Elisabeth Gruyters

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 25 Mei 2011 15.21 oleh Kenrick95Bot (bicara | kontrib) (Bot: Penggantian teks otomatis (-jaman +zaman))

Maria Elisabeth Gruyters atau yang lebih akrab dipanggil Elisabeth Gruyters (1 November 1789 – 26 Juni 1864) adalah pendiri Kongregasi Suster-Suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus atau di Indonesia biasa dikenal dengan Kongresasi CB. Kongresasi ini didirikan tanggal 29 April 1837 di Maastrich, Belanda. Santo Carolus Borromeus adalah pelindung Kongregasi Susuter-Suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus dan pelindung sekolah Tarakanita. Awalnya ada 10 suster CB yang diutus dari Belanda ke Indonesia. Perjalanan menghabiskan waktu 107 hari melewati darat maupun laut. Apalagi waktu itu sedang terjadi Perang Dunia II, sehingga banyak ranjau. Sesampainya di Indonesia, juga harus mempelajari bahasa, makanan, cuaca, kebudayaan sambil melayani orang yang membutuhkan. Pelayanan pun terus berlanjut hingga sekarang. Selain di Indonesia, suster CB juga melayani di Amerika, Afrika, Belanda, Belgia, Brasil, Norwegia, Filipina, Vietnam, Timor Leste, dan masih banyak lagi. Di bidang pendidikan, Suster CB mengelola Yayasan Tarakanita (Playgroup, TK, SD, SMP, SMA, dan SMK) dan Yayasan Pendidikan Tinggi Tarakanita yang ada di berbagai tempat. Selain itu Suster CB juga berkarya dalam bidang kesehatan, sosial, dan pastoral. Ayahnya yang bernama Nicolaas Gruyters merupakan seorang bendahara puri di Leut.

Pada tahun 1821 Elisabeth berangkat ke Maastricht, di mana ia bertahun-tahun bekerja sebagai pengurus rumah tangga pada keluarga Nijpels. Dalam catatan pribadi yang ia tinggalkan, ia menuliskan kerinduannya agar diterima dalam sebuah biara. Begitu tinggal Maastricht kerinduan ini makin bertambah besar. Pada waktu itu kota Maastricht menderita akibat penindasan Perancis. Biara-biara ditutup, Gereja dilarang mengadakan ibadat. Banyak biarawan dan biarawati pada menghilang. Kota Maastricht sungguh miskin akibat penindasan dan perampokan yang berkepanjangan. Tentara sangat berkuasa, penduduk sangat miskin serta berkekurangan. Elisabeth tersentuh hatinya melihat penderitaan lahir dan batin yang dialami penduduk. Kerinduannya untuk diterima dalam biara pelan-pelan berubah menjadi berharapan agar di kota Maastricht ini didirikan sebuah biara di mana Tuhan akan diabdi secara tulus dan ikhlas.Catatan-catatan yang ditulis oleh Elisabeth Gruyters pada tahun-tahun terakhir hidupnya mengandung banyak data mengenai berdirinya Kongregasi. Catatan itu sekaligus merupakan kisah panggilan pribadi dan perkembangan hidup rohaninya. Pada peringatan 150 tahun berdirinya Kongregasi pada tahun 1987, catatan-catatan itu kemudian dituliskan dalam bentuk buku yang berjudul "Elisabeth Gruyters, Pendiri sebuah Tarekat".Karena kebutuhan untuk mengadakan pendekatan atas naskah asli sesuai dengan zaman, maka Kongregasi meminta kepada Institut Titus Brandsma di Nijmegen untuk mempelajarinya. Hasilnya sungguh mengagumkan. Ternyata Elisabeth Gruyters termasuk dalam deretan para mistik. Sebagaimana terungkap dalam buku yang berjudul "Mistik Elisabeth Gruyters: Aku berdiri di tengah jalan, sangat tercengang" (1987).Salah satu karya beliau bersama suster yang lain disana antara lain adalah pelayanan bagi mereka yang sakit di Rumah Sakit Calvariberg, Maastricht. [1]

Pada tanggal 1 Maret 2006, Kongregasi telah memiliki sekitar 700 anggota yang berkarya di Amerika, Belgia, Denmark, Indonesia, Belanda, Norwegia, Tanzania dan Timor Leste. [2]

Referensi