Delta Dunia Makmur

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


PT Delta Dunia Makmur Tbk
Sebelumnya
PT Daeyu Poleko Indonesia (1990 - 2001)
PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk (2001 - 2005)
PT Delta Dunia Petroindo Tbk (2005 - 2008)
PT Delta Dunia Property Tbk (2008 - 2009)
Perusahaan publik
Kode emitenIDX: DOID
IndustriPertambangan
Didirikan26 November 1990; 33 tahun lalu (1990-11-26)
Kantor
pusat
Jakarta, Indonesia
Wilayah operasi
Indonesia dan Australia
Tokoh
kunci
Ronald Sutardja[1]
(Direktur Utama)
Hamid Awaluddin[2]
(Komisaris Utama)
JasaKontraktor penambangan batu bara
PendapatanUS$ 911 juta (2021)[3]
US$ 2 juta (2021)[3]
Total asetUS$ 1,636 milyar (2021)[3]
Total ekuitasUS$ 266 juta (2021)[3]
PemilikNorthstar Tambang Persada Ltd (37,86%)
Thio Andrianto (5,34%)
Karyawan
14.218 (2021)[3]
Anak
usaha
PT Banyubiru Sakti
PT Bukit Makmur Mandiri Utama
PT Pulau Mutiara Persada
Situs webwww.deltadunia.com

PT Delta Dunia Makmur Tbk (atau disingkat Delta Dunia saja) adalah sebuah perusahaan publik di Indonesia (IDX: DOID) yang bergerak sebagai perusahaan investasi, terutama di anak usahanya yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan batu bara. Berkantor pusat di Pacific Century Place, Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Jakarta,[4] perusahaan ini telah beberapa kali mengganti nama dan bidang usaha yang digelutinya.

Manajemen[sunting | sunting sumber]

  • Komisaris Utama/Independen: Hamid Awaluddin
  • Komisaris Independen: Nurdin Zainal
  • Komisaris Independen: Peter John Chambers
  • Komisaris: Ashish Gupta
  • Komisaris: Sunata Tjiterosampurno[5]
  • Direktur Utama: Ronald Sutardja
  • Direktur: Una Lindasari
  • Direktur: Ariani Vidya Sofjan[6]

Kepemilikan[sunting | sunting sumber]

  • Northstar Tambang Persada Pte. Ltd.: 37,86%
  • Publik: 62,14%[7]

Anak usaha[sunting | sunting sumber]

  • PT Bukit Makmur Mandiri Utama
    • BUMA Australia Pty. Ltd.
  • PT Banyubiru Sakti
  • PT Pulau Mutiara Persada[4]

PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) merupakan anak usaha utama perusahaan. BUMA menjalankan kegiatan usaha yang terstruktur dan terintegrasi dan mencakup seluruh spektrum produksi pertambangan, mulai dari survei tambang, perencanaan tambang, pengupasan lapisan tanah, hingga reklamasi dan rehabilitasi lahan. BUMA beroperasi dengan didukung oleh lebih dari 14.000 tenaga kerja dan 2.900 mesin dan alat tambang. Pelanggannya seperti Berau Coal Energy, Adaro Indonesia, Bayan Resources, dan BHP Mitsubishi Alliance yang tersebar di Indonesia dan Australia.[4]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Perusahaan garmen[sunting | sunting sumber]

Perusahaan didirikan dengan nama PT Daeyu Poleko Indonesia pada 26 November 1990 dan mulai beroperasi di tahun 1992.[4] Mulanya, perusahaan ini merupakan produsen garmen yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat, hasil patungan dari Poleko Group (perusahaan milik keluarga Baramuli)[8] dan Daeyu, sebuah perusahaan garmen asal Korea Selatan.[9] Perusahaan yang dibangun dengan investasi US$ 2 miliar ini memiliki status penanaman modal asing[10] dengan produk utamanya adalah garmen seperti sweater[11] yang 90%-nya diekspor.[12] Daeyu pada 1995 memiliki 28,6% saham di Daeyu Poleko,[13] yang kemudian menjadi 36,45% pada 1996.[14] Pada tanggal 14 Mei 1998, status penanaman modal asing diganti menjadi penanaman modal dalam negeri.[10]

