Dongzhi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Festival Dōngzhì atau Festival Titik Balik Matahari Musim Dingin (harafiah: Tibanya Musim Dingin) adalah salah satu festival paling penting yang dirayakan masyarakat Tionghoa dan bangsa Asia Timur lainnya pada saat panjang hari paling pendek dalam setahun atau sekitar tanggal 22 Desember.

Bulan ke-12 penanggalan Imlek dinamakan la-yue dan sembahyang khusus pada bulan itu disebut la-jiuntuk menghormati dewa pertanian Shennong. Kucing dan harimau juga dianggap membantu mengamankan pertanian: kucing menangkap tikus dan harimau memangsa babi hutan yang merupakan hama pertanian. Setelah sembahyang, masyarakat melanjutkan festival dengan perjamuan makan besar-besaran. Sekarang ini la-ji tidak lagi dilakukan, sebagai gantinya diadakan sembahyang Dongzhi pada tanggal 22 Desember. Pada masa Dinasti Zhou, orang-orang saling memberi selamat karena telah berhasil melewati musim dingin yang paling dingin dan sinar matahari menguat kembali[1]

Asal mula festival ini dapat ditelusuri dari filosofi Yin dan Yang, keseimbangan dan keharmonisan kosmos. Setelah titik balik matahari, panjang hari akan semakin memanjang sehingga semakin banyak energi positif yang mengalir masuk. Filosofi ini disimbolkan oleh fù (復, "Kembali") dalam Ba Gua I-Ching.

Nama dan Pelaksanaan[sunting | sunting sumber]

Dongzhi (Hanzi: 冬至; hanyu pinyin: Dōngzhì; bopomofo: ㄉㄨㄥ ㄓ) juga disebut dalam logat Hokkian sebagai Tang-chì. Juga disebut Tang-cheh atau Tang-coeh (冬節). Bangsa Jepang menyebutnya Tōji (とうじ), Korea Dongji (동지), Vietnam Đông Chí (冬至), Indonesia Tang-cek. Festival ini di Indonesia juga disebut Hari Wedang Ronde.

Pada saat perayaang Dongzhi, matahari berada pada posisi 23,5° Lintang Selatan dan bergerak menuju utara.[1] Itulah sebabnya hari pelaksaan Dongzhi (menurut observasi langit) sedikit berebeda setiap tahunnya. Pada tahun 2010 terjadi pada tanggal 22 Desember, tahun 2011 pada tanggal 22 Desember, dan tahun 2013 pada tanggal 21 Desember. Dongzhi biasanya jatuh pada tanggal 21 bila tahun tersebut berada di bawah pengaruh shio Tikus, Naga, dan Monyet.[1]

Pelaksaan Tradisional[sunting | sunting sumber]

Dongzhi merupakan salah festival dimana seluruh anggota keluarga berkumpul bersama. Biasanya, terutama oleh masyarakat China yang tinggal di bagian selatan dan di seberang laut, mereka makan tangyuan (湯圓) atau sejenis kue berbentuk bola yang terbuat dari tepung ketan, terkadang diberi pewarna merah. Setiap anggota keluarga setidaknya menerima satu butir Tangyuan berukuran besar dan beberapa berukuran kecil, disajikan bersama kuah manis yang terkadang dicampur arak atau bunga jiuniang.

Menurut tradisi kuno, orang-orang dari marga atau suku yang sama akan berkumpul pada kuil leluhur mereka masing-masing untuk bersembahyang. Selanjutnya akan diadakan perjamuan makan yang besar setelah upacara sembahyang selesai. Makanan yang dimakan selama festival juga menjadi pengingat bahwa saat itu tahun sudah tua dan diharapkan akan lebih baik pada tahun yang baru.

Di Taiwan[sunting | sunting sumber]

Masyarakat Taiwan menganggap Festival Dongzhi sangat penting. Mereka makan tangyuan dan bersembahyang kepada leluhur. Berdasarkan sejarah kuno, banyak orang yang mengambil sebagian tangyuan persembahan kemudian meletakkannya di pintu atau jendela serta kursi dan meja. Dipercaya bahwa tangyuan yang telah diberkati akan menjadi jimat pelindung dari makhluk jahat yang hendak mengganggu anak-anak. Kebiasaan yang unik adalah mereka mempersembahkan kue sembilan lapis sebagai persembahan kepada leluhur. Kue tersebut terbuat dari tepung ketan yang dibentuk menyerupai ayam, bebek, kura-kura, babi, sapi, atau domba, kemudian dikukus dalam panci. Selain itu mereka juga mengonsumsi makanan obat, karena bagi mereka musim dingin adalah waktu dimana aktivitas fisik harus dikurangi dan makanan bergizi harus dikonsumsi supaya tubuh tetap sehat. Praktik tersebut berasal dari pengamatan bahwa beberapa binatang melakukan hibernasi selama musim dingin. Makanan berlemak dan berdaging lebih diutamakan supaya tubuh tetap hangat.

