Diet hipertensi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Diet hipertensi adalah diet bagi penderita hipertensi yang ditujukan untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal. Selain itu diet hipertensi juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko hipertensi lainnya seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak (kolesterol) dan asam urat dalam darah. Penderita hipertensi yang memiliki tekanan darah lebih dari 160/gram mmHg, selain memerlukan pemberian obat-obatan anti hipertensi juga memerlukan terapi dietetik dan perubahan gaya hidup.

Penurunan massa badan[sunting | sunting sumber]

Hasil berbagai studi menunjukkan bahwa obesitas atau kelebihan massa badan merupakan salah satu faktor risiko yang penting pada hipertensi. Kegemukan atau obesitas mempunyai peran dalam meningkatkan kejadian hipertensi tiga kali lebih besar dibanding yang normal.[1] Penurunan massa badan berkaitan dengan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik, terlebih lagi jika dikombinasikan dengan diet rendah garam. Oleh karena itu semua pasien hipertensi wajib disarankan untuk menjaga massa badan pada atau mendekati massa badan yang optimal. Hipertensi pada pasien dengan kelebihan massa badan dapat dicegah melalui penurunan massa badan. Selain itu penurunan massa badan dapat mendukung upaya penurunan dosis obat yang pada akhirnya dapat mendukung penghentian penggunaan obat pada terapi farmakologi (obat).[2]

Diet DASH[sunting | sunting sumber]

Vegetarian diketahui mempunyai tekanan darah yang lebih rendah. Selain penurunan berat badan, metode diet DASH juga dapat membantu penurunan tekanan darah sistolik maupun diastolik. Diet DASH adalah singkatan dari Dietary Approach To Stop Hypertension yang dikembangkan oleh dokter Logeril berdasarkan penelitian terhadap pengaturan menu berdasarkan hasil penelitian terhadap pola makan penduduk Mediterania. Metode diet DASH menyarankan peningkatan konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan masing-masing empat sampai lima porsi per hari, serat (tujuh atau delapan porsi per hari), produk susu rendah lemak (dua atau tiga porsi per hari). Selain itu juga perlu ditingkatkan konsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, produk unggas dan telur. Diet DASH menganjurkan pengurangan konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, kolesterol, daging merah, minuman yang manis dan mengandung gula, dan garam. Diet DASH menganjurkan konsumsi makanan yang kaya akan kalium, magnesium, kalsium dan serat serta menganjurkan pengurangan konsumsi makanan yang mengandung lemak total, lemak jenuh dan kolesterol.[2] Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 – 175 mEq/hari) dapat memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu, pemberian kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat dan rendah natrium. Pada umumnya dapat dipakai ukuran sedang (50 gram) dari apel (159 mg kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg kalium), pisang (451 mg kalium) kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg kalium). Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan mengobati hipertensi: 2-3 gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat memenuhi kebutuhan kalsium 250 mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari rata-rata 808 mg.[3]

Pengaturan makanan[sunting | sunting sumber]

Pengaturan makanan bagi penderita hipertensi sangat dianjurkan dan bertujuan untuk menghindari atau membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung.

Pembatasan konsumsi alkohol[sunting | sunting sumber]

Hubungan antara asupan alkohol yang tinggi dan peningkatan tekanan darah telah dibuktikan dalam berbagai penelitian. Peningkatan konsumsi alkohol dapat menyebabkan resistensi terhadap terapi antihipertensi. Sebaliknya penurunan konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah pada pria hipertensi yang merupakan peminum alkohol berat. Asupan alkohol (etanol) sebaiknya tidak lebih dari 20 sampai dengan 30 g/hari pada pria dan 10 sampai dengan 20 g/hari pada wanita.[2]

Pembatasan asupan garam[sunting | sunting sumber]

Penurunan asupan garam 5mg/hr (85 mmol/hr) dapat mencegah hipertensi, memudahkan pengendalian tekanan darah pada pasien yang sedang dalam pengobatan dan dapat mencegah kejadian kardiovaskuler pada pasien yang kelebihan berat badan. Pengurangan asupan garam baik secara tunggal maupun dikombinasikan dengan penurunan berat badan dapat menurunkan kejadian hipertensi sekitar 20%.[2] Untuk mengurangi asupan garam, pasien hipertensi sebaiknya mengkonsumsi makanan yang rendah garam dan membatasi garam yang ditambahkan pada saat memasak.

Garam yang dimaksud di sini tidak hanya garam dapur tetapi semua garam (natrium) yang terkandung dalam makanan awetan atau olahan. Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan umumnya berupa ikatan seperti: Natrium Chlorida atau garam dapur,Mono-Natrium Glutamat atau vetsin, Natrium Bikarbonat atau soda kue, Natrium Benzoat untuk mengawetkan buah, Natrium Bisulfit atau senyawa yang digunakan untuk mengawetkan daging seperti Corned beef.

Untuk memperbaiki rasa tawar akibat pengurangan garam dapat dilakukan dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan juga dapat ditumis untuk memperbaiki rasa. Sebaiknya penambahan garam dilakukan saat di atas meja makan untuk menghindari penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.[3]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ [1], Tatiana R. 2011 Gaya Hidup dan Pola Konsumsi Penderita Hipertensi Karyawan Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon.
  2. ^ a b c d Mancia G, Backer GD, Anna D. 2007 Guidelines for the management of arterial hypertension. Eur Heart J. 2007;28:1462-1536
  3. ^ a b [2], Diet Bagi Penderita Hipertensi