Tiga tahun kemudian, di tanggal 15 Juni 2001, perusahaan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dengan melepas 72 juta sahamnya, yang ditawarkan dengan harga Rp 150. Pada tahun tersebut, perusahaan telah berganti nama menjadi PT Daeyu Orchid Indonesia.[15] Daeyu Orchid kemudian memiliki anak usaha bernama PT Orchid Beautiful Garment Indonesia[16] yang sebelumnya juga dimiliki oleh Poleko Group.[17] Anggota keluarga Baramuli juga sempat masih tercatat dalam kepemimpinan perusahaan.[18] Belakangan, di bulan Maret 2003, anak usaha Daeyu Orchid, PT Orchid Beautiful dilepas.[16] Kemudian, pada rights issue pada Juli-Agustus 2004,[15] masuklah pemodal baru, yaitu PT Dipankara Abadi dalam transaksi senilai Rp 56,5 miliar ini. Kemudian, 77,32% dana hasil rights issue digunakan bagi akuisisi PT Delta Merlin Sandang Tekstil[19] yang berbasis di Jl. Raya Solo-Sragen, Sragen, Jawa Tengah. Delta Merlin sendiri merupakan perusahaan yang telah beroperasi sejak 2001 dan awalnya dimiliki oleh Sumitro, pendiri Duniatex.[20] Pada saat yang sama, juga dilakukan pemindahan kantor pusat dari Jakarta ke Sragen, sesuai kantor pusat anak usahanya.[16] Inilah proses yang bisa dibilang sebagai backdoor listing pertama yang melibatkan perusahaan ini.

Pada tanggal 12 Oktober 2005, nama perusahaan diganti lagi menjadi PT Delta Dunia Petroindo Tbk,[21] yang diiringi perluasan usaha ke bidang perindustrian, perdagangan, pertambangan, pengangkutan darat dan jasa dari sebelumnya hanya produksi garmen/tekstil,[22] walaupun usaha utamanya sebenarnya masih pada bidang tersebut. Perusahaan mencatatkan laba bersih Rp 1,7 miliar dan aset Rp 1,2 triliun pada 2005,[23] dan laba bersihnya kemudian naik menjadi Rp 2,23 miliar pada 2006.[10] Kepemilikan saham perusahaan ini pada 2006 dikuasai oleh PT Texta Indonesia (81,94%), sisanya publik. Diperkirakan, masih ada hubungan pengendalian antara Duniatex dan perusahaan ini.[24] Pada tahun 2006, kepemilikan saham Delta Dunia Petroindo di anak usaha utamanya, PT Delta Merlin, terdilusi menjadi 76,31%, dan belakangan lenyap pasca dilepas seluruhnya di tanggal 26 Desember 2007 kepada PT Delta Dunia Textile yang dimiliki Duniatex.[20]

Perusahaan properti[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2008, PT Delta Dunia Petroindo Tbk memutuskan banting setir ke bisnis properti dengan mengakuisisi PT Margamas Griya Realty, PT Nusamakmur Ciptasarana dan PT Sanurhasta Mitra sebanyak 99%,[16] yang beroperasi di Bali, Surabaya dan Balikpapan. Nama perusahaan kemudian diubah lagi ke PT Delta Dunia Property Tbk di tanggal 5 Agustus 2008, dengan kantor pusatnya kini kembali ke Jakarta.[16][25] Namun, kepemilikan perusahaan tetap berada di tangan PT Texta Indonesia pada akhir 2008. Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), kemudian masuklah nama Benny Wirawansa dalam jajaran komisaris.[26] Ia dianggap merupakan tokoh utama dalam perusahaan ini.[27]