Karena Dongzhi adalah musim dingin paling ekstrem, masyarakat Taiwan menganggapnya sebagai hari paling baik mengonsumsi makanan obat, karena metabolisme tubuh melambat sehingga pencernaan menjadi lebih sempurna. Beberapa makanan obat yang biasa dikonsumsi adalah rebusan daging domba dan bebek jahe. Makanan lain seperti ayam, babi, abalon juga sering dikonsumsi sebagai makanan obat, dicampur dengan herbal seperti gingseng, tanduk rusa, dan sejenis jamur obat.[2]

Di Indonesia[sunting | sunting sumber]

Masyarakat China di Indonesia biasa menyajikan wedang ronde pada hari perayaan Dongzhi. Selesai sembahyang, keluarga akan membakar kertas sembahyang dan menyulut petasan. Kemudian tempat-tempat yang dianggap dihuni roh pelindung ditempeli satu atau dua butir ronde (pintu utama, daun jendela, pembaringan, sumur, lemari, meja dan kursi) sambil berdoa supaya anak-cucu dilimpahi berkah dan perlindungan.[1]

Cerita Rakyat[sunting | sunting sumber]

Pada sauatu hari Kaisar sedang meninjau pembangunan kerajaan. Ia melihat begitu bagus bangunan itu, semua orang terlibat dalam pembangunan dan sangat cakap pengerjaannya. Maka ia memberikan Mandornya dengan sebutan seorang ahli. Mendengar kaisar memberikan gelar kepada dia, maka temannya yang lain juga memohon kepada kaisar katanya: ” Yang mulia, semua bahan dari kayu di buat oleh kami. Kami betul – betul ahli dalam hal ini “ ” Benar, aku akan memberi julukan ahli untuk kalian semua. ” Kata yang kaisar. ” Semua susunan batu di sini dibuat oleh kami, tukang batu. Kami betul – betul ahli yang mulia. ” Kata tukang batu. Maka Kaisar juga memberikan gelar seorang ahli kepada mereka, kejadian itu berlangsung terus menerus. tukang cat, tukang besi, tukang timah dan tukang emas, dll. Hingga akhirnya di dapur terdengar kabar itu. Wanita yang memasak di dapur juga meminta gelar kepada kaisar, tetapi sewaktu ia meminta gelar itu. Ia di tertawakan oleh tukang batu, tukang, kayu, dan yang lainnya. ” Yang mulia, memasak bukanlah keahlian khusus. Jika tukang masak diberi julukan ahli, gelar tersebut tidak akan berharga lagi. ” Kata mereka. Mereka yang mendapatkan gelar menjadi bangga dan menjadi lebih semangat bekerja. Hari menjelang sore, para pekerja hendak ke dapur untuk makan. Sesampainya di sana di lihatnya tidak ada makanan sedikitpun. ” Karena memasak bukan keahlian khusus, masaklah sendiri ” Kata wanita juru masak itu, tiba – tiba muncul di hadapan mereka. Mereka tidak pernah memasak, hanya bahan – bahan yang masih mentah tersedia di sana. Salah seorang dari mereka melaporkan kejadian ini kepada kaisar. Akhirnya Kaisar memanggil mereka semua. Karena dengan adanya kalian yang menyiapkan makanan bagi yang lain, orang – orang yang lain dapat bekerja. Aku akan memberikan gelar yang lebih tinggi dari mereka yaitu Gelar Ahli yang Hebat. Masalah mereka pun selesai wanita juru masak juga mendapatkan gelar. Ia menjadi bersemangat kembali . ” Besok adalah Dong Zhi, kami akan memasak bola – bola tepung ketan, kue kering, gorengan, bubur kacang merah untuk kalian semua. ” Kata juru masak. Sejak saat itu, makanan – makanan ini selalu disiapkan oleh penduduk selatan selama Dong Zhi. cerita rakyat dong zhi[pranala nonaktif permanen]

Legenda yang Berkaitan[sunting | sunting sumber]

Zhang Zhongjing[sunting | sunting sumber]

Di China Utara, masyarakat biasanya makan sejenis pangsit pada saat perayaan Dongzhi. Kebiasaan tersebut berasal dari Zhang Zhongjing dari Dinasti Han. Pada suatu musim dingin yang membekukan, ia melihat orang-orang miskin gatal-gatal di telinga mereka akibat sangat kedinginan. dia merasa bersimpati kemudian menyuruh murid-muridnya membuat pangsit yang diisi daging domba kemudian membagi-bagikan kepada mereka, supaya mereka tetap hangat dan telinga merak tidak lagi menderita. semenjak saat itu, pangsit tersebut dibentuk menyerupai telinga, Zhang menamakannya "qùhán jiāoěr tāng" (祛寒嬌耳湯) atau sup pangsit yang menghilangkan dingin. Semenjak saat itu, telah menjadi tradisi untuk makan pangsit pada hari perayaan Dongzhi.

Tabib dan Ibunya[sunting | sunting sumber]

Pada zaman dahulu ada seorang pemuda yang menjadi tabib. Suatu hari di hutan, karena suatu kesalahan, ia terkena racun tanaman yang membuat kedua matanya menjadi buta. Seseorang menemukannya dan membawanya pulang ke rumah. Ibunya yang sudah tua begitu kasihan melihat kondisi puteranya itu, sehingga saat puteranya tidur, ia mencongkel kedua matanya sebagai pengganti mata anaknya yang buta. Tabib itu terkejut melihat apa yang dilakukan oleh ibunya. Dikatakan bahwa ia kemudian membuat tangyuan kemudian memasukkan ke dalam rongga mata ibunya, dan secara ajaib ibunya dapat melihat kembali.[3]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d Bidang Litbang PTITD/Matrisia Jawa Tengah. 2007. Pengetahuan Umum tentang Tridharma. Semarang: Penerbit Benih Bersemi.
  2. ^ Joseph Yeh. 23 Desemeber 2008. Diunduh= 9 Desember 2012. Winter Solstice Diarsipkan 2012-08-26 di Wayback Machine.. Penerbit=Taiwan Culture Portal
  3. ^ fransiskasharing. Unduh=11 Maret 2013. Chinese Culture: Tradisi Tang Cie (Onde atau Ronde)

Pranala luar[sunting | sunting sumber]