abbey, sebuah sikap yang sejak itu ditiru oleh setiap pengantin kerajaan, meskipun mereka memilih untuk melakukannya dalam perjalanan kembali dari altar dan bukan menuju ke altar. Elizabeth kemudian dikenal sebagai Yang Mulia The Duchess of York. Mereka berbulan madu di Polesden Lacey, sebuah rumah mewah di Surrey, dan kemudian pergi ke Skotlandia.[10]

Pada 1926 pasangan ini memperoleh anak pertama mereka, Elizabeth, yang kelak menjadi Ratu Elizabeth II. Seorang anak perempuan lainnya, Margaret Rose, dilahirkan empat tahun kemudian.

Ratu, istri Raja George VI (1936-1952)

Penobatan dan pengunduran diri Edward VIII; naik takhtanya George VI

Pada 20 Januari 1936, Raja George V meninggal dunia dan takhtanya diwariskan kepada abang Albert, Pangeran Wales, yang menjadi Raja Edward VIII. George dan Mary berterus-terang tentang keragu-raguan mereka tentang anak sulung mereka. Bahkan George telah menyatakan keinginannya, "Saya memohon kepada Tuhan agar anak sulung saya tidak akan pernah menikah dan tak ada suatupun yang menghalangi antara Bertie dan Lilibet dan takhta."[11]

Seolah-olah memenuhi keinginan orangtuanya, Edward memaksakan suatu krisis konstitusional dengan memaksakan pernikahannya dengan seorang janda cerai Amerika Wallis Simpson. Meskipun secara hukum Edward dapat menikahi Ny. Simpson dan tetap bertahan sebagai raja, menteri-menterinya menasihatinya bahwa rakyat tidak akan pernah menerima Ny. Simpson sebagai ratu dan, bila ia tetap bersikeras maka mereka harus turun takhta. Hal ini akan membawa Raja ke dalam pemilihan umum dan dengan demikian merusakkan statusnya sebagai seorang raja yang konstitusional dan secara politik netral. Karena itu, Edward turun takhta dan menyerahkannya kepada Albert, yang tidak mempunyai keinginan untuk menjadi raja dan mempunyai sedikit sekali persiapan untuk peranan itu (meskipun orangtuanya sesungguhnya mengharapkan dia). Namun demikian, Albert menjadi raja dan mengambil nama George VI. Ia dan Elizabeth dimahkotai sebagai Raja George VI dan Ratu dari Kerajaan Britania Raya dan Irlandia Utara dan Raja dan Ratu India (hingga 1947) pada 12 Mei , 1937.[12]

Ketika bekas raja dan istrinya diangkat menjadi Duke dan Duchess of Windsor, Elizabeth mendukung keputusan George VI untuk tidak memberikan gelar “Yang Mulia” kepada Simpson.[13] Ia belakangan dikutip menyebut sang Duchess sebagai "perempuan itu ".[14]

Tur Kerajaan ke Kanada dan Amerika Serikat pada 1939

di AS pada 8 Juni 1939.]]

Pada Juni 1939, Elizabeth dan suaminya menjadi Raja dan Ratu pertama yang sedang berkuasa yang berkunjung ke Kanada dan Amerika Serikat. Bagian dari kunjungannya ke Kanada sangat panjang, dari pantai ke pantai lalu kembali lagi — mereka juga sebentar berbelok ke Amerika Serikat, mengunjungi keluarga Roosevelt di Gedung Putih dan di tempat kediaman mereka di Lembah Hudson River. Pasangan kerajaan ini diterima oleh masyarakat Kanada dan AS dengan sangat antusias, dan sebagian besar menghapuskan sisa-sisa perasaan bahwa George dan Elizabeth adalah pengganti yang kurang layak bagi Edward yang karismatis. Elizabeth berkata kepada Mackenzie King, Perdana Menteri Kanada, "bahwa tur ini membentuk [citra] kami,"[15] dan ia sering kembali berkunjung baik dalam kunjungan resmi maupun pribadi.

Referensi

  1. ^ The Churchill Centre
  2. ^ Alison Weir, Britain’s Royal Families: The Complete Genealogy, Edisi revisi (Pimlico, London, 1996) p.330
  3. ^ Civil Registration Indexes: Births, General Register Office, England and Wales. Jul-Sep 1900 Hitchin, vol. 3a, p. 667
  4. ^ Judy Wade, The Sunday Express, 9 October 2005
  5. ^ John Ezard, The Guardian (Manchester), 1 April 2002 hlm. 18
  6. ^ Mabell Ogilvy, Countess of Airlie, Thatched with Gold (Hutchinson, London, 1962) hlm. 167
  7. ^ Sarah Bradford The Reluctant King: The Life and Reign of George VI (St. Martin's, New York, 1989), hlm. 104-5
  8. ^ Antonia Fraser, The Lives of the Kings and Queens of England hlm. 350
  9. ^ Elizabeth Longford, The Queen Mother (Weidenfeld & Nicolson, 1981) hlm. 23
  10. ^ Patrick Howarth, George VI (Century Hutchinson, 1987) hlm. 37-38
  11. ^ Philip Ziegler, King Edward VIII: The Official Biography (London: Collins, 1990) hlm. 199.
  12. ^ Di mahkotanya terdapat intan Koh-i-Noor dan dibuat sangat mirip dengan mahkota Ratu Mary, yang mahkotanya dibawa ke Garrard's dengan "maksud mempersiapkan rancangan untuk mahkota yang baru untuk Sri Ratu " (Lihat British Royal Family website, "HM Queen Elizabeth the Queen Mother: Crown"). Lengkungan di mahkota itu dapat dilepaskan. Hal ini digunakan pada 1953 ketika Ratu Elizabeth tidak menggunakan lengkungannya pada penobatan anak perempuannya.
  13. ^ Surat dari George VI kepada Winston Churchill yang isinya menyatakan bahwa keluarganya setuju dengan pendapatnya, dikutip oleh Howarth, hlm. 143
  14. ^ Majalah Life, 17 Maret 1941, dikutip oleh Howarth, hlm. 130
  15. ^ Sarah Bradford, hlm. 281

Templat:Link FA Templat:Link FA