Pada tahun 2009, komposisi kepemilikan perusahaan kembali mengalami perubahan, menjadi Benny 26,09%, Edy Suwarno sebanyak 7,52% dan PT Texta Indonesia sebanyak 49,02%, yang kemudian ketiganya mengalihkan kepemilikannya ke Lion Trust, Amicorp Trustees dan Credence Trust di tanggal 10 September 2009. Belakangan, tiga pemegang saham tersebut, dengan kepemilikan 88,36% perusahaan ini kemudian melepas seluruh sahamnya kepada Northstar Tambang Persada Pte. Ltd. dan sisanya ke publik/pembeli lain (di bawah 5%) dalam transaksi senilai Rp 8,264 triliun. Northstar membeli sekitar 40% saham dengan harga US$ 350 juta.[28][29] Northstar adalah perusahaan yang dikomandoi oleh Patrick Walujo. Sebelum transaksi penjualan ke Northstar dilakukan, manajemen sebenarnya sudah menargetkan akan terjun ke bisnis batu bara lewat rencana akuisisi 3 perusahaan kontraktor batu bara. Namun, akhirnya hanya PT Bukit Makmur Mandiri Utama yang berniat diakuisisi, dengan total transaksi Rp 5,5 triliun.[30] Rupanya, Bukit Makmur sejak 2008 sudah dikuasai oleh Patrick Walujo juga setelah diakuisisinya dari Jimmy Budiarto.[31] Maka, kemudian diakuisisilah perusahaan itu, yang berarti menjadikan perusahaan ini dijadikan alat backdoor listing untuk yang ketiga kalinya, yang transaksinya selesai pada 6 November 2009.[32]

Perusahaan batu bara[sunting | sunting sumber]

Bukit Makmur Mandiri Utama merupakan perusahaan kontraktor tambang terbesar kedua yang melayani sejumlah perusahaan tambang besar sejak didirikan pada 1998. Perusahaan yang kemudian Patrick Walujo juga duduk dalam dewan komisarisnya ini,[33] sebelumnya sejak 16 Oktober 2009 telah mengganti namanya dari PT Delta Dunia Property Tbk menjadi PT Delta Dunia Makmur Tbk. Fokus bisnis utama perusahaan kemudian juga menjadi pertambangan, perdagangan dan pembangunan.[4] Kemudian, Delta Dunia Makmur melakukan divestasi terhadap seluruh anak usahanya yang bergerak di bidang properti pada tahun 2010.[34] Pasca terjun ke bisnis batu bara, tercatat pendapatan perusahaan naik dari Rp 2,7 triliun dari Rp 661 miliar dan untung Rp 206,9 miliar dari merugi Rp 1,8 miliar pada kuartal pertama 2010 dan 2009.[35] Meskipun demikian, akibat tergantung harga komoditas, belanja modal yang besar dan berusaha menyelesaikan pinjaman US$ 825 juta (yang diperoleh anak usahanya PT Bukit Makmur) yang kemudian berbunga, maka perusahaan ini cenderung kurang bagus kinerjanya[31] dan sering merugi secara tahunan, dari 2009-2011.[36]

Untuk memperluas usahanya, pada tahun 2010, Delta Dunia Makmur sempat merencanakan akan mengakuisisi PT Berau Coal Energy, dan mengalihkan kepemilikannya ke Recapital Group, namun gagal.[37] Perusahaan yang menambang 13,2 juta ton batu bara hingga Mei 2011 dan 35 juta ton di akhir 2010 ini[38] kemudian melanjutkan akuisisinya pada Oktober 2012 di dua perusahaan tambang batu bara yang belum berproduksi yaitu PT Banyu Biru Sakti dan PT Pulau Mutiara Persada senilai Rp 162 milyar. Kedua perusahaan ini memiliki konsesi 11.000 ha di Kalimantan Timur dan Jambi.[31] Perusahaan sebelumnya juga melakukan rights issue kembali di Juni 2011, sebesar Rp 1,2 triliun (Rp 900/lembar dan 1,36 miliar saham). Namun, rights issue ini tidak mengubah kepemilikan, karena Northstar masih mengeksekusi kepemilikannya dan nantinya tetap memegang sekitar 40%. Dari awalnya dana transaksi tersebut mayoritas untuk belanja modal,[39] manajemen perusahaan memilih menggunakan mayoritasnya untuk membayar utang PT Bukit Makmur Mandiri Utama.[40] Walaupun masih merugi, di tahun 2014, perusahaan menargetkan kontrak baru dan membeli alat berat pertambangan baru senilai US$ 32,8 juta.[41] Menghadapi penurunan industri batu bara di pertengahan 2015, Delta Dunia Makmur juga merencanakan terjun ke pertambangan emas.[42] Akhirnya, di tahun 2016, perusahaan yang beraset US$ 882,27 juta ini bisa meraih untung US$ 37,09 juta.[43] Peningkatan harga batu bara mendorong perolehan tersebut. Keadaan tersebut juga sempat menaikkan harga sahamnya di pasar modal.[44]

Perluasan usaha pada tahun 2017 kembali direncanakan, dengan berniat terjun ke energi terbarukan dan menanamkan investasi di sejumlah perusahaan tambang batu bara.[45] Meskipun demikian, usaha selain kontraktor tambang berupa kepemilikan lahan tambang di anak usahanya rupanya tidak dieksplorasi seiring penurunan harga komoditas global, sehingga ketika Izin Usaha Pertambangan-nya berakhir, kemudian dikembalikan ke negara.[46] Laba perusahaan juga pada tahun 2019 mengalami penurunan 72% menjadi US$ 20,48 juta dari setahun sebelumnya US$ 75,64 juta.[47] Sempat ada rumor bahwa perusahaan ini akan dijual Northstar kepada Indika Energy Tbk, Adaro Energy Tbk, PT Tiara Marga Trakindo dan sebuah perusahaan asing (China Investment Corporation) karena lebih banyak merugi,[48][49][50] namun hal itu kemudian tidak terbukti. Pada tahun 2019, perusahaan mencatatkan penambangan 50 juta ton batu bara, naik dari 32,8 juta ton pada 2009 dan merupakan yang tertinggi sebelum turun kembali pada 2020.[51]

Pada tahun 2021, anak usaha perusahaan, PT Bukit Makmur Mandiri Utama, mengakuisisi sebuah kontraktor tambang Australia, Open Cut Mining East (yang memiliki kapasitas produksi 160 juta ton di Queensland dan merupakan divisi dari Downer EDI Ltd.) seharga Rp 1,57 triliun.[52][53] Pada tahun 2022, tercatat Open Cut berhasil meraih kontrak baru Rp 5,7 triliun.[54] Kemudian, di tahun yang sama (November 2021), akuisisi juga dilakukan pada 51% saham Indokal Limited dari Asiamet Resources Limited senilai US$ 50 juta atau setara Rp 710 miliar yang memiliki kontrak penambangan dan eksplorasi tembaga di Kalimantan Tengah.[55] 15,36% saham Asiamet (yang berbasis di London juga diakuisisi seharga US$ 9,32 juta.[56] Baru-baru ini juga, pada 7 Maret 2022-6 Juni 2022, perusahaan melakukan buyback sahamnya senilai Rp 473,55 miliar.[57] Pada akhir 2021, perusahaan mencatatkan laba US$ 280,54 ribu, pendapatan US$ 910,54 juta dan aset US$ 1,635 miliar.[58] Karyawan perusahaan mencapai 15.555 orang pada 2021, naik dari 10.755 orang pada 2020.[4]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Dewan Direksi" (dalam bahasa Inggris). PT Delta Dunia Makmur Tbk. Diakses tanggal 31 Juli 2022. 
  2. ^ "Dewan Komisaris" (dalam bahasa Inggris). PT Delta Dunia Makmur Tbk. Diakses tanggal 31 Juli 2022. 
  3. ^ a b c d e "Laporan Tahunan 2021" (PDF). PT Delta Dunia Makmur Tbk. Diakses tanggal 31 Juli 2022. 
  4. ^ a b c d e f Lap Tahunan DOID 2021
  5. ^ Dewan Komisaris
  6. ^ Direksi
  7. ^ Informasi Pemegang Saham
  8. ^ Pendidikan Kewarganegaraan
  9. ^ Major Wholesalers & Retailers
  10. ^ a b c Indonesian Capital Market Directory
  11. ^ Direktori Industri Pengolahan Indonesia
  12. ^ Indonesia Development News, Volume 14,Masalah 2
  13. ^ Korea Company Handbook
  14. ^ Korea Company Yearbook 1996/97
  15. ^ a b Sejarah dan Profil Singkat DOID (Delta Dunia Makmur Tbk)
  16. ^ a b c d e UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FACULTY OF FILEPETROINDO, TBK. SETELAH BERUBAH NAMA MENJADI PT....
  17. ^ Dharmasena, Bagian 16,Masalah 30-41
  18. ^ Pemegang Saham - Saham Gorengan
  19. ^ Daeyu Orchid akan Lakukan Right Issue
  20. ^ a b Bos Duniatex pernah melego perusahaannya ke Delta Dunia Makmur (DOID)
  21. ^ DOID ~ Delta Dunia Makmur Tbk.
  22. ^ BAB IV-HASIL PENELITIAN..
  23. ^ Harga Saham Merosot 80%, Delta Dunia Petroindo Disuspensi
  24. ^ LAPKEU DOID 2006
  25. ^ Pendirian Perusahaan...
  26. ^ DOID 2008
  27. ^ Warren Buffett ala Indonesia?
  28. ^ Akuisisi 40% Saham DOID, Northstar Habiskan US$ 350 Juta
  29. ^ 3 Pengendali DOID Lepas Seluruh Kepemilikan Rp 8,264 Triliun
  30. ^ Bisnis Tambang Kian Diincar, Koran Jakarta 22 Agustus 2009
  31. ^ a b c Delta Dunia Makmur, Debt Problem
  32. ^ Delta Dunia Tuntaskan Akuisisi Bukit Makmur
  33. ^ LapTahunan DOID 2009
  34. ^ Tinggalkan Bisnis Properti, Delta Dunia Jual Lahan 124 hektar
  35. ^ Emiten Tambang ingin Propertinya Terjual di 2010, Koran Jakarta, 8 Oktober 2010
  36. ^ DOID ( PT Delta Dunia Makmur Tbk ) rugi bersih 3 (tiga) tahun berturut-turut
  37. ^ Indonesia's Delta Dunia, Recapital talks on Berau Coal fail
  38. ^ Produksi Delta Dunia naik tipis
  39. ^ Delta Dunia Makmur Right Issue Rp900/Saham
  40. ^ DELTA DUNIA MAKMUR (DOID) Habiskan 90% Dana Rights Issue
  41. ^ Delta Dunia Beli Alat Berat US$ 32,8 Juta
  42. ^ Jasa Turun, Delta Dunia Genjot Produksi Batubara
  43. ^ Setelah Merugi, Kini Delta Dunia Makmur (DOID) Meraih Untung US$37,09 Juta
  44. ^ Saham DOID Setahun Naik 900%, Bagaimana Kinerja Fundamentalnya?
  45. ^ Delta Dunia Makmur Genjot Bisnis Energi Baru Terbarukan
  46. ^ DELTA DUNIA SIAP LEPAS SELURUH IUP KE PEMERINTAH
  47. ^ Laba Delta Dunia Makmur (DOID) pada 2019 Turun 72,92 Persen
  48. ^ Manajemen DOID: Northstar Keluar Merupakan Hal Biasa
  49. ^ Beredar Rumor akan Diakuisisi ADRO, Ini Prospek Saham DOID
  50. ^ Northstar Dikabarkan Jual Saham DOID, Kali Ini ke CIC
  51. ^ Coal production of PT Delta Dunia Makmur Tbk. from 2009 to 2020
  52. ^ Anak Usaha Delta Dunia Makmur Caplok Kontraktor Tambang Australia
  53. ^ Delta Dunia Makmur (DOID) Tuntaskan Akuisisi Tambang di Australia
  54. ^ Delta Dunia (DOID) Raih Kontrak Rp5,7 Triliun di Australia
  55. ^ Delta Dunia Akuisisi Pemilik Tambang Tembaga
  56. ^ Delta Dunia Makmur (DOID) incar dua perusahaan untuk diakuisisi
  57. ^ Delta Dunia Makmur Siapkan Rp 473,55 Miliar untuk Buyback Saham
  58. ^ Delta Dunia Makmur (DOID) Jadi Raup Laba USD280,54 Ribu di 2021, Ini Pemicunya

Pranala luar[sunting | sunting sumber]